KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Dharma Polimetal Tbk (
DRMA) melandai pada awal tahun ini. Penjualan dan laba bersih emiten komponen otomotif dari Grup Triputra milik taipan TP Rachmat ini kompak merosot selama tiga bulan pertama 2024. Dalam laporan keuangan yang rilis di Bursa Efek Indonesia, Kamis (25/4), DRMA mengantongi penjualan neto senilai Rp 1,33 triliun hingga 31 Maret 2024. Merosot 7,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY) sebesar Rp 1,44 triliun pada kuartal I-2023. Seiring penurunan tersebut, beban pokok penjualan DRMA ikut menyusut 8,47% (YoY) menjadi Rp 1,08 triliun. Hasil ini membawa DRMA meraup laba bruto sebesar Rp 246,57 miliar per kuartal I-2024, turun 4,41% secara YoY dari posisi sebelumnya di Rp 257,97 miliar.
Dalam periode tiga bulan 2024, DRMA menanggung beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 19,18 miliar serta beban umum dan administrasi Rp 68,52 miliar. Masing-masing mengalami kenaikan 7,87% dan 15,66% secara YoY. Dalam periode yang sama, pendapatan operasi lain-lain DRMA anjlok 76,31% (YoY) menjadi Rp 21,38 miliar. Hasil ini membuat laba usaha DRMA terpangkas 33,44% (YoY) dari Rp 270,52 miliar menjadi Rp 180,05 miliar pada kuartal I-2024.
Baca Juga: Intip Target & Strategi Bisnis Dharma Polimetal (DRMA) Pasca Kenaikan Suku Bunga Laba neto periode berjalan DRMA pun turun hingga 37,85% secara tahunan, dari sebelumnya Rp 219,07 miliar menjadi Rp 136,14 miliar pada kuartal I-2024. Secara bottom line, DRMA meraih laba bersih Rp 133,40 miliar hingga 31 Maret 2024. Keuntungan DRMA pada tiga bulan pertama 2024 itu mencerminkan penurunan 38,25% dibandingkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal I-2023 yang kala itu sebesar Rp 216,05 miliar. Hasil ini membuat total laba bersih per saham DRMA turun dari sebelumnya Rp 46 menjadi Rp 28. Strategi dan Target 2024 Secara terpisah, Presiden Direktur Dharma Polimetal Irianto sebelumnya mengungkapkan bahwa DRMA menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak dari berbagai sentimen yang bisa memengaruhi kinerja industri otomotif. Salah satunya adalah efek kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis points menjadi 6,25%. Industri otomotif menjadi salah satu sektor yang sensitif terhadap kenaikan suku bunga karena berpotensi menekan penjualan. Apalagi, penjualan otomotif nasional terutama mobil sudah terlebih dulu merosot sebelum BI mengerek naik suku bunga acuan. Situasi ini tampak dari data penjualan pada kuartal I-2024. Irianto menggambarkan, rata-rata penjualan mobil hanya menyentuh sekitar 70.000 unit per bulan pada kuartal I-2024. Menyusut dibandingkan dengan rata-rata penjualan mobil pada kuartal I tahun lalu yang menyentuh 90.000 unit per bulan.
"Tentunya kami sudah melakukan persiapan dan strategi, baik pengembangan produk baru maupun mencoba mendapatkan costumer baru. Prinsipnya, kami tetap memiliki target mencapai pertumbuhan dari penjualan," kata Irianto dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Kamis (25/4). DRMA akan fokus menuntaskan agenda ekspansi yang sedang berjalan. Irianto bilang, progres pembangunan dua pabrik baru DRMA sudah cukup signifikan, yang diproyeksikan bisa beroperasi pada kuartal II dan kuartal III tahun ini. Namun, Irianto mengatakan operasional dua pabrik baru tersebut belum berkontribusi signifikan terhadap pendapatan DRMA pada tahun ini. Selain itu, DRMA juga menggelar ekspansi pabrik di Cirebon. Langkah ekspansi ini menjadi bagian dari strategi DRMA menggenjot produksi komponen kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Terutama dalam memasok produk battery pack dan Brushless Direct Current (BLDC) motor. DRMA mengantisipasi pertumbuhan permintaan, khususnya dari mobil EV yang harus memenuhi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Secara kinerja, Irianto menyampaikan DRMA optimistis bisa mencapai pertumbuhan top line dan bottom line di level 10% pada tahun ini. DRMA mematok target yang konservatif dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. "Menurut perhitungan kami, pertumbuhan pendapatan Perseroan akan didorong oleh kompetensi kami dalam mendapatkan model baru dan pangsa pasar baru, serta optimalisasi dari quality cost delivery," tandas Irianto. Dari sisi pergerakan saham, pada perdagangan Kamis (25/4) harga DRMA naik 0,52% ke posisi Rp 965 per saham. Harga saham DRMA mengakumulasi pelemahan 32,04% jika diukur secara year to date. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari