KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesta dividen jumbo emiten tambang batubara diproyeksi akan berakhir tahun ini, seiring dengan estimasi melemahnya kinerja keuangan emiten tambang batubara. Pelemahan kinerja ini sejalan dengan koreksi harga komoditas batubara. Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario mengatakan, sejauh ini harga batubara Newcastle telah mengalami penurunan hingga 68%. Sementara itu, harga batubara acuan (HBA) China dan Indonesia telah melemah masing-masing 38% dan 37%. Secara musiman, Alif mengantisipasi permintaan batubara akan meningkat menjelang semester kedua berakhir, ketika sejumlah negara mempersiapkan stok batubara untuk menghadapi musim dingin. Lebih lanjut, puncak aktivitas industri China juga terjadi di periode ini.
Alif masih mempertahankan sikap konservatif terhadap harga batubara, dan berekspektasi adanya koreksi lebih lanjut pada HBA di kuartal ketiga 2023, sebelum akhirnya mengalami
rebound menjelang akhir 2023 dan menjelang kuartal pertama 2024.
Baca Juga: Iklan Naik, Simak Rekomendasi Saham Surya Citra Media (SCMA) Dus, dia juga memasang proyeksi konservatif terkait kinerja emiten penambang batubara tahun ini. Laba bersih PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) misalnya, diperkirakan mengalami pelemahan 41,6%
year on year (YoY) menjadi US$ 1,5 miliar, yang mencerminkan
net profit margin (NPM) sebesar 19,4%. Laba bersih PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) diperkirakan tergelincir lebih dari 56% YoY menjadi Rp 5,5 triliun, yang mencerminkan NPM sebesar 14,8%. Sementara laba bersih PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) diproyeksi turun 48,2% secara tahunan dengan NPM 26,7%. Dengan demikian, Alif berpandangan besaran dividen yang akan dibagikan emiten akan menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Dia mengantisipasi adanya penurunan besaran
dividend payout ratio (DPR). “Kami belum tahu juga seberapa besar kemungkinan
dividend payout ratio-nya, karena mereka akan butuh dana untuk belanja modal (capex) diversifikasi lini bisnis ke
renewables,” kata Alif kepada Kontan.co.id, Selasa (11/7). Jika ditinjau dari persediaan
cash-nya, ADRO menjadi emiten dengan dana yang paling jumbo, sehingga ADRO masih berpeluang untuk menggelontorkan dividen. “Tetapi (besaran dividen) tergantung
guidance manajemen juga pada akhirnya,” sambung Alif. Adapun ADRO, ITMG, dan PTBA menggelontorkan dividen jumbo untuk tahun buku 2022. ADRO misalnya, total rasio pembayaran dividen alias
dividend payout ratio untuk tahun buku 2022 sebesar 40,11% atau sebesar US$ 1 miliar. Rasio pembayaran ini menurun dari rasio pembayaran dividen tahun buku 2021 yang mencapai 69,63%. PTBA membagikan dividen Rp 12,56 triliun atau seluruh dari laba bersih tahun lalu. ini berarti, rasio pembayaran dividen PTBA mencapai 100%. Sementara ITMG mengucurkan US$ 774 juta sebagai dividen tunai atau 65% dari laba bersih.
Baca Juga: Baru Listing 2023, Saham-Saham Ini Berhasil Mencetak Cuan Hingga Triple Digit Di sisi lain, analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap menyebut, sebagian besar emiten batubara dalam cakupan analisisnya masih menawarkan
yield dividen yang menarik pada tahun 2023, yakni berkisar antara 16% hingga 30%.
Analis Maybank Sekuritas Indonesia Richard Suherman menyebut, dengan posisi neraca yang solid dan dengan rasio utang per modal bersih yang rendah, kemungkinan besar rasio pembayaran dividen ADRO sebesar 45% . Untuk PTBA, Richard mengestimasikan rasio pembayaran dividen sebesar 70% mengingat emiten pelat merah ini memiliki neraca yang kuat dengan
net gearing yang rendah.
Editor: Tendi Mahadi