JAKARTA. Kinerja produsen semen PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sedang tak moncer. Sepanjang semester pertama, laba yang SMCB kantungi yakni Rp 449,2 miliar. Raihan tersebut menipis 3,81% dari Rp 467,02 miliar di periode yang sama tahun lalu. Di tengah fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, SMCB pun terlihat mengalami keuntungan selisih kurs. Pada semester pertama 2013, SMCB rugi selisih kurs sebesar Rp 3,82 triliun. Namun kini, posisinya menjadi untung Rp 4,08 triliun. Dus, penjualan SMCB masih mampu naik 9,82% dari Rp 4,48 triliun ke posisi Rp 4,92 triliun. Di situ, penjualan semen tumbuh 9,38% dari Rp 3,73 triliun menjadi Rp 4,08 triliun. Lalu penjualan beton meninggi 14,61% dari Rp 721,77 miliar jadi Rp 827,27 miliar. Namun penjualan agregatnya merosot 52,04% dari Rp 21,27 miliar menjadi Rp 10,2 miliar. Sepertinya, terkikisnya laba SMCB ini disebabkan oleh tanggungan beban yang naik lebih tinggi dibanding penjualan. Beban pokok penjualannya meningkat 14,05% dari Rp 3,06 triliun menjadi Rp 3,49 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laba Holcim terkikis 3,8%
JAKARTA. Kinerja produsen semen PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sedang tak moncer. Sepanjang semester pertama, laba yang SMCB kantungi yakni Rp 449,2 miliar. Raihan tersebut menipis 3,81% dari Rp 467,02 miliar di periode yang sama tahun lalu. Di tengah fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, SMCB pun terlihat mengalami keuntungan selisih kurs. Pada semester pertama 2013, SMCB rugi selisih kurs sebesar Rp 3,82 triliun. Namun kini, posisinya menjadi untung Rp 4,08 triliun. Dus, penjualan SMCB masih mampu naik 9,82% dari Rp 4,48 triliun ke posisi Rp 4,92 triliun. Di situ, penjualan semen tumbuh 9,38% dari Rp 3,73 triliun menjadi Rp 4,08 triliun. Lalu penjualan beton meninggi 14,61% dari Rp 721,77 miliar jadi Rp 827,27 miliar. Namun penjualan agregatnya merosot 52,04% dari Rp 21,27 miliar menjadi Rp 10,2 miliar. Sepertinya, terkikisnya laba SMCB ini disebabkan oleh tanggungan beban yang naik lebih tinggi dibanding penjualan. Beban pokok penjualannya meningkat 14,05% dari Rp 3,06 triliun menjadi Rp 3,49 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News