KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) membukukan kinerja yang cemerlang pada tahun 2022, dengan meraih laba bersih senilai US$ 530,88 juta. Capaian ini meningkat tajam lebih dari sepuluh kali lipat. Sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2021 laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk MEDC hanya sejumlah US$ 47,02 juta. Lonjakan bottom line ini terdorong oleh jumlah pendapatan yang melejit 84,8% dari US$ 1,25 miliar pada 2021 menjadi US$ 2,31 miliar pada 2022. Pendapatan MEDC tahun lalu berasal dari pendapatan dari kontak dengan pelanggan sebesar US$ 2,27 miliar dan pendapatan keuangan senilai US$ 42,57 juta. Masing-masing mencatatkan kenaikan 87,6% dan 6,61% secara tahunan.
CEO Medco Energi, Roberto Lorato, mengungkapkan capaian MEDC menunjukkan kinerja operasi inti yang kuat dengan peningkatan produksi setelah akuisisi Corridor dan beroperasinya proyek-proyek baru pada segmen minyak & gas maupun ketenagalistrikan. Ditambah dengan dorongan dari harga komoditas yang tinggi. "MedcoEnergi telah mencapai tingkatan baru. Selain itu, peningkatan peringkat ESG Perusahaan semakin menunjukkan upaya-upaya jangka panjang kami di bidang ini," kata Roberto dalam rilis yang disiarkan Sabtu (1/4).
Baca Juga: Laba Medco Energi (MEDC) Melonjak Berlipat-lipat pada 2022, Ini Pemicunya Adapun rata-rata harga minyak dan gas masing-masing sebesar US$ 96,2 per bbl dan US$ 8,2 per mmbtu. MEDC mengalokasikan belanja modal minyak & gas senilai US$ 269 juta, terutama untuk pekerjaan dua proyek pengembangan gas yang baru di Natuna. MEDC juga menyerap belanja modal untuk segmen ketenagalistrikan sebesar US$ 33 juta, yang dialokasikan untuk pengembangan IPP berbahan bakar Gas Riau dengan kapasitas 275 MW dan fasilitas Solar PV Sumbawa berkapasitas 26 MWp. Manajemen MEDC memaparkan percepatan pelunasan utang melalui penawaran tender tunai dan pembelian kembali obligasi telah melunasi sebesar US$ 456 juta obligasi dolar Amerika Serikat. Dari utang akuisisi Corridor sejumlah US$ 850 juta, sejumlah US$ 415 juta telah dilunasi pada tahun 2022. Pada segmen tambang, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) mencatatkan produksi tembaga sebanyak 464 Mlbs dan produksi emas 731 Koz. Masing-masing mengalami kenaikan 99% dan 367% secara tahunan. Kenaikan produksi AMNT sejalan dengan peningkatan Fase 7 pertambangan. Adapun harga tembaga terealisasi rata-rata mencapai US$ 3,56 per pon.
“Hasil ini adalah kinerja terbaik kami, baik secara operasional maupun finansial. Beberapa tonggak penting telah berhasil dicapai sebagai dasar kesuksesan berkelanjutan di masa depan,” imbuh Direktur Utama MEDC Hilmi Panigoro. Sebagai panduan pada tahun ini, MEDC menargetkan produksi minyak dan gas sebesar 160 mboepd. Target biaya produksi minyak dan gas di bawah US$ 10 per boe. Di segmen ketenagalistrikan, MEDC menargetkan penjualan 4.000 GWh. Pada tahun ini MEDC mengalokasikan belanja modal US$ 250 juta untuk minyak dan gas, serta US$ 80 juta untuk ketenagalistrikan. Rekomendasi Saham CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat pertumbuhan MEDC sejalan dengan ekspektasi terhadap prospek emiten migas pada tahun lalu. Emiten migas, termasuk MEDC, mendapatkan katalis positif dari harga rata-rata komoditas minyak mentah yang relatif lebih tinggi. Rata-rata harga sepanjang 2022 sekitar US$ 90-an per barel dibanding tahun 2021 yang memiliki kisaran harga rata-rata US$ 68 per barel. "Margin laba operasional dari MEDC sendiri di sepanjang tahun 2022 naik menjadi sekitar 30% dibanding tahun sebelumnya," kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (2/4). Hanya saja, di tengah tantangan era moneter yang ketat, semua harga komoditas energi termasuk minyak mentah kembali terkoreksi di awal tahun 2023. Hal ini juga didorong oleh antisipasi perlambatan ekonomi yang memicu menurunnya permintaan terhadap komoditas minyak mentah. "Selain itu, meredanya isu geopolitik antara Ukraina dan Rusia serta berakhirnya musim dingin, juga membuat lonjakan harga komoditas energi mulai kembali normal alias mereda," tambah Praska
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Medco Energi (MEDC) Tetap Fokus Penuhi Target Produksi Migas Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menimpali, kinerja MEDC pada tahun ini berpotensi melandai. Proyeksi ini sejalan dengan harga komoditas yang mengalami penurunan. "Apalagi MEDC menurunkan produksi minyak dan berfokus pada gas yang dinilai lebih ramah lingkungan dan sejalan dengan dorongan pemerintah saat ini," ungkap Desy. Meski begitu, ketidakpastian global yang masih tinggi berpotensi kembali mendongkrak demand dan harga. Selain itu, portofolio aset untuk elektrifikasi dari segmen tembaga berpotensi lebih masif dalam jangka menengah - panjang, yang akan menjadi katalis positif bagi MEDC.
Desy pun masih memberikan rekomendasi
buy saham MEDC dengan target harga Rp 1.500. Sedangkan Praska menyematkan rating netral untuk prospek saham MEDC pada tahun ini. Saran Praksa,
wait and see terlebih dulu. Jika harga saham MEDC mampu bertahan di atas Rp 1.000, maka berpeluang lanjut menguat ke level Rp 1.170 - Rp 1.200. Adapun saham MEDC melejit dalam sepekan terakhir, usai berada pada tren turun sejak bulan Februari. Pada perdagangan Jumat (31/3), saham MEDC ditutup menguat 3,06% ke posisi Rp 1.010 per lembar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari