KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 7,27 triliun sepanjang 2018. Angka ini naik 20,2% dibandingkan periode sebelumnya Rp 6,05 triliun. Meski tumbuh dobel digit, bank dengan kode saham BTPS ini menjaga pembiayaan macet atau non performing financing (NPF) di posisi 1,39%. Sementara itu, kenaikan total aset BTPN Syariah menembus 31,5% dari Rp 9,15 triliun pada akhir tahun 2017 menjadi Rp 12,03 triliun. Pertumbuhan total aset ini didorong oleh aksi korporasi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 8 Mei 2018 lalu. Adapun dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 16,3%, mencapai Rp 7,61 triliun dibanding posisi Desember 2017 sebesar Rp 6,54 triliun. Berkat kinerja tersebut, rasio pembiayaan terhadap DPK financing to deposit ratio (FDR) berada di posisi 95,6%. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dipertahankan sebesar 40,9%. Laba bersih setelah pajak mencapai Rp 965 miliar. Nilai ini tumbuh 44% dari posisi yang sama tahun lalu Rp 670 miliar.
Laba BTPN Syariah melonjak 44% pada 2018
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 7,27 triliun sepanjang 2018. Angka ini naik 20,2% dibandingkan periode sebelumnya Rp 6,05 triliun. Meski tumbuh dobel digit, bank dengan kode saham BTPS ini menjaga pembiayaan macet atau non performing financing (NPF) di posisi 1,39%. Sementara itu, kenaikan total aset BTPN Syariah menembus 31,5% dari Rp 9,15 triliun pada akhir tahun 2017 menjadi Rp 12,03 triliun. Pertumbuhan total aset ini didorong oleh aksi korporasi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada 8 Mei 2018 lalu. Adapun dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 16,3%, mencapai Rp 7,61 triliun dibanding posisi Desember 2017 sebesar Rp 6,54 triliun. Berkat kinerja tersebut, rasio pembiayaan terhadap DPK financing to deposit ratio (FDR) berada di posisi 95,6%. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dipertahankan sebesar 40,9%. Laba bersih setelah pajak mencapai Rp 965 miliar. Nilai ini tumbuh 44% dari posisi yang sama tahun lalu Rp 670 miliar.