Laba Kian Mekar, Bank Besar Siap Tebar Dividen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank besar berhasil mencatat laba ciamik pada tahun 2023. Alhasil, pemegang saham kini tinggal menantikan gula-gula berupa dividen yang dipastikan bakal bertebaran.

Meski dividen bank sempat menjadi sorotan regulator dalam beberapa waktu terakhir, tampaknya itu tidak menyurutkan bank-bank bermodal besar untuk menyenangkan pemegang sahamnya dengan dividen. Maklum, bank-bank tersebut telah memiliki modal dan pencadangan yang kuat.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Royke Tumilaar pun memastikan bahwa bank berlogo 46 ini akan membagikan dividen atas tahun buku 2023. Di mana, BNI mencetak laba sebesar Rp 21 triliun atau naik 14,2% secara tahunan (YoY).


Bahkan, Royke menyebutkan rasio dividen yang dibagikan kemungkinan akan lebih besar dari tahun sebelumnya. Harapannya, dengan rasio dividen yang semakin besar bisa menjadi daya tarik bagi saham BNI itu sendiri.

Baca Juga: Bank Besar Pesta Laba Jumbo, Simak Rekomendasi Saham BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI

Jika dilihat secara historis, Dividen Payout Ratio (DPR) yang dibagikan BNI atas tahun buku 2022 sebesar 40%. Angka tersebut naik secara signifikan dibandingkan DPR tahun sebelumnya yang hanya 25,5%.

“Rasio kemungkinan lebih besar karena modal kami juga sudah cukup besar,” ujar Royke kepada KONTAN (1/2).

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja juga mengungkapkan rasio dividen BCA di tahun buku 2023 ini akan lebih besar. Hanya saja, ia tak menjelaskan lebih detail atas pertimbangan tersebut.

“Ya (rasio lebih besar),” ujarnya singkat.

Adapun, dividen payout ratio BCA pada tahun buku 2022 ada di level 62,12%. Secara historis, tren rasio dividen yang dibagikan BCA beberapa tahun terakhir memang mengalami peningkatan.

Sebagai informasi, atas kinerja tahun buku 2023, BCA juga sudah membagikan dividen interim pada akhir tahun lalu. Waktu itu, BCA membagikan dividen interim senilai Rp 5,2 triliun atau sebesar Rp 42,5 per saham.

Sedikit berbeda, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Darmawan Junaidi bilang besaran rasio dividen yang dibagikan akan sama dengan tahun sebelumnya. Di mana, dividen payout ratio Bank Mandiri pada tahun sebelumnya sebesar 60,02%.

Darmawan bilang besaran tersebut sudah disesuaikan dengan rencana ekspansi bisnis di 2024. Mengingat, ia menyebut ada porsi modal yang juga meningkat secara proporsional.

“Semuanya mengikuti keputusan pemegang saham mayoritas,” ujarnya kepada KONTAN (1/2).

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso juga telah memastikan bahwa tetap membagikan dividen atas kinerja labanya yang mencapai Rp 60,4 triliun atau tumbuh 17,5% yoy.  Dividen payout ratio BRI juga tercatat cukup tinggi di tahun sebelumnya yang mencapai 85,27%.

Baca Juga: Laba BRI Rp 60,4 Triliun, Dirut BRI: Mayoritas Laba Akan Dibagikan ke Pemegang Saham

“Laba ini kelak sebagian akan dikembalikan ke negara dan para pemegang saham,” ujarnya. 

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto bilang bahwa untuk saat ini dividen perbankan yang masih menarik adalah Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Menurutnya, bank-bank tersebut masih dapat mencatatkan pertumbuhan yang kuat hingga saat ini.

“potensi dividen yield juga masih menarik, diperkirakan bisa mencapai 4% hingga 5% dari harga saat ini,” ujarnya.

Untuk saham-saham tersebut, Pandhu merekomendasikan untuk membelinya saat ada koreksi. Ia juga bilang tidak perlu terlalu khawatir akan koreksi dari saham-saham tersebut karena outlook jangka panjang masih bagus.

“Telah teruji bertahun-tahun mampu kembali ke level all time high masing-masing,” ujarnya.

Tak banyak berbeda, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus juga bilang untuk dividen bank yang bisa diincar dengan fundamental kuat pastinya kembali ke bank besar seperti BRI, BNI, Mandiri, maupun BCA.

Hanya saja, ia tidak menutup kemungkinan bagi investor yang mengincar dividen yield besar bisa melihat emiten bank lainnya. Meski, perlu diperhatikan pula tingkat risiko yang dimiliki dari masing-masing bank.

“Apabila ingin mengurangi tingkat risiko, berarti selain dividen yield, juga harus melihat fundamental,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi