Laba Emiten AMDK Cenderung Tertekan, Simak Saham Rekomendasi Analis



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri air minum dalam kemasan (AMDK) diharapkan masih bisa tumbuh positif pada tahun ini. 

Salah satu produsen AMDK PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), cukup optimistis mampu membukukan pertumbuhan penjualan double digit pada 2023.

Vice President Director CLEO Melisa Patricia mengatakan, kembali normalnya aktivitas dan mobilitas masyarakat diharapkan bisa mendorong permintaan air minum. 


Hanya saja, industri ini juga masih mendapat tantangan dari kenaikan harga komoditas dan kenaikan bahan baku untuk kemasan.

"Tantangan mungkin akan datang dari sisi harga bahan baku kemasan plastik yang masih berpeluang naik seiring bergejolaknya harga minyak dunia," ujar Melisa.

Baca Juga: Kinerja Industri AMDK Tumbuh Positif, Simak Rekomendasi Saham Berikut Ini

CLEO juga berupaya meningkatkan kinerja dengan mendukung waste-free future melalui produk-produk yang dapat didaur ulang. 

Selain itu, CLEO akan selalu memperhatikan kualitas air murni maupun kualitas kemasan dengan menggunakan kemasan bebas Bisphenol A (BPA free).

Meski demikian, tak dapat dipungkiri juga bahwa ada beberapa perusahaan AMDK yang sulit mencetak kinerja positif. 

Misalnya, PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) yang belakangan ini harus menutup pabrik dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya.

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, masyarakat cenderung menyukai produk AMDK dengan merek tertentu. 

Baca Juga: Akuisisi Perusahaan Nikel, United Tractors Targetkan Produksi 500.000 Ton Per Tahun

Karena itu, emiten AMDK yang tidak melakukan diversifikasi lini bisnis dapat kalah saing dengan produk yang telah mempunyai pangsa pasar besar.

Di sisi lain, pergerakan harga saham emiten yang memiliki bisnis AMDK masih cenderung stagnan ataupun menurun dari awal tahun ini. 

Misalnya, saham CLEO yang turun 16,4%, lalu saham produsen Le Minerale PT Mayora Indah Tbk (MYOR) turun 7,6% sejak awal tahun ini.

Saham PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL) yang baru IPO tahun ini juga turun 48% sejak IPO.

Menurut Nico, investor cenderung melepas saham air mineral lantaran secara fundamental, laba bersih emiten-emiten ini cenderung tertekan. 

Selain itu secara valuasi price to earning ratio (PER) lebih mahal ketimbang industrinya.

 Nico pun hanya merekomendasikan dua saham, yakni MYOR dan ICBP dengan target harga masing-masing Rp 2.800 dan Rp 12.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli