JAKARTA. Pendapatan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. di 2013 melorot 14,39%. Menariknya laba komprehensif perusahaan justru melesat 92,41% atau sebesar Rp 91,49 miliar. Hadi Sutjipto, Direktur Gunawan Dianjaya Steel menjelaskan laba perusahaan naik lantaran tertolong harga baja. "Pendorong laba meningkat karena harga baja yang naik sehingga ini membuat margin ikut naik," kata Hadi kepada KONTAN, Jumat (28/3).Melongok data Bloomberg, harga baja jenis steel billet di pasar London Metal Exchange tahun 2013 lalu sebenarnya sempat terpuruk hingga US$ 125 per metric ton (MT), (15/7/2013). Namun perlahan harga baja konsisten mendaki hingga di level US$ 290 per MT (31/12/2013).Hadi mengakui realisasi pendapatan perusahaan pada 2013 meleset dari target semula sebesar Rp 1,9 triliun. Alhasil pendapatan tahun 2013 cuma Rp 1,41 triliun. Beruntung, laba perusahaan berkode GDST di Bursa Efek Indonesia ini mendaki 92,41%, menjadi Rp 91,49 miliar.Kontributor pendapatan terbesar 2013 adalah plat lokal sebesar Rp 1,25 triliun atau 88,93% terhadap total pendapatan. Menyusul, penjualan waste Rp 99,06 miliar (7,06%), plat ekspor Rp 51,55 miliar (3,66%) dan bahan baku alias slab Rp 4,99 miliar (0,35%). Diantara empat produk, hanya plat lokal dan slab yang naik jika dibandingkan dengan penjualan di 2012. Penjualan plat lokal 2013 naik 13,89% dan slab melejit 168,28%. Sementara penjualan waste dan plat ekspor 2012 melempem. Penjualan waste turun 20,52% dan penjualan plat ekspor ambles 87,74%.Nah, tahun ini GDST memprediksikan capaian pendapatan tidak jauh berbeda dari tahun 2013. Hadi beralasan, pasar baja diprediksi masih belum ada kenaikan. Namun untuk laba, dia memperkirakan masih ada pertumbuhan.Ada dua cara yang akan dilakukan GDST. Pertama, berpegang pada keyakinan tren penguatan dollar Amerika Serikat terhadap rupiah masih akan berlanjut, GDST berencana menambah tujuan ekspor di Asia Tenggara. Sejauh ini pasar ekspor perusahaan adalah Malaysia dan Singapura. Kedua, merampungkan pembangunan satu lini produksi dengan kaapasitas 1 juta ton per tahun. Sebelumnya Hadi bilang sisa dana untuk pembuatan lini produksi baru sekitar US$ 50 juta. Tahun ini akan digunakan US$ 25 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laba Gunawan Dianjajaya tertopang harga baja
JAKARTA. Pendapatan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. di 2013 melorot 14,39%. Menariknya laba komprehensif perusahaan justru melesat 92,41% atau sebesar Rp 91,49 miliar. Hadi Sutjipto, Direktur Gunawan Dianjaya Steel menjelaskan laba perusahaan naik lantaran tertolong harga baja. "Pendorong laba meningkat karena harga baja yang naik sehingga ini membuat margin ikut naik," kata Hadi kepada KONTAN, Jumat (28/3).Melongok data Bloomberg, harga baja jenis steel billet di pasar London Metal Exchange tahun 2013 lalu sebenarnya sempat terpuruk hingga US$ 125 per metric ton (MT), (15/7/2013). Namun perlahan harga baja konsisten mendaki hingga di level US$ 290 per MT (31/12/2013).Hadi mengakui realisasi pendapatan perusahaan pada 2013 meleset dari target semula sebesar Rp 1,9 triliun. Alhasil pendapatan tahun 2013 cuma Rp 1,41 triliun. Beruntung, laba perusahaan berkode GDST di Bursa Efek Indonesia ini mendaki 92,41%, menjadi Rp 91,49 miliar.Kontributor pendapatan terbesar 2013 adalah plat lokal sebesar Rp 1,25 triliun atau 88,93% terhadap total pendapatan. Menyusul, penjualan waste Rp 99,06 miliar (7,06%), plat ekspor Rp 51,55 miliar (3,66%) dan bahan baku alias slab Rp 4,99 miliar (0,35%). Diantara empat produk, hanya plat lokal dan slab yang naik jika dibandingkan dengan penjualan di 2012. Penjualan plat lokal 2013 naik 13,89% dan slab melejit 168,28%. Sementara penjualan waste dan plat ekspor 2012 melempem. Penjualan waste turun 20,52% dan penjualan plat ekspor ambles 87,74%.Nah, tahun ini GDST memprediksikan capaian pendapatan tidak jauh berbeda dari tahun 2013. Hadi beralasan, pasar baja diprediksi masih belum ada kenaikan. Namun untuk laba, dia memperkirakan masih ada pertumbuhan.Ada dua cara yang akan dilakukan GDST. Pertama, berpegang pada keyakinan tren penguatan dollar Amerika Serikat terhadap rupiah masih akan berlanjut, GDST berencana menambah tujuan ekspor di Asia Tenggara. Sejauh ini pasar ekspor perusahaan adalah Malaysia dan Singapura. Kedua, merampungkan pembangunan satu lini produksi dengan kaapasitas 1 juta ton per tahun. Sebelumnya Hadi bilang sisa dana untuk pembuatan lini produksi baru sekitar US$ 50 juta. Tahun ini akan digunakan US$ 25 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News