JAKARTA. PT Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan keuntungan Rp 90,26 miliar pada akhir kuartal I-2016. Pencapaian ini lebih tinggi 19,21% ketimbang periode yang sama tahun lalu, yang sebesar Rp 75,72 miliar. Direktur BSM, Choirul Anwar dalam rilis yang diterima KONTAN, Minggu (14/5) menyatakan peningkatan laba BSM ini ditopang antara lain oleh perbaikan kualitas pembiayaan,
recovery ex-write off (WO), meningkatnya
fee based income, serta pengendalian biaya operasional. Lebih lanjut, pada triwulan I 2017, BSM melakukan penghematan biaya PPAP dari perolehan
recovery ex wo sebesar Rp 123 miliar.
Di sisi lain, biaya operasional yang diindikasikan dengan rasio BOPO dapat dikendalikan menurun 0,6% menjadi 93,67% dari sebelumnya 94, 27%. Perolehan keuntungan di luar imbal hasil atau
fee based income perusahaan juga mencatatkan kinerja positif yakni tumbuh 28,19% menjadi Rp 256 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 200 miliar. Dari sisi perbaikan kualitas pembiayaan, BSM berhasil menurunkan rasio pembiayaan macet atau Non Performing Financing (NPF Nett) semula 4,32% di Maret 2016 menjadi 3,16% di Maret 2017. Adapun, NPF Gross membaik dari 6,42% per Maret 2016 menjadi 4,91% per Maret 2017. Sementara itu BSM mulai meningkatkan persentase rasio pencadangan terhadap NPF (
cash coverage ratio) dari 56,99% periode sebelumnya menjadi 65,30%. Selain itu, pertumbuhan laba juga disebabkan meningkatnya pendapatan margin bagi hasil sebesar 10,35%
year on year (yoy) dari Rp 1,55 triliun menjadi Rp 1,71 triliun per Maret 2017. Dari sisi aset, anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini mencatat kenaikan sebesar 11,83% yoy dari Rp 71,55 triliun menjadi Rp 80,01 triliun. Sejalan dengan itu, pembiayaan tumbuh sebesar 9,14% dari Rp 50,78 triliun menjadi Rp 55,42 triliun. Peningkatan aset antara lain ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 12,47% (yoy) semula Rp 63,16 triliun per Maret 2016 menjadi Rp 71,04 triliun per Maret 2017. Dana murah BSM berupa Giro dan Tabungan mengomposisi hampir separuh dari total DPK atau sebesar Rp 35,43 triliun atau 49,88%. Adapun, total rekening dana di BSM mencapai 6,63 juta. Dari total DPK, Giro naik 35,05%, semula Rp 5,63 triliun per Maret 2016 menjadi Rp 7,61 triliun per Maret 2017, Tabungan tumbuh sebesar 14,69%, semula Rp 24,26 triliun per Maret 2016 menjadi Rp 27,82 triliun per Maret 2017. Adapun Deposito tumbuh 7,02% semula Rp 33,27 triliun per Maret 2016 menjadi Rp 35,60 triliun per Maret 2017. “Likuditas kami sangat baik, ini salah satu kekuatan kami yakni likuiditas,” ujar Choirul, Minggu (14/5). Mengenai komposisi pembiayaan, dua segmen mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni segmen Konsumer dan Gadai yang tumbuh 14,32% yoy menjadi Rp 17,53 triliun. ‘’Segmen ini kedepannya menjadi sumber pertumbuhan pembiayaan di BSM seiring fokus kami di segmen ritel,’’ imbuh Choirul.
Pembiayaan Segmen Commercial Banking tumbuh cukup baik sebesar 14,78% yoy menjadi Rp 6,52 triliun, dengan fokus pada sektor kesehatan dan pendidikan. Pembiayaan Segmen Mikro juga tumbuh cukup baik, mencapai 11,59% yoy menjadi Rp 4,19 triliun, disusul pembiayaan Segmen Small/Business Banking yang tumbuh 5,45% menjadi Rp9,57 triliun dan pembiayaan segmen Corporate Banking tumbuh 4,23% menjadi Rp17,54 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini. Dari sisi permodalan, rasio permodalan BSM cukup kuat dengan peningkatan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 1,01% dari 13,39% per Maret 2016 menjadi 14,40% pada Maret 2017. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia