JAKARTA. Perlambatan ekonomi Indonesia berimbas pada industri Bank Pembangunan Daerah (BPD). Meskipun aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit masih bertumbuh, ternyata tak mampu membuat laba bank-bank daerah ikut naik. Bahkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Juni 2015 laba bank-bank daerah turun 4,2%. Heru Kristiyana, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV OJK membeberkan, laba BPD pada Juni 2015 menjadi Rp 5,2 triliun, turun 4,2% dari periode yang sama tahun 2014 Rp 5,4 triliun. "Rentabilitas BPD turun antara lain karena kredit macet alias non performing loan (NPL) sedikit naik karena pengaruh perlambatan ekonomi," terang Heru kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Secara industri, Heru bilang, NPL BPD berada pada kisaran 2%. Namun Heru menjelaskan, OJK mencermati kenaikan NPL ini sehingga mengeluarkan berbagai stimulus seperti yang sudah di launching beberapa waktu yang lalu. OJK pun, lanjut Heru, meminta agar BPD memperkuat manajemen risiko masing-masing. "Tapi, semua BPD masih dalam pengawasan yang normal," jelas Heru ketika disinggung apakah ada BPD yang dalam pengawasan khusus OJK. Secara rinci, aset BPD di periode ini tumbuh 18,88% dari Rp 461 triliun menjadi Rp 549 triliun. Sementara, DPK naik 21,15% menjadi Rp 462 triliun dari periode sebelumnya Rp 381 triliun. Di sisi lain, kredit BPD secara year on year tumbuh 11,71% dari Rp 283 triliun menjadi Rp 317 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laba industri BPD turun 4,2% jadi Rp 5,2 triliun
JAKARTA. Perlambatan ekonomi Indonesia berimbas pada industri Bank Pembangunan Daerah (BPD). Meskipun aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit masih bertumbuh, ternyata tak mampu membuat laba bank-bank daerah ikut naik. Bahkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Juni 2015 laba bank-bank daerah turun 4,2%. Heru Kristiyana, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV OJK membeberkan, laba BPD pada Juni 2015 menjadi Rp 5,2 triliun, turun 4,2% dari periode yang sama tahun 2014 Rp 5,4 triliun. "Rentabilitas BPD turun antara lain karena kredit macet alias non performing loan (NPL) sedikit naik karena pengaruh perlambatan ekonomi," terang Heru kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Secara industri, Heru bilang, NPL BPD berada pada kisaran 2%. Namun Heru menjelaskan, OJK mencermati kenaikan NPL ini sehingga mengeluarkan berbagai stimulus seperti yang sudah di launching beberapa waktu yang lalu. OJK pun, lanjut Heru, meminta agar BPD memperkuat manajemen risiko masing-masing. "Tapi, semua BPD masih dalam pengawasan yang normal," jelas Heru ketika disinggung apakah ada BPD yang dalam pengawasan khusus OJK. Secara rinci, aset BPD di periode ini tumbuh 18,88% dari Rp 461 triliun menjadi Rp 549 triliun. Sementara, DPK naik 21,15% menjadi Rp 462 triliun dari periode sebelumnya Rp 381 triliun. Di sisi lain, kredit BPD secara year on year tumbuh 11,71% dari Rp 283 triliun menjadi Rp 317 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News