JAKARTA. Meski mencatat pertumbuhan pendapatan, laba bersih produsen kemasan dan karung PT Yanaprima Hastapersada (YPAS) terkoreksi. Berdasarkan laporan keuangan YPAS tahun 2013, perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp 439 miliar. Raihan tersebut bertumbuh 6,2% dari tahun 2012 yang sebesar Rp 413 miliar. Rinawati, Direktur Keuangan YPAS mengatakan bahwa kenaikkan pendapatan itu disebabkan karena kenaikkan volume penjualan. "Perusahaan ada ekspansi pabrik, dari kapasitas produksi 20.000 ton per tahun menjadi 24.000 per tahun," ujar Rinawati pada Jumat (30/5). Namun, laba bersih perusahaan justru terkoreksi. Laba bersih perusahaan pada 2013 adalah sebesar Rp 6,22 miliar. Merosot dari laba bersih 2012 yang sebesar Rp 16,43 miliar. Rinawati menjelaskan laba bersih itu merosot karena terjadi berbagai kenaikkan beban produksi, seperti UMR, bunga pinjaman, dan perubahan kurs. "Pabrik kami di Sidoarjo dan Surabaya, ada kenaikkan UMR. Bahan baku kami dibeli dengan US$, padahal kami jual rupiah, selain itu juga ada pinjaman perbankan," ujar Rinawati.
Laba bersih Yanaprima Hastapersada terkoreksi
JAKARTA. Meski mencatat pertumbuhan pendapatan, laba bersih produsen kemasan dan karung PT Yanaprima Hastapersada (YPAS) terkoreksi. Berdasarkan laporan keuangan YPAS tahun 2013, perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp 439 miliar. Raihan tersebut bertumbuh 6,2% dari tahun 2012 yang sebesar Rp 413 miliar. Rinawati, Direktur Keuangan YPAS mengatakan bahwa kenaikkan pendapatan itu disebabkan karena kenaikkan volume penjualan. "Perusahaan ada ekspansi pabrik, dari kapasitas produksi 20.000 ton per tahun menjadi 24.000 per tahun," ujar Rinawati pada Jumat (30/5). Namun, laba bersih perusahaan justru terkoreksi. Laba bersih perusahaan pada 2013 adalah sebesar Rp 6,22 miliar. Merosot dari laba bersih 2012 yang sebesar Rp 16,43 miliar. Rinawati menjelaskan laba bersih itu merosot karena terjadi berbagai kenaikkan beban produksi, seperti UMR, bunga pinjaman, dan perubahan kurs. "Pabrik kami di Sidoarjo dan Surabaya, ada kenaikkan UMR. Bahan baku kami dibeli dengan US$, padahal kami jual rupiah, selain itu juga ada pinjaman perbankan," ujar Rinawati.
