Laba budidaya pisang penghasil serat, tak seret (1



JAKARTA. Tanaman abaca atau biasa disebut abaka masuk dalam golongan pisang (Musacease). Namun, berbeda dengan tanaman pisang lainnya, abaca tidak menghasilkan buah. Tanaman bernama latin Musa textilis nee ini dibudidayakan untuk diambil serat dari bagian batangnya.Abaca merupakan tanaman asli Filipina. Namun tumbuh liar dengan baik di Kalimantan dan Kepuluan Talaud, Sulawesi Utara. Serat abaca di Filipina diolah menjadi benang. Sementara, di negara lain, mulai banyak digunakan sebagai bahan baku kertas.Salah satu pebudidaya abaca, Istikhah di Sidoarjo, Jawa Timur. Ia mulai menanam pisang ini sejak  2010 di lahan seluas 4.000 meter persegi (m2). “Saya sudah lama tahu manfaat tanaman ini, tetapi baru beberapa tahun terakhir mencoba menanam,” ujarnya.Menurut Istikhah, potensi pasar untuk budidaya tanaman abaca sangat luas. Pasalnya, serat abaca juga diperdagangkan hingga mancanegara. “Saya sebagai tangan kedua, alias menjual pada perusahaan di Indonesia,” jelasnya.Dalam sebulan, ia bisa menghasilkan sekitar 4 ton serat abaca. Harganya dibanderol Rp 6.000 per kg. Jadi, dari budidaya pisang abaca, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 20 juta per bulan. Laba bersihnya 40% - 50%. Istikhah bilang, sebenarnya, produksi serat abaca masih jauh dari kebutuhan. "Tapi, karena kekurangan lahan dan sumber daya manusia, saya masih belum bisa memperbesar kapasitas produksi," ungkapnya.Pebudidaya abaca di Pondok Jaya Bintaro, Tangerang, yaitu Yudi Apriyadi. Ia membudidayakan tanaman abaca di lahan seluas 3.000 m2 sejak 1998. Menurut Yudi, permintaan tanaman pisang abaca tinggi, jika digunakan untuk pembuatan kertas. "Saya kirimkan kepada seorang pedagang untuk di jual ke industri-industri pembuatan kertas," paparnya.Ia menilai, potensi pengembangan pohon pisang abaca di Indonesia sebenarnya sangat bagus, tetapi saat ini, budidayanya belum banyak. Peluang budidaya abaca terbuka luas, lantaran bisa tumbuh di daerah manapun. "Kalau ada yang ingin kerjasama langsung, mungkin saya akan kembangkan lahan  lebih luas," ujar Yudi.Jika dikembangkan dengan baik, Indonesia berpeluang besar merebut pangsa pasar dunia untuk komoditas serat pisang abaca. Saat ini, kebutuhan total serat abaca dunia mencapai 200.000 ton per tahun. Tapi, baru bisa dipenuhi sekitar 50% dari Philipina dan Ekuador.Yudi mengklaim, dalam setahun, lahannya bisa menghasilkan 200 ton pohon pisang abaca siap olah. Selain menjual batang pisang, ia juga menjual bibit  pohon pisang abaca yang dibanderol Rp 50.000 per bibit. Dari bisnis ini, ia bisa meraup omzet Rp 11 juta sebulan.  (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini