KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen masih kokoh dengan mencetak kenaikan laba sepanjang 2022. Tergambar dari dua penguasa industri ini, yakni PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (
SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) yang sukses mengatrol keuntungan. Pendapatan dan laba bersih INTP kompak melaju di tahun lalu. Pendapatan INTP meningkat 10,56% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 16,33 triliun. Sedangkan laba bersihnya merangkak naik 2,8% (YoY) menjadi Rp 1,84 triliun. Berbeda cerita dengan SMGR yang laba bersihnya melejit 15,68% (YoY) menjadi Rp 2,36 triliun. Hasil itu justru didapat ketika pendapatan
holding semen BUMN itu turun tipis 0,87% (YoY) ke level Rp 36,38 triliun.
Kinerja SMGR masih kokoh ditopang oleh anak usahanya, yaitu PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) dan PT Semen Baturaja Tbk (
SMBR). Keduanya kompak mendongkrak
top line maupun
bottom line. Pendapatan SMCB naik 9,27% jadi Rp 12,26 triliun, sementara laba tahun berjalan melaju 17,65% ke level Rp 839,27 miliar. Keuntungan SMBR melaju lebih kencang dengan lonjakan laba bersih 103% menjadi Rp 94,83 miliar, ketika pendapatannya naik 7,43% menjadi Rp 1,88 triliun.
Baca Juga: Laba Tahun 2022 Menguat, Emiten Semen Semakin Kokoh Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel Widjaja memandang kinerja emiten semen tahun lalu cukup menantang. Halangan datang dari kondisi pasar yang masih
oversupply, inflasi, lonjakan harga batubara, curah hujan tinggi, dan kenaikan harga BBM yang mengerek biaya distribusi. Menimbang berbagai faktor itu, Daniel menilai kinerja SMGR sudah sesuai ekspektasi. Sedangkan INTP lebih tinggi dari proyeksi. "Karena mereka akhirnya dapat mengamankan harga batubara DMO pada semester kedua," kata Daniel kepada Kontan.co.id, Rabu (29/3). Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menimpali, kenaikan laba SMGR ditopang oleh efisiensi biaya. SMGR juga berhasil memangkas beban keuangan di tengah kenaikan suku bunga serta gejolak harga batubara dan BBM. Sementara itu,
top line INTP didorong oleh mayoritas pertumbuhan segmen bisnisnya. Namun kenaikan biaya bahan baku, beban usaha dan beban bunga membuat
bottom line INTP hanya tumpuh tipis.
Baca Juga: Laba Turun, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi Hingga Akhir Tahun Research Analyst Reliance Sekuritas, Ayu Dian menambahkan, tantangan emiten semen tahun lalu juga tergambar dari volume penjualan dalam negeri yang merosot 3,35%. Namun Ayu memperkirakan tahun ini bisa jadi momentum perbaikan bagi emiten semen. Optimisme itu ditopang oleh sejumlah katalis positif, seperti anggaran infrastruktur yang naik 7,7%. Selain itu, perbaikan ekonomi dapat mendorong penjualan semen kantong, yang masih berkontribusi besar terhadap penjualan semen nasional. Daniel melanjutkan, insentif percepatan pembangunan infrastruktur di tahun politik serta bergulirnya proyek Ibu Kota Negara (IKN) bisa jadi katalis positif. Angin segar juga datang dari normalisasi harga batubara. Hanya saja, Daniel menaksir kinerja pada semester pertama akan sedikit tertekan. Curah hujan yang tinggi dan libur lebaran bisa menghambat pertumbuhan volume penjualan.
Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) Raih Kredit Sindikasi Senilai Rp 901,425 Miliar dari Empat Bank Desy mengingatkan, outlook industri konstruksi yang masih menantang juga bisa jadi sandungan bagi emiten semen. Tapi sahamnya tetap bisa dilirik. "Kami lihat emiten semen menarik secara jangka menengah-panjang," ungkapnya. Menurut Desy, SMGR dan INTP masih jadi pilihan utama. Dia menyematkan rekomendasi buy dengan target harga masing-masing di Rp 9.000 dan Rp 12.150. Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana juga menilai saham emiten semen cocok untuk jangka menengah hingga panjang. Secara bisnis, aktivitas yang kembali normal pasca-pandemi menjadi katalis untuk mendongkrak
demand pada emiten semen. Dari sisi pergerakan sahamnya, Raditya memprediksi dalam waktu dekat SMGR dan INTP akan mengalami koreksi terlebih dulu, sehingga bisa menjadi momentum untuk
buy on weakness.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Indocement (INTP) Kompak Naik di Tahun 2022 INTP dan SMGR juga menjadi saham pilihan Ayu. Dia merekomendasikan
buy INTP dengan target harga Rp 11.500 dan Rp 7.000 sebagai target harga bagi SMGR. Sedangkan Daniel lebih menyarankan SMGR. Mengingat posisinya sebagai
holding semen BUMN, Semen Indonesia Grup (SIG) berpeluang lebih mendapat prioritas dari proyek IKN Selain itu, konsolidasi SMBR dengan SIG akan memperkuat pasar di Sumatra bagian Selatan. Daniel menilai SMGR layak koleksi dengan target harga Rp 9.800. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati