KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mercedes-Benz (MBGn.DE) baru saja mengumumkan langkah untuk meningkatkan pemotongan biaya setelah mengalami penurunan laba sebesar setengahnya pada kuartal ketiga. Faktor utama penurunan ini adalah lemahnya permintaan dan persaingan ketat di pasar otomotif China, yang juga telah menekan margin keuntungan tahunan mereka dua kali dalam periode yang sama. Langkah besar melalui peluncuran model baru diharapkan dapat mendorong kembali penjualan tahun depan.
Baca Juga: Gaikindo Pangkas Target Penjualan Mobil Nasional Tahun 2024 Menjadi 850.000 Unit Penurunan Laba dan Dampak pada Saham
Saham Mercedes-Benz turun 1,3% pada pukul 10:46 GMT, mempengaruhi pergerakan saham otomotif lainnya seperti BMW (BMWG.DE) dan Volkswagen (VOWG_p.DE). Hingga saat ini, saham Mercedes-Benz telah kehilangan sekitar 8% nilainya secara tahunan, meskipun masih lebih baik daripada Volkswagen, BMW, dan Porsche AG.
Profitabilitas Terendah Sejak Pandemi
Divisi mobil Mercedes mengalami penurunan profitabilitas yang signifikan, dengan
return on sales yang disesuaikan turun dari 12,4% pada tahun sebelumnya menjadi 4,7% di kuartal ketiga. Penurunan ini bahkan lebih buruk dari perkiraan analis, terutama karena lemahnya permintaan produk mewah seperti S-Class di China. "Kuartal ketiga ini tidak memenuhi ambisi kami," ujar CFO Harald Wilhelm, seraya menambahkan bahwa perusahaan akan meningkatkan upaya pemotongan biaya. Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang langkah-langkah ini, namun memperingatkan bahwa situasinya akan semakin ketat.
Baca Juga: Konsumen Tiongkok Enggan Beli Barang Mewah, Penjualan Mercedes-Benz Terjun Bebas Tantangan di Pasar China
CEO Mercedes-Benz, Ola Kaellenius, menyatakan bahwa konsumen di China semakin berhati-hati dalam melakukan pembelian besar, terutama karena ekonomi yang melemah dan krisis real estate yang berlangsung lama. Pengeluaran konsumen yang melambat ini sangat berdampak pada penjualan mobil premium, terutama untuk model S-Class yang sangat menguntungkan di China. Menurut analis dari Stifel, Daniel Schwarz, masalah lainnya adalah berkurangnya minat konsumen China terhadap mobil mewah asal Jerman secara umum. Di tengah situasi ini, Mercedes-Benz tetap pada strategi "nilai dibanding volume", menolak untuk menurunkan harga meskipun menghadapi tantangan di pasar China.
Dampak Tarif Impor dan Ketergantungan pada China
Diskusi antara Uni Eropa dan Tiongkok terus berlanjut terkait potensi tarif impor pada kendaraan listrik asal Tiongkok.
Baca Juga: Pemilik Mobil Tesla Lakukan Uji Coba Gila, Mengisi Baterai dengan Ditarik Mobil Lain Mercedes-Benz, yang memiliki dua pemegang saham utama di China yakni Beijing Automotive Group dan Ketua Geely, Li Shufu, menyebut bahwa tarif ini merupakan sebuah "kesalahan."
Mereka berharap Komisi Eropa dapat menunda penerapan tarif tersebut agar ada lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan.
Rencana Peluncuran Model dan Prospek Penjualan
Mercedes-Benz berharap peluncuran model baru, termasuk versi terbaru SUV G-Class, dapat meningkatkan penjualan mereka di tahun 2024. Meskipun demikian, mereka memperkirakan penjualan mobil tahun depan akan sedikit di bawah tahun ini, dengan penjualan kuartal keempat diharapkan setara dengan kuartal ketiga. Dengan pasar otomotif China yang terus melemah dan strategi baru di Eropa, Mercedes-Benz menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan profitabilitas dan daya saing mereka di pasar global.
Editor: Handoyo .