Laba bersih Sampoerna Agro (SGRO) turun karena penurunan harga jual CPO dan PK



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan pendapatan Rp 757,25 miliar sepanjang kuartal I-2019. Angka ini naik 13,42% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 667,64 miliar.

Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit atau palm kernel (PK). Per kuartal I-2019, penjualan dari kedua produk ini mencapai Rp 731,63 miliar atau meningkat 17% secara tahunan.

Akan tetapi, jika dirinci, hanya penjualan CPO yang mengalami peningkatan, yakni sebesar 24% secara tahunan, dari Rp 526,28 miliar menjadi Rp 652,57 miliar. Sementara itu, penjualan inti sawit menurun sebesar 20%, dari Rp 98,63 miliar menjadi Rp 79,06 miliar.


Keduanya adalah produk unggulan SGRO karena menyumbang 87% terhadap total penjualan per kuartal I-2109. Sementara sisa penjualan berasal dari kecambah dan produk lainnya.

Peningkatan penjualan ini juga didorong oleh kenaikan volume produksi CPO secara konsolidasi per kuartal I-2019, yakni sebesar 14% secara tahunan, dari 67.808 ton menjadi 77.281 ton. Peningkatan tersebut ditopang kebun SGRO di Sumatera dan Kalimantan yang masing-masing mencetak kenaikan sebesar 12% dan 17%.

Hal serupa juga terjadi pada produksi PK yang ikut meningkat pada kedua wilayah tersebut, yakni di Sumatera sebesar 18% dan di Kalimantan 17% secara tahunan. Secara total, volume produksi PK meningkat 19% secara year on year, dari 15.427 ton menjadi 18.291 ton per kuartal I-2019.

Sayangnya, peningkatan pendapatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan laba bersih. Per kuartal I-2019 ini, SGRO mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 76,61% menjadi Rp 3,58 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih SGRO adalah sebesar Rp 15,32 miliar.

Head of Investor Relations SGRO Michael Kesuma mengatakan, penurunan keuntungan ini adalah dampak dari penurunan harga jual. Per kuartal I-2019, harga jual rata-rata CPO turun 17% secara tahunan menjadi Rp 6.641 per kilogram. Sementara itu, harga jual rata-rata PK turun 34% year on year menjadi Rp 4.304 per kilogram.

Meskipun begitu, Direktur Komersial SGRO Lim King Hui mengatakan, perusahaannya melihat prospek harga minyak sawit yang cukup baik.

“Kami melihat prospek harga minyak sawit cukup baik, setidaknya dalam waktu dekat ini karena harga kontrak berjangka minyak gas bumi saat ini berada pada posisi premium, yakni melebihi US$ 100 jika dibandingkan harga minyak sawit,” kata Lim King Hui dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa (30/4).

Dengan melihat selisih harga tersebut, berarti serapan konsumsi minyak sawit untuk sektor energi bisa membesar. Selisih harga antara minyak gas bumi dan minyak sawit semakin melebar dengan rata-rata sebesar US$ 120 pada April 2019. Angka ini jauh di atas rata-rata pada triwulan pertama 2019 yang di bawah US$ 75 dolar.

Sementara itu, Michael melihat, bakal ada peningkatan harga jual pada kuartal II-2019 walau tidak signifikan. “Kalau dibandingkan harga saat ini akan sedikit membaik tapi akan kembali turun di akhir tahun,” ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (6/5).

Selain itu, menurut Michael, penurunan laba bersih di kuartal I-2019 juga disebabkan oleh skala produksi di kuartal I-2019 yang masih kecil. SGRO mencatatkan penurunan persediaan produk sawit turun sebesar 41% pada triwulan pertama, dari Rp 229,59 miliar pada awal 2019 menjadi Rp 136,42 miliar pada penghujung Maret 2019.

Alasannya, volume panen di triwulan pertama tidak besar karena siklus panen sawit berada pada level yang rendah. Nah, penarikan persediaan pada periode ini cukup berdampak pada kinerja penjualan. Ditambah lagi dengan tren harga komoditas tahun ini masih jauh di bawah tahun lalu.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja ke depannya, SGRO bakal menjalankan berbagai upaya untuk meningkatkan produksinya baik segi kualitas dan kuantitas. Tahun ini, SGRO menargetkan pertumbuhan produksi CPO 5%-10% dari tahun lalu. Per 2018, SGRO mencatatkan produksi CPO-nya mencapai 387.313 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .