KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus memoles kinerja. Setelah berhasil membalikkan rugi menjadi laba, BUMI kini tancap gas untuk melunasi utang. Dengan kinerja yang semakin sehat, apakah BUMI semakin dekat untuk menebar dividen? Hal ini menjadi pertanyaan investor dalam paparan publik BUMI yang digelar secara virtual pada Selasa (29/11). Direktur BUMI Andrew C. Beckham mengungkapkan, berdasarkan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), emiten tidak dapat membagi dividen hingga membukukan kinerja positif. "Kami melakukan semua yang bisa untuk membawa kembali (kinerja) positif itu," ujar Andrew.
Direktur Independen & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menambahkan, pembagian dividen menjadi salah satu prioritas Bumi Resources. Hal itu dapat dilakukan setelah BUMI terbebas dari utang serta menjaga tingkat profitabilitas. Dengan melunasi utang, keuangan BUMI akan lebih segar lantaran bebas dari beban bunga yang mencapai US$ 200 juta per tahun. "Tantangan terbesar itu telah diselesaikan. Saya dapat mengatakan prospek perusahaan tahun depan sangat cerah," ujar Dileep. Baca Juga: IHSG Melemah 0,08% Pada Selasa (29/11), BUMI, BBRI, BMRI Paling Banyak Net Buy Asing Vice President Investor Relations & Chief Economist BUMI, Achmad Reza Widjaja memaparkan sejumlah langkah yang ditempuh BUMI untuk menggenjot restrukturisasi dan pelunasan utang. Jumlah utang BUMI sempat menggunung hingga US$ 4,3 miliar pada tahun 2017. BUMI melakukan restrukturisasi sebesar US$ 2,6 miliar. Terdiri dari utang senilai US$ 2 miliar menjadi saham serta Mandatory Convertible Bond (MCB) atau Obligasi Wajib Konversi (OWK) sebesar US$ 0,6 miliar. Pada tahun ini, BUMI pun telah melunasi Tranche A/B/C CVR. BUMI memiliki OWK sebesar US$ 166 juta yang akan jatuh tempo pada Desember 2024. Kemudian, masuknya Grup Salim membuat neraca keuangan BUMI semakin sehat. BUMI lantas melakukan private placement atau non-preemptive rights (NPR) senilai US$ 1,6 miliar. Aksi korporasi ini dilakukan pada 18 Oktober 2022. Sehari berikutnya, BUMI melakukan pembayaran utang PKPU. "Ada beberapa sisa utang yang masih ada, dan kemungkinan kami akan melunasi paling lambat di kuartal pertama 2023," terang Achmad. Baca Juga: BUMI Mengincar Produksi 80 Juta Ton Batubara di 2023 Sambil Menjajaki Bisnis Baru Langkah berikutnya, BUMI akan merilis 27,48 miliar saham baru seri C senilai total Rp 2,20 triliun untuk melunasi utangnya. Dengan skema private placement, saham baru seri C itu akan dialokasikan bagi OWK, salah satunya China Investment Corporation (CIC). Private placement pada harga Rp 80 per saham itu akan menempatkan CIC sebagai investor strategis BUMI dengan porsi kepemilikan 10,75%. Pemegang OWK akan mengkonversi haknya pada 5 Desember 2022, sehingga BUMI akan terbebas dari utang. Presiden Direktur BUMI Adika Nuraga Bakrie menjelaskan, dari 27,48 miliar saham yang akan diterbitkan, sekitar 25 miliar akan dipegang oleh CIC. Jumlah saham BUMI akan meningkat dari posisi sekitar 343 miliar menjadi 371 miliar. Adika optimistis CIC bakal menjadi mitra strategis bagi BUMI. "Mereka kami rasa akan menjadi long term holder. CIC akan memiliki lebih 10% (saham) di BUMI, sehingga ini akan sangat strategis bagi kami," kata Adika. Baca Juga: Sempat Terancam Pailit, Bumi Resources (BUMI) Kini Hidup Tanpa Beban Utang