Laba Multifinance Melesat, RoA Ikut Terkerek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan kemampuan industri pembiayaan atau multifinance untuk menghasilkan keuntungan, nampaknya turut mengerek return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perusahaan pembiayaan mampu membukukan laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 15,28 triliun, melesat 107,57% secara tahunan (year on year/yoy). Peningkatan laba itu mengerek return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) menjadi masing-masing sebesar 4,51% dan 11,39%.

Tren kenaikan ROA turut dirasakan oleh beberapa perusahaan pembiayaan seperti, PT CIMB Niaga Finance (CNAF) yang per Desember (unaudited) tren ROA naik tipis di angka 38 basis point atau di angka 7,2% bila dibandingkan periode tahun 2020 yaitu di angka 6,79% dan angka tersebut jauh lebih tinggi daripada ROA Industri diangka 4,51%.


Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengaku, net profit CNAF sebelum pajak di tahun 2021 mengalami peningkatan yang cukup baik di angka 8% (unaudited) dari tahun sebelumnya di angka Rp 224 miliar menjadi Rp 243 miliar (unaudited) pada Desember 2021.

Baca Juga: Industri Multifinance Masih Sanggup Lunasi Obligasi

Begitupun angka pembaginnya, Average Net Receivable nya pun meningkat seiring Pertumbuhan ending Asset di 2022 yang tinggi yaitu di angka 45% dari asset 2020 di angka Rp 2,9 triliun berbanding asset 2021 diangka Rp 4,2 triliun.

"Proyeksi ROA tahun ini akan kita coba pertahankan diangka tahun 2021 sekitar 7%, walaupun sedikit menantang mengingat CNAF akan cukup agresif meningkatkan asset kelolaannya di tahun 2022 ini," kata Ristiawan kepada kontan.co.id, Minggu (27/2).

Ristiawan juga menyebut, dengan strategi CNAF di tahun 2022 yang akan lebih agresif untuk meningkatkan asset kelolaan, guna menjaga pendapatan supaya ratio ROA dapat terjaga baik pihaknya memiliki strategi dengan mencoba menekan dan mempertahankan biaya di level baik.

Selain itu, meningkatkan tingkat kehati-hatian dalam merealisasikan kredit adalah cara CNAF untuk menekan biaya pencadangan kredit bermasalah disamping digitalisasi untuk menekan biaya operasional untuk kegiatan Perseroan.

Editor: Handoyo .