Laba Mayoritas Emiten Tambang Batubara Tergerus Penurunan Harga Jual Batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten tambang batubara telah melaporkan kinerja keuangan untuk periode semester pertama 2023. Hasilnya, mayoritas membukukan penurunan laba bersih.

Terbaru, ada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)  yang melaporkan penurunan kinerja sepanjang semester pertama 2023.  ADRO membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 873,83 juta. Realisasi ini menyusut 27,9% dari torehan laba bersih ADRO pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,21 miliar.

Penurunan laba bersih ini sejalan dengan penurunan pendapatan ADRO, dimana ADRO membukukan pendapatan senilai US$ 3,47 miliar sepanjang semester I-2023. Angka ini turun 2% jika dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun 2022 yang mencapai US$ 3,54 miliar.


Menyusul ADRO, ada PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mengalami penurunan sepanjang enam bulan pertama tahun 2023. Emiten pertambangan batubara ini meraih laba bersih senilai US$ 306,94 juta, anjlok 33,39% dibandingkan keuntungan pada semester I-2022.

Baca Juga: Operasikan PLTU di Babelan, Ini Upaya yang Dilakukan Cikarang Listrindo (POWR)

Sejalan dengan penurunan laba bersih, pendapatan ITMG juga turun 8,45% menjadi sebesar US$ 1,30 miliar, dibandingkan capaian US$ 1,42 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

PT Indika Energy Tbk (INDY) menambah daftar panjang emiten batubara yang labanya tergerus. Per semester pertama 2023, INDY membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk senilai US$ 89,80 juta. Angka ini menurun hingga 55,21% dari realisasi laba bersih pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 200,55 juta.

Pendapatan INDY menurun 13,7%  menjadi senilai US$ 1,67 miliar dari sebelumnya US$ 1,83 miliar di semester pertama 2022.

Salah satu faktor yang menggerus kinerja keuangan emiten batubara adalah penurunan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP).

ITMG misalnya, harga rata-rata penjualan alias ASP batubara yang diperoleh pada paruh pertama tahun ini sebesar US$ 130,6 per ton. Realisasi ASP ini turun 25,4% dari realisasi ASP pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 175,1 per ton.

ASP Adaro Energy mengalami penurunan hingga 18%. Harga jual batubara anak usaha ADRO, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga menurun 25% secara year-on-year (YoY).

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga mencatatkan penurunan harga jual  sebesar 16% dari semula US$ 110,9 per ton pada semester pertama 2022 menjadi US$ 93,2 per ton pada paruh pertama 2023.

Baca Juga: Bangun Karya Perkasa (KRYA) Raih Proyek dari Grup PLN dan Platinum

Selain menurunnya ASP, emiten tambang batubara juga dibayangi oleh kenaikan royalti. Total royalti yang dibayarkan secara konsolidasi  oleh BUMI misalnya, mencapai US$ 1,03 miliar, dan ini setara dengan 31,2% pendapatan kotor yang sebesar US$ 3,30 miliar.

Adapun royalti meningkat 14% pada penjualan domestik dan hingga 28% pada ekspor, yang mulai berlaku 1 Januari 2022 di anak perusahaan Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi