Laba Bersih Melonjak 57%, Begini Penjelasan Bos XL Axiata (EXCL)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) berhasil mencetak pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang semester I-2024. Pendapatan dan laba bersih EXCL kompak meningkat di semester pertama. 

Melansir laporan keuangan yang dipublikasikan Selasa (6/8), EXCL mengantongi pendapatan sebesar Rp 17,05 triliun. Raihan ini tumbuh 8,16% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 15,76 triliun di semester pertama tahun lalu. 

Seiringan dengan kenaikan pendapatan, jumlah beban yang ditanggung emiten halo-halo ini juga meningkat. Per Juni 2024, jumlah beban EXCL mencapai Rp 14,1 triliun atau naik 4,32% YoY. 


Dari sisi bottom line, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk EXCL tumbuh 57,52% YoY menjadi Rp 1,02 triliun per Juni 2024. Pada periode yang sama di 2023, laba bersih EXCL mencapai Rp 650,68 miliar. 

Baca Juga: Mantap, XL Axiata (EXCL) Cetak Laba Bersih Rp 1,02 Triliun di Semester I-2024

Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini menuturkan, XL Axiata mampu melanjutkan momentum pertumbuhan dan profitabilitas yang kuat di periode semester pertama tahun ini. 

"Yaitu berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp 1,03 triliun. Angka ini merupakan pencapaian tertinggi selama 10 tahun terakhir," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (6/8). 

Dian bilang capaian kinerja semester pertama 2024 tidak terlepas dari upaya manajemen EXCL dalam mengoptimalkan penggunaan biaya operasional alias operational expenditure (opex), termasuk menekan beban. 

Misalnya, pos beban penjualan dan pemasaran turun dari Rp 4,47 triliun di semester I-2023 menjadi Rp 4,4 triliun. Dian bilang penurunan ini didorong oleh meningkatnya penggunaan aplikasi MyXL dan AXISnet.

Baca Juga: XL Axiata (EXCL) Serap Capex Rp 4,14 Triliun di Semester I-2024

Per Juni 2024, pelanggan aktif aplikasi MyXL dan AXISnet mencapai 32,1 juta atau meningkat sebesar 5,1% YoY. Sementara, Monthly Active User (MAU) mencapai 110% sejak Desember 2021. 

Namun salah satu beban biaya operasional terbesar dan terus meningkat adalah regulatory cost. Dian berharap pemerintah bisa mengucurkan insentif agar bisa mendorong industri telekomunikasi. 

"Sehingga bisa melakukan pembangunan dan penggelaran jaringan secara lebih luas dan memberikan kualitas layanan yang lebih baik kepada pelanggan," jelas Dian.

Selanjutnya: BNI Cetak Transaksi Rp 1,5 Triliun dari Ajang BNI Expo 2024

Menarik Dibaca: Pemeran Film Para Perasuk Diumumkan, Ada Maudy Ayunda dan Angga Yunanda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati