Laba bersih PT Timah (TINS) merosot 15%, ini penjelasan manajemen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) membukukan peningkatan tipis dari sisi pendapatan pada periode sembilan bulan pertama 2018. Meskipun demikian, laba bersih perusahaan pelat merah ini malah mengalami penurunan.

Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris Sugiarto menjelaskan, penyebab penurunan laba adalanya besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP) yang mengikis perolehan pendapatan.

"Salah satu komponennya adalah biaya bahan baku yaitu naiknya volume bijih timah dan biaya tunjangan kinerja untuk motivasi karyawan," ujarnya kepada kontan.co.id, Kamis (29/11).


Meskipun adanya penurunan kinerja, Amin bilang pihaknya tidak akan merevisi kinerja target kinerja pada akhir 2018 ini. "Kami optimis bahwa kinerja 2018 akan sesuai target. Maka, kami akan terus berupaya menekan biaya produksi melalui proses penambangan yang efisien, diantaranya dengan mengadopsi teknologi Borehole Mining baik di onshore maupun offshore," lanjutnya.

Sekadar info, TINS menargetkan pendapatan sebesar Rp 10,7 triliun di sepanjang tahun 2018. Angka ini naik 16% dibanding pendapatan TINS di tahun 2017 yang sebesar Rp 9,21 triliun.

Sementara laba bersih ditargetkan naik 99% menjadi Rp 1 triliun dari Rp 502,43 miliar pada akhir 2017.

Adapun pada triwulan ketiga 2018, TINS membukukan pendapatan sebesar Rp 6,80 triliun. Jumlah ini naik tipis 3% dari Rp 6,62 triliun pada periode yang sama di tahun lalu.

Beban pokok pendapatan di kuartal III 2018 ini juga ikut naik 5% menjadi Rp 5,71 triliun dari Rp 5,46 triliun pada kuartal III tahun lalu.

Beban keuangan TINS juga naik 69% menjadi Rp 200,40 miliar dari Rp 118,54 miliar pada kuartal III 2017.

Alhasil laba bersih TINS tergerus 15% dari Rp 300,57 miliar pada kuartal III 2017 menuju Rp 255,54 miliar pada kuartal III 2018.

Penyerapan capex

Lalu soal penggunaan belanja modal alias capital expenditure (capex), Amin mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya sudah menyerap capex sebesar Rp 700 miliar dari total capex tahun ini yang senilai Rp 2 triliun. "Penggunaannya untuk mesin dan instalasi produksi, peralatan eksplorasi maupun penambangan, dan untuk aset tetap lainnya seperti tanah hingga bangunan," paparnya.

Lalu untuk tahun 2019 nanti, TINS masih mengarahkan ekspansi ke Nigeria dan Myanmar. "Selain itu juga akan fokus kepada beberapa proyek strategis penambangan di Bangka Belitung & Kepulauan Riau," tambah Amin.

Namun sayangnya ia masih belum mau berkomentar soal target kenaikan kinerja dan anggaran belanja modal di tahun 2019 nanti. "Untuk target 2019 dan capex akan diinfokan kemudian melalui analyst meeting dan press release setelah ada arahan dari manajemen dan dewan komisaris," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia