KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) berhasil mencetak pertumbuhan kinerja yang positif sepanjang 2023. Kendati demikian, pergerakan saham BREN masih dalam keadaan tertekan. Sepanjang tahun berjalan ini, BREN sudah anjlok 30,77% ke level Rp 5.175 per Senin (18/3). Bahkan emiten entitas Grup Barito ini telah menggerus IHSG sebesar 89,22 poin.
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan meski harganya mengalami pelemahan, bukan berarti kinerja emiten Prajogo Pangestu ini memiliki kinerja yang jelek.
"Penurunan harga sahamnya bisa disebabkan oleh aksi
profit taking dan
rebalancing yang dilakukan pelaku pasar untuk menyasar saham yang lebih rendah valuasinya," kata Reza kepada Kontan, Senin (18/3).
Baca Juga: Emiten Jalan Tol Bakal Tersengat Sentimen Mudik, Simak Rekomendasi Sahamnya Pada 2023, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BREN berhasil tumbuh 17,88% secara tahunan atau
year on year (YoY) menjadi US$ 107,41 juta sepanjang 2023 dari US$ 91,12 juta di tahun sebelumnya. Emiten Prajogo Pangestu ini juga mencatatkan lonjakan pendapatan sebesar US$ 594,93 juta atau 4,42% YoY pada 2023. Sepanjang 2022, BREN hanya mengantongi pendapatan sebesar US$ 569,78 juta. Meski demikian, sejumlah beban BREN terpantau melonjak. Pos beban keuangan yang terpantau paling naik signifikan sebesar 60,43% secara tahunan dari US$ 85,07 juta menjadi US$ 136,48 juta pada 2023. Martha Christina,
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas mencermati secara valuasi berdasarkan
Price Earning Ratio (PER), BREN sudah tergolong mahal, bahkan bisa menjadi yang termahal di bursa. Tak heran, PER BREN mencapai 415,3 kali dengan
Price Book Value (PBV) sebesar 102,5 kali. Angka itu jauh lebih besar dibanding perusahaan sejenis, yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Memang secara indikator
Return on Equity (ROE), BREN cukup tinggi. ROE BREN mencapai 24,2%. Namun Debt to Equity (DER) BREN berada di posisi 6,4 kali.
Baca Juga: Sederet Emiten akan Gelar Rights Issue dan Private Placement, Cermati Rekomendasinya "BREN punya tingkat utang yang besar sehingga dari sisi risiko lebih jauh lebih besar kalau ada kenaikan suku bunga," kata Martha, Selasa (19/3).
Senior Investment Information Nafan Aji Gusta menimpali secara teknikal BREN dalam fase
bearish consolidation. Secara jangka pendek, dia merekomendasikan
hold BREN dengan target harga di Rp 5.600 Meksi memberatkan langkah IHSG, Reza menilai BREN masih menarik untuk dicermati. Dalam hitungannya, target harga terdekat BREN ada di level Rp 6.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi