Laba Bukit Asam (PTBA) Melesat pada Semester I, Ini Faktor Pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sukses mencatatkan kinerja positif pada semester pertama tahun 2022. Emiten pertambangan batubara ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 6,2 triliun di periode enam bulan pertama 2022. Angka ini naik 246% dibanding periode yang sama di tahun lalu alias year-on-year (YoY) yang senilai Rp 1,8 triliun.

Pencapaian laba bersih didukung dengan kenaikan pendapatan PTBA, dimana PTBA membukukan pendapatan sebesar Rp 18,4 triliun, meningkat 79% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pencapaian gemilang ini didukung kinerja operasional PTBA yang solid di sepanjang semester pertama 2022.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Farida Thamrin mengatakan, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) PTBA mengalami kenaikan 58% dari tahun lalu, dimana realisasi ASP di semester pertama tahun 2022 berada di level Rp 1,2 juta.


“Peningkatan mayoritas ASP terjadi di kuartal kedua 2022. Di kuartal pertama 2022, realisasi ASP Rp 1,1 juta, dan naik menjadi Rp 1,3 juta di kuartal kedua 2022, sehingga average price Rp 1,2 juta di semester pertama 2022,” terang Farida dalam paparan publik kinerja Bukit Asam yang digelar Jumat (26/8) di Jakarta.

Baca Juga: Penjualan Matahari Putra Prima (MPPA) Naik 4,80% pada Semester I 2022

Bersamaan, kinerja operasional PTBA juga naik. Penjualan batubara PTBA per semester pertama 2022 sebanyak 14,6 juta ton, tumbuh 13% secara tahunan. Dari sisi produksi, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini mencatatkan total produksi batubara selama semester pertama 2022 mencapai 15,9 juta ton. Angka ini meningkat 20% dibandingkan realisasi produksi pada semester pertama 2021 yang sebesar 13,3 juta ton.

Ke depan, PTBA masih memasang sikap optimistis terhadap harga batubara. Meski susah untuk diprediksi, dengan kondisi saat ini, PTBA memprediksi harga batubara tidak akan begitu jauh dari level sekarang

“Dengan kondisi yang saat ini yang tidak begitu jauh beda, bisa plus minus 10% naik turunnya. Kecuali nanti ada hal-hal tertentu yang terjadi signifikan, misalkan antara Rusia dan Ukraina damai dan konflik lagi lebih cepat,” terang Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail di kesempatan yang sama.

Terlebih, menjelang musim dingin, negara-negara pemakai batubara sudah melakukan restocking sejak satu sampai dua bulan sebelumnya. Sehingga, harga batubara diharapkan relative stabil dan tidak bergejolak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi