KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Pembangunan Jawa Barat Tbk (BJBR) sepanjang semester I-2019 membukukan laba bersih sebesar Rp 803 miliar atau turun 11,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan laba bersih itu akibat peningkatan biaya dana atau cost of fund (CoF) menjadi 5,4% dari 5% akhir 2018 dan dari 4,8% pada semester I-2018. Alhasil, rasio net interest margin (NIM) BJBR hanya mencapai 5,7% atau turun 56 basis poin dari periode yang sama tahun lalu. Namun, Yuddy Renaldi, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Jawa Barat Tbk menyakini kinerja BJBR akan membaik di semester II. Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) baru-baru ini sebesar 25 basis poin diharapkan akan menurunkan biaya dana. "Target kami biaya dana bisa turun sekitar 50 basis poin sampai akhir tahun," katanya di Jakarta, Kamis (25/7). Sampai akhir tahun, BJBR menargetkan bisa mengantongi laba sebelum pajak tumbuh sekitar 7%-8%. Sementara aset ditargetkan bisa tumbuh 4,75%, lalu penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh masing-masing 9%.
Laba bersih turun per Juni, Bank BJB optimistis kinerja membaik di semester II-2019
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Pembangunan Jawa Barat Tbk (BJBR) sepanjang semester I-2019 membukukan laba bersih sebesar Rp 803 miliar atau turun 11,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan laba bersih itu akibat peningkatan biaya dana atau cost of fund (CoF) menjadi 5,4% dari 5% akhir 2018 dan dari 4,8% pada semester I-2018. Alhasil, rasio net interest margin (NIM) BJBR hanya mencapai 5,7% atau turun 56 basis poin dari periode yang sama tahun lalu. Namun, Yuddy Renaldi, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Jawa Barat Tbk menyakini kinerja BJBR akan membaik di semester II. Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) baru-baru ini sebesar 25 basis poin diharapkan akan menurunkan biaya dana. "Target kami biaya dana bisa turun sekitar 50 basis poin sampai akhir tahun," katanya di Jakarta, Kamis (25/7). Sampai akhir tahun, BJBR menargetkan bisa mengantongi laba sebelum pajak tumbuh sekitar 7%-8%. Sementara aset ditargetkan bisa tumbuh 4,75%, lalu penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh masing-masing 9%.