Setiap orang tua pasti ingin melihat buah hatinya tampil menawan di setiap kesempatan. Mereka tak ragu berbelanja pakaian supaya sang anak mampu mencuri perhatian orang-orang di sekelilingnya. Maka, terbukalah peluang bagi bisnis fashion khusus anak-anak. Keunikan desain dan bahan bermutu senjata untuk menerobos pasar.Produk fashion Indonesia makin berkibar di negeri sendiri. Tengok saja, di hampir setiap perhelatan yang memamerkan produk-produk fashion, seperti Indonesia Fashion Week, Inacraft, dan lainnya, baju lokal selalu mendulang sukses. Ramainya pengunjung yang datang, mendongkrak omzet para peserta pameran.Bukan hanya menyasar kalangan perempuan maupun pria dewasa, produk fashion juga membidik anak-anak. Dengan mengusung merek lokal, produk untuk si kecil ini juga tak kalah meriah. Desain yang unik dan kreatif tidak kalah bersaing dengan buatan luar negeri. Dari tahun ke tahun, pemain baru untuk produk fashion anak ini terus bertambah. “Biarpun pemain sudah banyak, tapi yang cukup dikenal masih sedikit,” ujar Herlina Trisnaningsih, pemilik Little Zee.Para pemain baru ini jelas melihat peluang pasar fashion yang masih lebar. Apalagi, pasar fashion anak semakin meningkat. “Kini, mal punya area tersendiri khusus produk anak-anak,” tutur Jenny Santosa, pemilik Little Noni Batik.Melihat peluang itu, Jenny lantas berani terjun ke bisnis baju anak pada 2011 silam. Untuk mencuil pasar, ia mengambil konsep pakaian tradisional modern untuk anak-anak. Ia memadukan kain tradisional untuk model baju anak masa kini. “Kami ingin berbeda dari produk yang diimpor dari Eropa atau Asia. Paduan berbagai kain tradisional ini juga membuat produk kami sulit ditiru oleh negara lain,” tutur dia.Para produsen baju anak lokal itu tertantang untuk bersaing dengan merek pakaian anak asal luar negeri. Maklum, sebagian merek dari luar negeri itu memang sudah lebih dulu dikenal masyakarat. Alhasil, mereka harus pandai mengolah desain dan bahan untuk memikat konsumen yang sebagian besar kalangan menengah atas. Cenil Warna Jogja, misalnya. Megawati Dewi, owner Cenil, sengaja memulai kreasi produk baju anak dengan nuansa batik yang penuh warna dan meriah. “Kami ingin menciptakan citra baru, bahwa batik bisa berwarna-warni dan modern, sehingga cocok untuk anak,” tuturnya. Dengan tampilan yang unik dan menarik ini, para produsen baju anak ini sekaligus ingin menciptakan pasar baru. Usaha itu tidak sia-sia karena banyak konsumen yang akhirnya menjadi pelanggan loyal. “Sejak ada pengakuan batik, kecintaan terhadap produk lokal terus meningkat,” cetus Jenny.Bisnis baju anak ini juga terlihat makin menjanjikan. Pasalnya, meski jumlah pemain bertambah banyak, bisnis pemain lama juga terus berkembang. Little Zee, yang awalnya menghasilkan 400 pieces per bulan, kini mampu memproduksi 1.200 pieces tiap bulan.Selain itu, bisnis yang bermodal kreativitas ini juga menjanjikan untung lumayan besar. Para pemain menyebutkan, bisnis garmen anak ini bisa mendatangkan profit berkisar 20% hingga 50%. Apakah Anda tertarik untuk mencobanya?Desain dan bahanLayaknya bisnis fashion, modal utama dalam menekuni usaha pembuatan baju anak-anak adalah kreativitas. Namun, jika jiwa kreatif belum melekat di diri Anda, tidak perlu berkecil hati. Anda bisa mengasah kreativitas dengan rajin membolak-balik majalah yang menyajikan desain baju-baju anak. Dunia maya juga bisa menjadi media menemukan banyak inspirasi desain baju anak-anak. Tapi, sebelum mulai merancang baju, Anda harus menetapkan konsep baju anak yang ingin dibuat. Seperti Litte Noni Batik. Jenny mengambil konsep modern tradisional karena ingin menambahkan unsur etnik pada baju model terkini. Begitu pula Cenil yang memiliki konsep batik penuh warna sesuai karakter anak yang ceria.Konsep ini yang akan mengawal hasil rancangan, hingga produk Anda terlihat memiliki keunikan dan berbeda dengan produk lain. “Penting pula untuk menghasilkan desain dengan unsur surprise bagi konsumen, supaya mereka selalu loyal dan mengikuti model-model terbaru,” kata Jenny.Untuk urusan desain, Anda bisa merekrut karyawan khusus. Strategi ini yang dilakukan Jenny. Supaya bisa menghasilkan 10 hingga 30 desain baju baru setiap bulan, dia menggunakan tenaga desainer free-lancer. Ragam model baru yang meluncur setiap bulan sangat penting bagi butik baju anak, supaya tetap dilirik oleh para pelanggannya.Selain model pakaian yang unik, cantik dan menarik, untuk membuat baju anak, Anda juga harus memperhatikan jenis kain yang akan dipakai. Pemilihan bahan ini sangat penting, karena biasanya orang tua menginginkan bahan yang benar-benar nyaman untuk buah hati mereka. Maklumlah, kulit anak-anak lebih sensitif daripada kulit orang dewasa.Untuk mendapatkan bahan semacam itu, Jenny menyarankan rajin-rajinlah mencari (hunting) kain di sentra penjualan kain. Biasanya, produsen baju anak lebih banyak memakai kain katun. “Baju anak harus adem dan menyerap keringat,” kata Herlina.Anda pun bisa berburu bahan katun ini di berbagai sentra kain. Untuk bahan katun, Herlina sering berbelanja di Majalaya, Bandung. Jika ingin bahan dengan kualitas lebih baik, Anda bisa mencari katun impor di sentra penjualan kain.Untuk kain tradisional, tentu saja, Anda bisa memburunya ke berbagai sentra kain-kain tradisional di Indonesia. Little Noni Batik sendiri berkomitmen untuk menggunakan tenun, batik, dan lurik yang tak dibuat dengan mesin.Adapun Cenil yang menggunakan kain batik, tetap menekankan bahan yang aman untuk anak-anak. “Kami membuat sendiri kain batik, berupa katun 100% dengan menggunakan batik cap dan pewarnaan yang berbeda dengan batik lainnya,” ujar Megawati. Dalam waktu satu bulan, ia menggunakan hingga 1000 meter kain untuk memproduksi hingga 500 potong (pieces) baju anak.Setelah desain dan bahan baku telah siap, langkah selanjutnya adalah produksi. Dalam bisnis garmen ini, ada dua pilihan cara memproduksi, yaitu menjahit sendiri dan menggunakan sistem cut make trim (CMT) alias maklun.Biasanya CMT menjadi pilihan bagi pebisnis pemula dengan modal yang terbatas. Jasa maklun inilah yang menjadi pilihan Jenny. Saat mengawali Little Noni Batik, ia hanya mengantongi modal sebesar Rp 20 juta. Kini setelah usahanya membesar, Jenny tetap memilih sistem maklun, dengan alasan ingin fokus ke pengembangan desain serta branding.Hanya, bukan perkara gampang untuk menemukan partner maklun yang memiliki kualitas jahitan sesuai dengan keinginan Anda. Selain itu, Anda tak bisa hanya mengandalkan hanya satu mitra maklun. Jenny bekerja sama dengan beberapa penyedia jasa maklun yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tiap jasa maklun ini biasanya mempunyai batasan minimal order. Ambil contoh, untuk menjahit satu model, minimal harus pesan 100 potong atau empat hingga lima lusin. Tarif menjahit sangat bervariasi, bergantung pada tingkat kesulitan serta kuantitas pemesanan.Jika Anda mempunyai modal cukup besar, tak ada salahnya menjahit sendiri. Untuk menghemat biaya, Anda bisa membeli mesin jahit bekas. Harga mesin jahit berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 6 juta per mesin. Herlina pun membeli mesin jahit bekas dari pabrik yang ingin meremajakan mesinnya. “Biasanya, mesin jahit dari pabrik-pabrik seperti itu masih bagus kualitasnya,” ujar dia. Sekadar catatan, di Bandung, mesin-mesin bekas berkualitas banyak ditemukan di daerah Cijeurah. Untuk menggenjot produksi hingga 1.200 pieces per bulan, Herlina menggunakan delapan mesin jahit. Oh. iya, selain mesin jahit, Anda paling tidak membutuhkan mesin potong, mesin obras, mesin wolsum, mesin lubang kancing untuk menghasilkan sepotong baju.Investasi lain yang harus Anda lakukan jika ingin menjahit sendiri adalah menyiapkan ruang untuk menjahit. Sediakan pula ruang yang agak luas untuk menyimpan bahan baku serta tempat pemotongan bahan. Untuk berbagai kegiatan di bisnis garmen ini, Herlina menggunakan ruangan seluas 90 m2 yang bisa menampung hingga delapan orang karyawan.Selesai merancang tahap produksi, Anda harus memikirkan strategi penjualan. Bagi pebisnis pemula, membuka lapak di dunia maya merupakan pilihan yang paling efisien. “Meski menjual hanya melalui online pada tahun pertama, tapi saya sudah mengirimkan barang hingga ke Malaysia dan Singapura,” kata Herlina.Agar dagangan laris manis di tahap awal, Anda harus serius menggarap situs. Buatlah website semenarik mungkin. Agar pengunjung tergoda merogoh isi kantongnya, Anda harus menampilkan foto-foto produk baju anak, yang diperagakan oleh model dengan gaya lucu dan cantik.Selain itu, dalam promosi melalui dunia maya ini, Anda juga harus benar-benar bisa meyakinkan konsumen bahwa bisnis ini benar-benar dilakoni secara serius. “Setiap pemesanan harus diterima pembeli tepat waktu. Itu merupakan kunci kepercayaan konsumen kepada kami,” kata Jenny.Supaya konsumen rutin menyambangi lapak Anda di dunia maya, jangan pernah malas untuk menampilkan produk dengan desain baru. Dengan cara ini pula, pelan-pelan nama merek (brand) Anda mulai terbangun. Seiring berjalannya waktu, perkuat promosi dengan beriklan melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, atau website milik orang lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laba mengembang berkat bisnis fesyen si kecil
Setiap orang tua pasti ingin melihat buah hatinya tampil menawan di setiap kesempatan. Mereka tak ragu berbelanja pakaian supaya sang anak mampu mencuri perhatian orang-orang di sekelilingnya. Maka, terbukalah peluang bagi bisnis fashion khusus anak-anak. Keunikan desain dan bahan bermutu senjata untuk menerobos pasar.Produk fashion Indonesia makin berkibar di negeri sendiri. Tengok saja, di hampir setiap perhelatan yang memamerkan produk-produk fashion, seperti Indonesia Fashion Week, Inacraft, dan lainnya, baju lokal selalu mendulang sukses. Ramainya pengunjung yang datang, mendongkrak omzet para peserta pameran.Bukan hanya menyasar kalangan perempuan maupun pria dewasa, produk fashion juga membidik anak-anak. Dengan mengusung merek lokal, produk untuk si kecil ini juga tak kalah meriah. Desain yang unik dan kreatif tidak kalah bersaing dengan buatan luar negeri. Dari tahun ke tahun, pemain baru untuk produk fashion anak ini terus bertambah. “Biarpun pemain sudah banyak, tapi yang cukup dikenal masih sedikit,” ujar Herlina Trisnaningsih, pemilik Little Zee.Para pemain baru ini jelas melihat peluang pasar fashion yang masih lebar. Apalagi, pasar fashion anak semakin meningkat. “Kini, mal punya area tersendiri khusus produk anak-anak,” tutur Jenny Santosa, pemilik Little Noni Batik.Melihat peluang itu, Jenny lantas berani terjun ke bisnis baju anak pada 2011 silam. Untuk mencuil pasar, ia mengambil konsep pakaian tradisional modern untuk anak-anak. Ia memadukan kain tradisional untuk model baju anak masa kini. “Kami ingin berbeda dari produk yang diimpor dari Eropa atau Asia. Paduan berbagai kain tradisional ini juga membuat produk kami sulit ditiru oleh negara lain,” tutur dia.Para produsen baju anak lokal itu tertantang untuk bersaing dengan merek pakaian anak asal luar negeri. Maklum, sebagian merek dari luar negeri itu memang sudah lebih dulu dikenal masyakarat. Alhasil, mereka harus pandai mengolah desain dan bahan untuk memikat konsumen yang sebagian besar kalangan menengah atas. Cenil Warna Jogja, misalnya. Megawati Dewi, owner Cenil, sengaja memulai kreasi produk baju anak dengan nuansa batik yang penuh warna dan meriah. “Kami ingin menciptakan citra baru, bahwa batik bisa berwarna-warni dan modern, sehingga cocok untuk anak,” tuturnya. Dengan tampilan yang unik dan menarik ini, para produsen baju anak ini sekaligus ingin menciptakan pasar baru. Usaha itu tidak sia-sia karena banyak konsumen yang akhirnya menjadi pelanggan loyal. “Sejak ada pengakuan batik, kecintaan terhadap produk lokal terus meningkat,” cetus Jenny.Bisnis baju anak ini juga terlihat makin menjanjikan. Pasalnya, meski jumlah pemain bertambah banyak, bisnis pemain lama juga terus berkembang. Little Zee, yang awalnya menghasilkan 400 pieces per bulan, kini mampu memproduksi 1.200 pieces tiap bulan.Selain itu, bisnis yang bermodal kreativitas ini juga menjanjikan untung lumayan besar. Para pemain menyebutkan, bisnis garmen anak ini bisa mendatangkan profit berkisar 20% hingga 50%. Apakah Anda tertarik untuk mencobanya?Desain dan bahanLayaknya bisnis fashion, modal utama dalam menekuni usaha pembuatan baju anak-anak adalah kreativitas. Namun, jika jiwa kreatif belum melekat di diri Anda, tidak perlu berkecil hati. Anda bisa mengasah kreativitas dengan rajin membolak-balik majalah yang menyajikan desain baju-baju anak. Dunia maya juga bisa menjadi media menemukan banyak inspirasi desain baju anak-anak. Tapi, sebelum mulai merancang baju, Anda harus menetapkan konsep baju anak yang ingin dibuat. Seperti Litte Noni Batik. Jenny mengambil konsep modern tradisional karena ingin menambahkan unsur etnik pada baju model terkini. Begitu pula Cenil yang memiliki konsep batik penuh warna sesuai karakter anak yang ceria.Konsep ini yang akan mengawal hasil rancangan, hingga produk Anda terlihat memiliki keunikan dan berbeda dengan produk lain. “Penting pula untuk menghasilkan desain dengan unsur surprise bagi konsumen, supaya mereka selalu loyal dan mengikuti model-model terbaru,” kata Jenny.Untuk urusan desain, Anda bisa merekrut karyawan khusus. Strategi ini yang dilakukan Jenny. Supaya bisa menghasilkan 10 hingga 30 desain baju baru setiap bulan, dia menggunakan tenaga desainer free-lancer. Ragam model baru yang meluncur setiap bulan sangat penting bagi butik baju anak, supaya tetap dilirik oleh para pelanggannya.Selain model pakaian yang unik, cantik dan menarik, untuk membuat baju anak, Anda juga harus memperhatikan jenis kain yang akan dipakai. Pemilihan bahan ini sangat penting, karena biasanya orang tua menginginkan bahan yang benar-benar nyaman untuk buah hati mereka. Maklumlah, kulit anak-anak lebih sensitif daripada kulit orang dewasa.Untuk mendapatkan bahan semacam itu, Jenny menyarankan rajin-rajinlah mencari (hunting) kain di sentra penjualan kain. Biasanya, produsen baju anak lebih banyak memakai kain katun. “Baju anak harus adem dan menyerap keringat,” kata Herlina.Anda pun bisa berburu bahan katun ini di berbagai sentra kain. Untuk bahan katun, Herlina sering berbelanja di Majalaya, Bandung. Jika ingin bahan dengan kualitas lebih baik, Anda bisa mencari katun impor di sentra penjualan kain.Untuk kain tradisional, tentu saja, Anda bisa memburunya ke berbagai sentra kain-kain tradisional di Indonesia. Little Noni Batik sendiri berkomitmen untuk menggunakan tenun, batik, dan lurik yang tak dibuat dengan mesin.Adapun Cenil yang menggunakan kain batik, tetap menekankan bahan yang aman untuk anak-anak. “Kami membuat sendiri kain batik, berupa katun 100% dengan menggunakan batik cap dan pewarnaan yang berbeda dengan batik lainnya,” ujar Megawati. Dalam waktu satu bulan, ia menggunakan hingga 1000 meter kain untuk memproduksi hingga 500 potong (pieces) baju anak.Setelah desain dan bahan baku telah siap, langkah selanjutnya adalah produksi. Dalam bisnis garmen ini, ada dua pilihan cara memproduksi, yaitu menjahit sendiri dan menggunakan sistem cut make trim (CMT) alias maklun.Biasanya CMT menjadi pilihan bagi pebisnis pemula dengan modal yang terbatas. Jasa maklun inilah yang menjadi pilihan Jenny. Saat mengawali Little Noni Batik, ia hanya mengantongi modal sebesar Rp 20 juta. Kini setelah usahanya membesar, Jenny tetap memilih sistem maklun, dengan alasan ingin fokus ke pengembangan desain serta branding.Hanya, bukan perkara gampang untuk menemukan partner maklun yang memiliki kualitas jahitan sesuai dengan keinginan Anda. Selain itu, Anda tak bisa hanya mengandalkan hanya satu mitra maklun. Jenny bekerja sama dengan beberapa penyedia jasa maklun yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tiap jasa maklun ini biasanya mempunyai batasan minimal order. Ambil contoh, untuk menjahit satu model, minimal harus pesan 100 potong atau empat hingga lima lusin. Tarif menjahit sangat bervariasi, bergantung pada tingkat kesulitan serta kuantitas pemesanan.Jika Anda mempunyai modal cukup besar, tak ada salahnya menjahit sendiri. Untuk menghemat biaya, Anda bisa membeli mesin jahit bekas. Harga mesin jahit berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 6 juta per mesin. Herlina pun membeli mesin jahit bekas dari pabrik yang ingin meremajakan mesinnya. “Biasanya, mesin jahit dari pabrik-pabrik seperti itu masih bagus kualitasnya,” ujar dia. Sekadar catatan, di Bandung, mesin-mesin bekas berkualitas banyak ditemukan di daerah Cijeurah. Untuk menggenjot produksi hingga 1.200 pieces per bulan, Herlina menggunakan delapan mesin jahit. Oh. iya, selain mesin jahit, Anda paling tidak membutuhkan mesin potong, mesin obras, mesin wolsum, mesin lubang kancing untuk menghasilkan sepotong baju.Investasi lain yang harus Anda lakukan jika ingin menjahit sendiri adalah menyiapkan ruang untuk menjahit. Sediakan pula ruang yang agak luas untuk menyimpan bahan baku serta tempat pemotongan bahan. Untuk berbagai kegiatan di bisnis garmen ini, Herlina menggunakan ruangan seluas 90 m2 yang bisa menampung hingga delapan orang karyawan.Selesai merancang tahap produksi, Anda harus memikirkan strategi penjualan. Bagi pebisnis pemula, membuka lapak di dunia maya merupakan pilihan yang paling efisien. “Meski menjual hanya melalui online pada tahun pertama, tapi saya sudah mengirimkan barang hingga ke Malaysia dan Singapura,” kata Herlina.Agar dagangan laris manis di tahap awal, Anda harus serius menggarap situs. Buatlah website semenarik mungkin. Agar pengunjung tergoda merogoh isi kantongnya, Anda harus menampilkan foto-foto produk baju anak, yang diperagakan oleh model dengan gaya lucu dan cantik.Selain itu, dalam promosi melalui dunia maya ini, Anda juga harus benar-benar bisa meyakinkan konsumen bahwa bisnis ini benar-benar dilakoni secara serius. “Setiap pemesanan harus diterima pembeli tepat waktu. Itu merupakan kunci kepercayaan konsumen kepada kami,” kata Jenny.Supaya konsumen rutin menyambangi lapak Anda di dunia maya, jangan pernah malas untuk menampilkan produk dengan desain baru. Dengan cara ini pula, pelan-pelan nama merek (brand) Anda mulai terbangun. Seiring berjalannya waktu, perkuat promosi dengan beriklan melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, atau website milik orang lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News