Kaleng bekas oli dan kaleng kerupuk yang tak lagi dipakai bisa jadi produk bernilai guna. Seorang perajin di Magelang menggunakan kaleng bekas oli sebagai bahan pajangan berbentuk binatang. Karyanya sudah terbang sampai Australia. Adapun perajin di Cibinong mempercantiknya menjadi kaleng hias dan suvenir berbagai acara.Kaleng bekas acap tak memiliki nilai guna selepas digunakan. Kalaupun dipakai kembali, paling-paling hanya menjadi tempat menyimpan sesuatu. Tak ada nilai keindahan dari kaleng bekas itu. Tapi, siapa sangka, kaleng bekas oli dan kaleng kerupuk dapat menjadi hadiah atau suvenir cantik. Tidak hanya dapat mengurangi limbah dan sampah, kaleng bekas dapat menjadi barang yang berguna, bahkan bergengsi dengan harga yang tak bisa dibilang murah. Di tangan Prananto, kaleng bekas menjadi produk bernilai tambah. Bayangkan, kaleng bekas oli yang biasanya teronggok begitu saja di bak sampah bisa disulap menjadi pajangan unik yang berbentuk burung merak, ayam hong, anak ayam, ayam kate, merpati bali, elang, ayam bekisar, bebek, dan bangau. Berbahan kaleng bekas pula, ia bisa membuat kap lampu berbentuk pohon pakis, pohon nanas, pucuk bunga, hingga topeng Rama dan Shinta. Menurut Prananto, bahan untuk membuat berbagai kerajinan itu cuma kaleng bekas oli, kayu, lem, serta cat yang biasa dipakai untuk mobil. Bahan-bahan itu dirakit sedemikian rupa oleh Prananto bersama 40 warga yang bermukim di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Magelang, Jawa Tengah. Mereka mengerjakan kerajinan kaleng bekas ketika waktu luang datang, saat sore menjelang malam. Saban bulan, Prananto membeli 400 kaleng bekas oli dari seorang penjual yang datang langsung ke Desa Sidoagung. Ia membeli sebuah kaleng bekas senilai Rp 2.000. Kondisi kaleng bekas itu belum bersih, masih ada sisa-sisa oli di dalamnya. Setelah dicuci, kaleng-kaleng itu lantas dijemur. Proses selanjutnya, kaleng disisir pakai sikat besi agar halus. "Hasilnya akan menjadi serpihan halur," ujar pria berusia 30 tahun ini.Kemudian, perajin memahat kayu menjadi bentuk yang diinginkan, misal burung merak. Serpihan kaleng kemudian direkatkan di tubuh kayu tadi. Butuh 5 kaleng untuk membuat pajangan burung merak setinggi 30 cm. Semakin tinggi burung merak semakin banyak kaleng yang dibutuhkan. Seperti membuat burung merak 60 cm, seorang perajin butuh 30 kaleng bekas. Langkah terakhir, serpihan kaleng ini dicat menggunakan cat mobil. Dan, pajangan burung merak dengan ekor mengembang serupa kipas selesai dibuat.Pajangan burung merak terdiri dari 4 ukuran, mulai dari 30 cm hingga 60 cm. Adapun pajangan lain berukuran kecil dan sedang. “Paling banyak dibeli pajangan burung merak 30 cm. Ini kreasi yang paling sulit dibuat,” tutur Prananto. Burung merak setinggi 30 cm dijual Rp 195.000 per buah. Adapun burung merak besar, setinggi 60 cm, dilego Rp 2 juta. Dari seluruh ragam kerajinan, anak ayam yang paling murah hanya Rp 100.000 per buah. Adapun kap lampu dijual Rp 450.000 per buah. Seluruh pajangan diberi label Sidoagung Craft.Tapi, jangan menyangka kerajinan kaleng bekas ini diproduksi massal. Saban bulan, mereka rata-rata bikin 50 buah pajangan saja. Jumlah produksi sedikit karena pembuatan sebuah pajangan bisa makan waktu hingga 5 hari. Prananto menghitung, satu bulan setiap perajin hanya bisa menghasilkan 10 buah pajangan. Waktu terlama terjadi di bagian penyisiran kaleng dan pemahatan bentuk binatang. Prananto menjual kerajinan kaleng bekasnya ke toko kerajinan di Jakarta, Bogor, Bandung, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Pernah juga ia mengirim ke pembeli di Samarinda dan Bali. "Saya juga kirim ke Australia hampir tiap bulan, tapi tidak banyak," kata dia. Sayangnya dia tak mau menyebutkan jumlah pengiriman. Setelah satu tahun buka usaha, Prananto baru sekali dapat pesanan banyak, yakni mengirim 40 pajangan ke Jakarta. Untuk mencaplok banyak pembeli, Prananto mengandalkan mitra-mitra di toko kerajinan. Ia juga memasarkan kerajinan kaleng bekas via situs kerajinan.yolasite.com.Perajin lain yang memanfaatkan kaleng bekas dan baru adalah Agus Hariantono. Ia menjadikan kerupuk bekas menjadi kaleng hias dan suvenir pernikahan. Oleh Agus, kaleng ini diukir dengan pelbagai motif di tubuh kaleng kerupuk. Motifnya beragam, mulai bunga, kotak atau motif yang diinginkan pembeli. Selain membuat pajangan atau suvenir, Agus juga membuat lampu hias dari kaleng bekas.Biasanya, Agus mendapat kaleng-kaleng bekas itu dari sekitar rumahnya di Cibinong, Jawa Barat. Pemilik Agus Art ini menceritakan, proses produksi kaleng bekas untuk suvenir ini. Sebelum dihias, kaleng dibersihkan. Selanjutnya, Agus akan membuat ramuan sebagai bahan untuk membuat motif pada kaleng. Ramuan itu berupa glitter, lem, dan campuran cat kaca yang diaduk jadi satu. Campuran tersebut lalu diukir dengan bantuan plastik kue. "Baru kemudian diukir di atas stoples," kata Agus.Dalam produksi kaleng-kaleng ini, Agus dibantu 12 pegawai yang menghasilkan 100 kaleng kerupuk hias dalam 10 hari. Kaleng kerupuk hias yang dijual Agus terbuat dari kaleng, aluminium, dan stainless steel. Ia menjualnya dengan harga mulai dari Rp 75.000 hingga Rp 135.000 untuk ukuran 12 cm x 30 cm. Dalam satu bulan, Agus mampu memproduksi dan menjual sekitar 500 kaleng. Bila semua ludes terjual dengan harga Rp 75.000, Agus bisa mengantongi omzet sekitar Rp 37,5 juta per bulan. Agus yakin, prospek bisnis kaleng hias untuk suvenir ini bagus. "Apalagi ongkos produksinya terbilang murah," kata Agus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laba nyaring dari kerajinan berbahan kaleng rombeng
Kaleng bekas oli dan kaleng kerupuk yang tak lagi dipakai bisa jadi produk bernilai guna. Seorang perajin di Magelang menggunakan kaleng bekas oli sebagai bahan pajangan berbentuk binatang. Karyanya sudah terbang sampai Australia. Adapun perajin di Cibinong mempercantiknya menjadi kaleng hias dan suvenir berbagai acara.Kaleng bekas acap tak memiliki nilai guna selepas digunakan. Kalaupun dipakai kembali, paling-paling hanya menjadi tempat menyimpan sesuatu. Tak ada nilai keindahan dari kaleng bekas itu. Tapi, siapa sangka, kaleng bekas oli dan kaleng kerupuk dapat menjadi hadiah atau suvenir cantik. Tidak hanya dapat mengurangi limbah dan sampah, kaleng bekas dapat menjadi barang yang berguna, bahkan bergengsi dengan harga yang tak bisa dibilang murah. Di tangan Prananto, kaleng bekas menjadi produk bernilai tambah. Bayangkan, kaleng bekas oli yang biasanya teronggok begitu saja di bak sampah bisa disulap menjadi pajangan unik yang berbentuk burung merak, ayam hong, anak ayam, ayam kate, merpati bali, elang, ayam bekisar, bebek, dan bangau. Berbahan kaleng bekas pula, ia bisa membuat kap lampu berbentuk pohon pakis, pohon nanas, pucuk bunga, hingga topeng Rama dan Shinta. Menurut Prananto, bahan untuk membuat berbagai kerajinan itu cuma kaleng bekas oli, kayu, lem, serta cat yang biasa dipakai untuk mobil. Bahan-bahan itu dirakit sedemikian rupa oleh Prananto bersama 40 warga yang bermukim di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Magelang, Jawa Tengah. Mereka mengerjakan kerajinan kaleng bekas ketika waktu luang datang, saat sore menjelang malam. Saban bulan, Prananto membeli 400 kaleng bekas oli dari seorang penjual yang datang langsung ke Desa Sidoagung. Ia membeli sebuah kaleng bekas senilai Rp 2.000. Kondisi kaleng bekas itu belum bersih, masih ada sisa-sisa oli di dalamnya. Setelah dicuci, kaleng-kaleng itu lantas dijemur. Proses selanjutnya, kaleng disisir pakai sikat besi agar halus. "Hasilnya akan menjadi serpihan halur," ujar pria berusia 30 tahun ini.Kemudian, perajin memahat kayu menjadi bentuk yang diinginkan, misal burung merak. Serpihan kaleng kemudian direkatkan di tubuh kayu tadi. Butuh 5 kaleng untuk membuat pajangan burung merak setinggi 30 cm. Semakin tinggi burung merak semakin banyak kaleng yang dibutuhkan. Seperti membuat burung merak 60 cm, seorang perajin butuh 30 kaleng bekas. Langkah terakhir, serpihan kaleng ini dicat menggunakan cat mobil. Dan, pajangan burung merak dengan ekor mengembang serupa kipas selesai dibuat.Pajangan burung merak terdiri dari 4 ukuran, mulai dari 30 cm hingga 60 cm. Adapun pajangan lain berukuran kecil dan sedang. “Paling banyak dibeli pajangan burung merak 30 cm. Ini kreasi yang paling sulit dibuat,” tutur Prananto. Burung merak setinggi 30 cm dijual Rp 195.000 per buah. Adapun burung merak besar, setinggi 60 cm, dilego Rp 2 juta. Dari seluruh ragam kerajinan, anak ayam yang paling murah hanya Rp 100.000 per buah. Adapun kap lampu dijual Rp 450.000 per buah. Seluruh pajangan diberi label Sidoagung Craft.Tapi, jangan menyangka kerajinan kaleng bekas ini diproduksi massal. Saban bulan, mereka rata-rata bikin 50 buah pajangan saja. Jumlah produksi sedikit karena pembuatan sebuah pajangan bisa makan waktu hingga 5 hari. Prananto menghitung, satu bulan setiap perajin hanya bisa menghasilkan 10 buah pajangan. Waktu terlama terjadi di bagian penyisiran kaleng dan pemahatan bentuk binatang. Prananto menjual kerajinan kaleng bekasnya ke toko kerajinan di Jakarta, Bogor, Bandung, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Pernah juga ia mengirim ke pembeli di Samarinda dan Bali. "Saya juga kirim ke Australia hampir tiap bulan, tapi tidak banyak," kata dia. Sayangnya dia tak mau menyebutkan jumlah pengiriman. Setelah satu tahun buka usaha, Prananto baru sekali dapat pesanan banyak, yakni mengirim 40 pajangan ke Jakarta. Untuk mencaplok banyak pembeli, Prananto mengandalkan mitra-mitra di toko kerajinan. Ia juga memasarkan kerajinan kaleng bekas via situs kerajinan.yolasite.com.Perajin lain yang memanfaatkan kaleng bekas dan baru adalah Agus Hariantono. Ia menjadikan kerupuk bekas menjadi kaleng hias dan suvenir pernikahan. Oleh Agus, kaleng ini diukir dengan pelbagai motif di tubuh kaleng kerupuk. Motifnya beragam, mulai bunga, kotak atau motif yang diinginkan pembeli. Selain membuat pajangan atau suvenir, Agus juga membuat lampu hias dari kaleng bekas.Biasanya, Agus mendapat kaleng-kaleng bekas itu dari sekitar rumahnya di Cibinong, Jawa Barat. Pemilik Agus Art ini menceritakan, proses produksi kaleng bekas untuk suvenir ini. Sebelum dihias, kaleng dibersihkan. Selanjutnya, Agus akan membuat ramuan sebagai bahan untuk membuat motif pada kaleng. Ramuan itu berupa glitter, lem, dan campuran cat kaca yang diaduk jadi satu. Campuran tersebut lalu diukir dengan bantuan plastik kue. "Baru kemudian diukir di atas stoples," kata Agus.Dalam produksi kaleng-kaleng ini, Agus dibantu 12 pegawai yang menghasilkan 100 kaleng kerupuk hias dalam 10 hari. Kaleng kerupuk hias yang dijual Agus terbuat dari kaleng, aluminium, dan stainless steel. Ia menjualnya dengan harga mulai dari Rp 75.000 hingga Rp 135.000 untuk ukuran 12 cm x 30 cm. Dalam satu bulan, Agus mampu memproduksi dan menjual sekitar 500 kaleng. Bila semua ludes terjual dengan harga Rp 75.000, Agus bisa mengantongi omzet sekitar Rp 37,5 juta per bulan. Agus yakin, prospek bisnis kaleng hias untuk suvenir ini bagus. "Apalagi ongkos produksinya terbilang murah," kata Agus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News