Laba operasional Samsung masih susut 30%



SEOUL. Awan mendung berangsur menjauh dari Samsung Electronics. Raksasa elektronik asal Korea Selatan (Korsel) ini memproyeksikan, laba operasional kuartal I tahun ini lebih rendah 30% menjadi KRW 5,9 triliun atau US$ 5,44 miliar ketimbang tahun lalu (year on year).

Kendati laba turun, pencapaian ini lebih tinggi dari estimasi analis Bloomberg yang menebak di kisaran KRW 5,5 triliun. "Sementara penjualan kuartal I diperkirakan KRW 47 triliun," imbuh manajemen Samsung, Selasa (7/4).

Proyeksi penjualan itu susut 12% secara tahunan, lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebesar KRW 50,1 triliun. Daewoo Securities memproyeksikan, laba operasional unit bisnis smartphone turun menjadi KRW 2,3 triliun. Sedangkan, penjualan sebesar KRW 27,1 triliun.


Pasar menebak, Samsung mampu menjual 81 juta unit smartphone dalam tiga bulan pertama tahun 2015. Angka ini naik 7% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Beberapa kuartal terakhir, Samsung selalu membukukan penurunan penjualan telepon pintar. Penyebabnya adalah persaingan ketat dengan Apple dan produsen China, semisal Xiaomi.

Bryan Ma, Konsultan IDC Asia Pacific menilai, pertumbuhan penjualan smartphone merupakan sinyal positif untuk kinerja Samsung di sepanjang tahun ini. "Unit bisnis ponsel pintar masih belum pasti keluar dari masa suram, tapi ini sinyal positif," ujar Ma kepada BBC, kemarin.

Penjualan Galaxy S6 dan S6 Edge menopang kinerja Samsung. Sementara, unit bisnis semikonduktor yang memproduksi memori serta cip ke Apple dan sejumlah produsen ponsel pintar lain, membukukan laba KRW 2,7 triliun dan penjualan KRW 11,1 triliun selama Januari-Maret 2015.

Permintaan cip racikan Samsung semakin bertambah setelah Samsung memutuskan memakai cip buatan sendiri di seri Galaxy S6. Seri sebelumnya, Samsung menggunakan cip buatan Qualcomm Inc.  

Samsung juga memenangkan kontrak pembuatan cip untuk seri iPhone terbaru. Sementara, unit bisnis display diperkirakan membukukan laba operasional KRW 450 miliar lantaran tingginya permintaan layar ultra tipis dari produsen low-end.

Di sisi lain, laba operasional consumer electronics, yakni unit bisnis televisi dan peralatan rumah tangga, sebesar KRW 80 miliar.

inim. Perbandingan saja, UPS menawar TNT seharga € 9,50 per saham atau US$ 6,9 miliar pada Januari 2013. FedEx dan TNT optimistis proses akuisisi bakal mengantongi restu regulator pada pertengahan tahun 2016.  

Editor: Yudho Winarto