Laba menata panggung makin meriah di akhir tahun



Maraknya pertunjukan di tanah air, baik musik, koreografi maupun teater, meningkatkan pertumbuhan industri tata panggung. Tak hanya panggung yang menampilkan artis papan atas, permintaan juga datang dari sekolah dan kampus-kampus.Panggung hiburan yang makin semarak di tanah air, menjadi berkah bagi industri penata panggung. Maklum, sebuah panggung tentu membutuhkan penataan dekorasi untuk mendukung berbagai aksi di atasnya. Mulai dari pertunjukan musik, koreografi hingga teater, memerlukan penataan panggung yang sesuai dengan tema yang diusung oleh penghelat acara. Dan, tentu saja, ini bukan pekerjaan yang mudah. Abraham Isnan adalah salah satu pelaku di industri ini. Ia terjun usaha artistik panggung sejak lulus SMA. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Seni Indonesia pada 2003, ia pun makin mantap menggeluti bisnis ini. Maklum, Abraham sendiri merupakan anggota sebuah kelompok teater. Alhasil, ia sangat memahami seluk-beluk dunia panggung. Apalagi, sebagai pekerja seni, ia melihat peluang dari permintaan pembuatan panggung yang terus mengalir. "Prospek bisnis ini makin baik, sejak booming pertunjukan teater Laskar Pelangi dan Gita Cinta," tutur pria yang kini berkantor di Pacific Place tersebut.Gamawan Syahbana pun mengungkapkan kondisi serupa. Pria yang sudah lima tahun berkutat di bisnis tata panggung ini mengaku, usahanya terus bertumbuh seiring kian banyaknya acara yang membutuhkan panggung. Omzetnya pun terus meningkat. Dibanding 2010 lalu, pendapatan Gamawan tahun ini naik 25% atau sekitar Rp 25 juta per bulan. Pasarnya dari kampusDalam bisnis ini, Abraham banyak menerima order untuk membuat panggung teater anak-anak sekolah menengah atas atau perguruan tinggi. Beberapa klien yang menggunakan jasanya, seperti London School dan Pelita Harapan. Biaya pembuatan panggung ini pun beragam. Besarnya biaya tergantung dari kebutuhan properti. Untuk panggung teater, biayanya berkisar Rp 8 juta hingga Rp 10 juta. Sedangkan, untuk pertunjukan musik, biayanya mulai Rp 7,5 juta. Begitu pula dengan Gamawan. Mayoritas kliennya berasal dari komunitas seni pertunjukan atau teater di tiap kampus. "Seni teatrikal sangat membutuhkan dukungan setting panggung untuk memperkuat tema pertunjukan," ujarnya.Untuk klien mahasiswa, ia memasang tarif mulai dari Rp 7 juta hingga Rp 10 juta. "Kalau untuk musik mulai dari Rp 9 juta hingga Rp 13 juta," ujarnya. Sementara itu, untuk klien umum, Gamawan mematok tarif mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Sayang, jumlah pemesan dari kalangan umum terbilang masih minim. "Baru ada beberapa teater seni daerah, jika mereka akan manggung di Jakarta," ujarnya. Baik Abraham maupun Gamawan akan meminta klien untuk melakukan pemesanan jauh-jauh hari sebelum pertunjukan digelar. Biasanya, Abraham mematok waktu minimal dua bulan. Dengan waktu selama ini, ia dan timnya akan mengerjakan desain dan pembuatan segala properti panggung. "Kalau desainnya butuh waktu antara satu hingga tiga bulan, sedangkan pengerjaan panggungnya hanya dua minggu," ungkap Abraham. Untuk mengerjakan satu panggung, biasanya, ia hanya mengerahkan lima karyawan. Untuk membuat panggung, Abraham terlebih dulu membuat sketsa panggung. Pada tahap ini, biasanya ia akan melibatkan klien. Secara berkesinambungan, ia harus bertemu dengan klien untuk membicarakan soal desain panggung. Setelah mendapat persetujuan soal desain, baru ditentukan ukuran panggung. Jika klien setuju dengan sketsa dan ukuran panggung, Abraham pun segera melanjutkan pembuatan perencanaan harga dan kebutuhan properti panggung. Pada tahap inilah, ia sering menghadapi masalah dengan klien. "Biasanya, anggaran klien tak mencukupi, sehingga kami harus mengurangi beberapa properti. Proses inilah yang rumit," tutur Abraham. Meski begitu, dalam sebulan Abraham bisa mendulang omzet rata-rata sekitar Rp 40 juta. Namun, perolehan omzet per bulan sangat tergantung dari banyak sedikitnya pesanan. Pada kondisi ramai, boleh jadi, Abraham meraup omzet hingga Rp 80 juta. Masa panen pelaku bisnis tata panggung ini berada pada awal tahun dan akhir tahun. Pada akhir tahun, ia sering kebanjiran order menata panggung untuk perayaan Natal. Tak hanya menata panggung, Abraham juga mendapatkan permintaan untuk menghias gereja. Sebaliknya, bisnis ini longgar pada pertengahan tahun. "Kalau sepi, kami hanya menerima dua order setiap bulan. Gamawan pun yakin, bisnis jasa tata panggung akan terus menjanjikan ke depannya, terutama dengan pasar mahasiswa dan anak sekolah. "Yang penting, kami harus selalu melakukan promosi," ujar pemilik CV Teater Insani tersebut. Promosi yang paling efektif ialah mendekati masa akhir tahun ajaran baru sekolah, karena pada masa itu banyak diselenggarakan pergelaran seni.Jay Subiyakto menyatakan, Bisnis ini memiliki prospek yang cerah, karena masyarakat butuh hiburan yang berkualitas. "Kesempatan seorang penata artistik untuk unjuk kebolehan terus membesar," ujarnya. Meski begitu, mereka juga harus mengimbangi kemampuan dengan perkembangan dunia hiburan agar tak ketinggalan informasi terbaru. Tampilan tata artistik pun harus seimbang antara cahaya, busana, suara serta koreografi. "Tata artistik yang baik harus bisa menopang seluruh elemen pertunjukan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi