Keselamatan berkendara merupakan kebutuhan mutlak bagi masyarakat. Namun di jalan raya, kita melihat banyak anak yang dibonceng orang tuanya hanya diikat dengan kain seadanya.Tidak ingin sang keponakan berisiko saat diantar oleh istrinya ke sekolah, Azwar Fauzi merancang desain sabuk untuk memboncengkan anak di sepeda motor. Dengan modal awal Rp 700.000 Azwar lalu memproduksi lima sabuk boncengan. Saat itu, Azwar mengakui, sudah ada sabuk boncengan anak yang beredar di pasar. Tapi, menurut Azwar, produk lain tersebut terbuat dari bahan yang keras, sehingga tidak terasa nyaman saat digunakan si anak. Ia pun melakukan perbaikan desain dan memilih bahan yang lebih elastis, yakni kain baby ripstop yang biasa dipakai untuk membuat tas ransel.Adapun untuk tali sabuk, Azwar memakai harness. Foto sabuk boncengan anak yang diberi merek Jafa ini pun lantas ia upload ke kaskus dan situs-situs gratis lainnya.Di saat awal memproduksi, Azwar menggunakan sistem makloon ke penjahit. Tahun 2011, Azwar ingat, permintaan untuk sabuk boncengan anak belum banyak. Namun, Azwar berani memutuskan untuk keluar dari tempatnya bekerja dan berniat menekuni usaha sabuk boncengan anak.Guna mempermudah pemasaran, Azwar memilih lokasi usahanya di daerah Mriti Selatan, Surabaya. Untuk proses produksi dilakukan di kampung asalnya, yakni di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.Ia pun mengerahkan tetangga-tetangga yang berprofesi penjahit untuk memproduksi sabuk boncengan anak. Saat ini, ada 23 orang tetangga penjahit di Blitar yang terlibat dalam proses produksi sabuk bonceng anak Jafa. “Jadi sekarang satu kelurahan banyak yang mengerjakan sabuk bonceng anak Jafa,” ujar Azwar.Untuk para pekerjanya, Azwar menerapkan sistem ongkos jahit Rp 9.000 per sabuk. Adapun upah untuk tukang potong Rp 7.000 per sabuk.Setiap seminggu sekali, Azwar mengirim bahan-bahan sabuk dengan truk ke Blitar dan mengangkut hasil sabuk boncengan anak dari Blitar. Ia pun merogoh kocek Rp 100.000 untuk ongkos truk Surabaya-Blitar pulang-pergi. Kini, Azwar mampu memproduksi 500 hingga 600 buah sabuk boncengan anak. Usahanya pun dalam 4 bulan sudah balik modal.Model sabuk boncengan anak Jafa ada dua macam yaitu tipe biasa dan tipe dengan sandaran kepala. Setiap model diproduksi dengan dua ukuran, yakni ukuran standar, dan jumbo yang lebih besar 20 cm.Harga jual sabuk boncengan anak Jafa tipe biasa ukuran standar adalah Rp 65.000, sedang ukuran jumbo Rp 75.000. Sedang sabuk dengan sandaran kepala harganya Rp 75.000 untuk ukuran standar, dan Rp 80.000 ukuran jumbo.Saat ini, Jafa telah bekerja sama dengan 49 agen dan 40 reseller. Persyaratan menjadi agen adalah melakukan order pertama sebanyak 50 buah sabuk boncengan anak. Untuk order berikut, tidak ada ketentuan jumlah minimal, namun tetap mendapat potongan harga.Agen akan mendapat potongan harga sebesar Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Harga sabuk bonceng anak untuk agen menjadi Rp 50.000, untuk tipe biasa berukuran standar. Harga agen tipe dengan sandaran kepala dan ukuran standar Rp 65.000.Menurut Azwar, sekitar 80% dari 49 agennya aktif memesan. Order dari total agen bisa mencapai 300 sabuk per bulan, sedang sisanya oleh reseller.Reseller diharuskan melakukan order pertama sebanyak 8 buah sabuk. Order berikut tanpa ketentuan jumlah minimal. Potongan harga yang diberikan ke reseller antara Rp 10.000 hingga Rp 13.000. Harga sabuk boncengan anak tipe biasa untuk reseller menjadi Rp 55.000 serta Rp 62.000 untuk tipe dengan sandaran kepala.Kini, sabuk bonceng anak Jafa mampu meraup omzet sebesar Rp 36 juta per bulan. Sedang keuntungan usaha ini menurut Azwar berkisar 25%.Sejak 3 bulan lalu, Azwar membuat website, yakni jafaboncenganak.com untuk mengerek penjualan. “Pengaruhnya lumayan banyak. Sekarang, kami kelabakan melayani permintaan karena produksi masih terbatas,” ujar Azwar. Ia pun menambah 4 orang penjahit lagi di Blitar. Sejauh ini, kendala usaha Azwar adalah kapasitas yang terbatas.Pemain masih sedikitPengalaman yang sama juga dialami oleh Kusmiyati, produsen sabuk boncengan anak Apro yang berlokasi di Jalan Kopo, Gang Lapang, Bandung. Saat memboncengkan anaknya ke sekolah, Kusmiyati was-was jika sang anak ketiduran saat masih dibonceng. Kebetulan, Kusmiyati, punya pengalaman bekerja di sebuah perusahaan tas di Bandung.Kusmiyati lantas membeli bahan-bahan sabuk, seperti kain 300 Denier, webbing, busa polyfoam dan buckle acetal. Dari bahan-bahan itu, ia membuat tiga sabuk. Satu sabuk ia pakai sendiri, dan dua sabuk lain, ia jual ke rekannya.Sabuk boncengan dengan nama Apro baru mulai diproduksi Kusmiyati secara massal pada bulan Juni 2012. Kusmiyati mengeluarkan modal awal sebesar Rp 5 juta. Semua modal itu ia gunakan untuk membeli bahan sehingga menghasilkan 5 lusin sabuk boncengan anak.Awalnya, Kusmiyati menerapkan sistem maklun untuk jasa menjahit sabuk boncengan anak. Namun, sistem itu cuma bertahan 6 bulan. Setelah itu, Kusmiyati merekrut tiga penjahit tetap.Tentu, ia harus mengeluarkan modal baru, sebesar Rp 7,5 juta untuk membeli tiga unit mesin jahit bekas plus Rp 1,8 juta untuk membeli mesin potong. Ongkos jahit yang diberikan Kusmiyati ke penjahitnya adalah Rp 90.000 per lusin.Harga eceran sabuk boncengan anak Apro Rp 90.000 per buah. Namun sejak Januari 2013, Kusmiyati hanya menerima pembelian dari agen dan reseller. “Bagaimanapun, Apro bisa berkembang karena kerja sama dengan agen dan reseller,” ujar Kusmiyati. Ada 10 agen dan 32 reseller yang kini bekerjasama dengan Apro, saat ini.Harga sabuk boncengan anak Apro untuk agen Rp 62.500, sedang bagi reseller Rp 77.500. Persyaratan bagi agen adalah melakukan pembelian pertama minimal 3 lusin, dan pembelian berikutnya minimal 2 lusin. Sedang reseller cukup melakukan pembelian pertama 3 buah, dan selanjutnya bebas.Selama 3 bulan terakhir, Kusmiyati mampu memroduksi 1.000 sabuk boncengan anak per bulan. Omzet penjualannya berkisar Rp 60 juta hingga Rp 77 juta per bulan. Sedang keuntungan usaha ini, menurut Kusmiyati, berkisar 30%. Sejak Maret 2013, dibantu suaminya, Kusmiyati membuat website aproapparel.com agar Apro makin dikenal.Usaha pembuatan sabuk boncengan anak, menurut Kusmiyati maupun Azwar, masih terbuka bagi pemain baru. Populasi sepeda motor di Indonesia yang terus naik bisa menjadi acuan tingginya kebutuhan sabuk boncengan anak. “Baru ada 10 merek,” ujar Kusmiyati. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laba empuk dari sabuk boncengan anak
Keselamatan berkendara merupakan kebutuhan mutlak bagi masyarakat. Namun di jalan raya, kita melihat banyak anak yang dibonceng orang tuanya hanya diikat dengan kain seadanya.Tidak ingin sang keponakan berisiko saat diantar oleh istrinya ke sekolah, Azwar Fauzi merancang desain sabuk untuk memboncengkan anak di sepeda motor. Dengan modal awal Rp 700.000 Azwar lalu memproduksi lima sabuk boncengan. Saat itu, Azwar mengakui, sudah ada sabuk boncengan anak yang beredar di pasar. Tapi, menurut Azwar, produk lain tersebut terbuat dari bahan yang keras, sehingga tidak terasa nyaman saat digunakan si anak. Ia pun melakukan perbaikan desain dan memilih bahan yang lebih elastis, yakni kain baby ripstop yang biasa dipakai untuk membuat tas ransel.Adapun untuk tali sabuk, Azwar memakai harness. Foto sabuk boncengan anak yang diberi merek Jafa ini pun lantas ia upload ke kaskus dan situs-situs gratis lainnya.Di saat awal memproduksi, Azwar menggunakan sistem makloon ke penjahit. Tahun 2011, Azwar ingat, permintaan untuk sabuk boncengan anak belum banyak. Namun, Azwar berani memutuskan untuk keluar dari tempatnya bekerja dan berniat menekuni usaha sabuk boncengan anak.Guna mempermudah pemasaran, Azwar memilih lokasi usahanya di daerah Mriti Selatan, Surabaya. Untuk proses produksi dilakukan di kampung asalnya, yakni di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.Ia pun mengerahkan tetangga-tetangga yang berprofesi penjahit untuk memproduksi sabuk boncengan anak. Saat ini, ada 23 orang tetangga penjahit di Blitar yang terlibat dalam proses produksi sabuk bonceng anak Jafa. “Jadi sekarang satu kelurahan banyak yang mengerjakan sabuk bonceng anak Jafa,” ujar Azwar.Untuk para pekerjanya, Azwar menerapkan sistem ongkos jahit Rp 9.000 per sabuk. Adapun upah untuk tukang potong Rp 7.000 per sabuk.Setiap seminggu sekali, Azwar mengirim bahan-bahan sabuk dengan truk ke Blitar dan mengangkut hasil sabuk boncengan anak dari Blitar. Ia pun merogoh kocek Rp 100.000 untuk ongkos truk Surabaya-Blitar pulang-pergi. Kini, Azwar mampu memproduksi 500 hingga 600 buah sabuk boncengan anak. Usahanya pun dalam 4 bulan sudah balik modal.Model sabuk boncengan anak Jafa ada dua macam yaitu tipe biasa dan tipe dengan sandaran kepala. Setiap model diproduksi dengan dua ukuran, yakni ukuran standar, dan jumbo yang lebih besar 20 cm.Harga jual sabuk boncengan anak Jafa tipe biasa ukuran standar adalah Rp 65.000, sedang ukuran jumbo Rp 75.000. Sedang sabuk dengan sandaran kepala harganya Rp 75.000 untuk ukuran standar, dan Rp 80.000 ukuran jumbo.Saat ini, Jafa telah bekerja sama dengan 49 agen dan 40 reseller. Persyaratan menjadi agen adalah melakukan order pertama sebanyak 50 buah sabuk boncengan anak. Untuk order berikut, tidak ada ketentuan jumlah minimal, namun tetap mendapat potongan harga.Agen akan mendapat potongan harga sebesar Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Harga sabuk bonceng anak untuk agen menjadi Rp 50.000, untuk tipe biasa berukuran standar. Harga agen tipe dengan sandaran kepala dan ukuran standar Rp 65.000.Menurut Azwar, sekitar 80% dari 49 agennya aktif memesan. Order dari total agen bisa mencapai 300 sabuk per bulan, sedang sisanya oleh reseller.Reseller diharuskan melakukan order pertama sebanyak 8 buah sabuk. Order berikut tanpa ketentuan jumlah minimal. Potongan harga yang diberikan ke reseller antara Rp 10.000 hingga Rp 13.000. Harga sabuk boncengan anak tipe biasa untuk reseller menjadi Rp 55.000 serta Rp 62.000 untuk tipe dengan sandaran kepala.Kini, sabuk bonceng anak Jafa mampu meraup omzet sebesar Rp 36 juta per bulan. Sedang keuntungan usaha ini menurut Azwar berkisar 25%.Sejak 3 bulan lalu, Azwar membuat website, yakni jafaboncenganak.com untuk mengerek penjualan. “Pengaruhnya lumayan banyak. Sekarang, kami kelabakan melayani permintaan karena produksi masih terbatas,” ujar Azwar. Ia pun menambah 4 orang penjahit lagi di Blitar. Sejauh ini, kendala usaha Azwar adalah kapasitas yang terbatas.Pemain masih sedikitPengalaman yang sama juga dialami oleh Kusmiyati, produsen sabuk boncengan anak Apro yang berlokasi di Jalan Kopo, Gang Lapang, Bandung. Saat memboncengkan anaknya ke sekolah, Kusmiyati was-was jika sang anak ketiduran saat masih dibonceng. Kebetulan, Kusmiyati, punya pengalaman bekerja di sebuah perusahaan tas di Bandung.Kusmiyati lantas membeli bahan-bahan sabuk, seperti kain 300 Denier, webbing, busa polyfoam dan buckle acetal. Dari bahan-bahan itu, ia membuat tiga sabuk. Satu sabuk ia pakai sendiri, dan dua sabuk lain, ia jual ke rekannya.Sabuk boncengan dengan nama Apro baru mulai diproduksi Kusmiyati secara massal pada bulan Juni 2012. Kusmiyati mengeluarkan modal awal sebesar Rp 5 juta. Semua modal itu ia gunakan untuk membeli bahan sehingga menghasilkan 5 lusin sabuk boncengan anak.Awalnya, Kusmiyati menerapkan sistem maklun untuk jasa menjahit sabuk boncengan anak. Namun, sistem itu cuma bertahan 6 bulan. Setelah itu, Kusmiyati merekrut tiga penjahit tetap.Tentu, ia harus mengeluarkan modal baru, sebesar Rp 7,5 juta untuk membeli tiga unit mesin jahit bekas plus Rp 1,8 juta untuk membeli mesin potong. Ongkos jahit yang diberikan Kusmiyati ke penjahitnya adalah Rp 90.000 per lusin.Harga eceran sabuk boncengan anak Apro Rp 90.000 per buah. Namun sejak Januari 2013, Kusmiyati hanya menerima pembelian dari agen dan reseller. “Bagaimanapun, Apro bisa berkembang karena kerja sama dengan agen dan reseller,” ujar Kusmiyati. Ada 10 agen dan 32 reseller yang kini bekerjasama dengan Apro, saat ini.Harga sabuk boncengan anak Apro untuk agen Rp 62.500, sedang bagi reseller Rp 77.500. Persyaratan bagi agen adalah melakukan pembelian pertama minimal 3 lusin, dan pembelian berikutnya minimal 2 lusin. Sedang reseller cukup melakukan pembelian pertama 3 buah, dan selanjutnya bebas.Selama 3 bulan terakhir, Kusmiyati mampu memroduksi 1.000 sabuk boncengan anak per bulan. Omzet penjualannya berkisar Rp 60 juta hingga Rp 77 juta per bulan. Sedang keuntungan usaha ini, menurut Kusmiyati, berkisar 30%. Sejak Maret 2013, dibantu suaminya, Kusmiyati membuat website aproapparel.com agar Apro makin dikenal.Usaha pembuatan sabuk boncengan anak, menurut Kusmiyati maupun Azwar, masih terbuka bagi pemain baru. Populasi sepeda motor di Indonesia yang terus naik bisa menjadi acuan tingginya kebutuhan sabuk boncengan anak. “Baru ada 10 merek,” ujar Kusmiyati. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News