KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) membukukan laba bersih senilai Rp 500,51 miliar sepanjang kuartal I 2021. Realisasi ini menurun 44,58% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 903,25 miliar. Penurunan laba bersih ini tidak terlepas dari penurunan pendapatan PTBA. Emiten pelat merah ini membukukan pendapatan sebesar Rp 3,99 triliun, menurun 22,02% dari pendapatan di kuartal pertama 2020 yang mencapai Rp 5,12 triliun. Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery menilai, realisasi kinerja PTBA sepanjang tiga bulan pertama 2021 masih sesuai dengan ekspektasi yang dia pasang. Penurunan kinerja ini karena faktor dari hambatan operasional perseroan di kuartal pertama.
“Curah hujan yang cukup tinggi di Tanjung Enim membuat operasional perusahaan menjadi terkendala,” terang Michael kepada Kontan.co.id, Minggu (2/5).
Baca Juga: Begini kemajuan sejumlah proyek prestisius milik Bukit Asam (PTBA) Adapun menurunnya penjualan terutama disebabkan oleh penurunan volume produksi sebesar 18,6% secara
year-on-year (YoY). Hal ini berdampak juga ke volume penjualan yang mengalami penurunan 13,9% YoY. Meski mengawali tahun 2021 dengan kinerja yang terkontraksi, Michael meyakini operasional Bukit Asam tahun ini masih bisa membaik. Salah satu indikatornya adalah tren produksi selama Januari- Maret 2021 yang mengalami kenaikan. Dia menilai, produksi yang relatif rendah pada kuartal pertama 2021 masih bisa di-
cover dengan potensi peningkatan produksi di kuartal kedua dan ketiga tahun ini seiring dimulainya musim kemarau. “Sehingga jam kerja efektif bisa dimaksimalkan,” sambung dia. Penjualan tahun ini juga dapat meningkat, karena salah satu pasar ekspor PTBA, yakni China, juga sedang mengalami penurunan pasokan dalam negeri, sehingga peluang tersebut dapat ditangkap oleh PTBA. Michael menargetkan pertumbuhan penjualan tahun ini bisa mencapai 15% YoY. Komoditas batubara yang menjadi tulang punggung PTBA juga memiliki prospek cerah. Michael memproyeksikan harga acuan batubara tahun ini berada di level US$ 75,0 per ton.
Baca Juga: Kinerja Bukit Asam (PTBA) turun di kuartal I-2021 Sejumlah sentimen yang bisa mendongkrak harga emas hitam ini antara lain larangan China atas impor batubara asal Australia yang telah mengurangi ketersediaan batubara berkalori menengah. Ini bisa menjadi katalis positif bagi pasar batubara indonesia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Kawasan Asia tahun ini yang didukung dengan masifnya program vaksinasi akan mendongkrak permintaan sumber energi, salah satunya batubara.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di India melonjak, begini efeknya ke penjualan Bukit Asam (PTBA) Tahun ini, China juga diprediksi masih akan mengalami ketatnya pasokan batubara. Mengutip dari China Electricity Council (CEC), konsumsi listrik tahun ini diperkirakan naik 7%-8% dibanding tahun 2020.
Phillip Sekuritas Indonesia merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 3.000. Diversifikasi bisnis PTBA dinilai cukup menarik bagi potensi pertumbuhan emiten ini ke depannya. Salah satunya seperti gasifikasi batubara yang akan menyerap 6 juta ton batubara. Ada pula pembangkit listrik tenaga uap yang
progress pembangunannya sudah mencapai 75,6% pada kuartal pertama 2021. PLTU ini dapat menyerap 5,4 juta ton batubara per tahun jika sudah beroperasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli