KONTAN.CO.ID - BEIJING. Laba perusahaan manufaktur di China merosot dalam empat bulan pertama tahun ini. Sektor manufaktur tengah berjuang dari tekanan margin dan pelemahan permintaan di tengah goyahnya pemulihan ekonomi negara Tirai Bambu itu. Menurut laporan Biro Statitis Nasional China (NBS) dilansir dari
Reuters, Minggu (28/5), keuntungan perusahaan industri turun 20,6% secara tahunan pada periode Januari-April 2023. Penurunan berlanjut dimana pada kuartal I sudah tercatat ada penurunan 21,4%. Di bulan April saja, perusahaan manufaktur membukukan penurunan laba sebesar 18,2% secara tahunan. Pada bulan Maret, profit menyusut 19,2%.
Data terbaru menunjukkan bahwa pemulihan China semakin goyah setelah kebijakan pembatasan pandemi Covid-19 di negara itu dicabut. Penurunan laba ini jadi sentimen negatif terhadap prospek ekonominya. “Secara keseluruhan, data terbaru ini menunjukkan bahwa perusahaan industri, terutama perusahaan milik swasta dan milik ekuitas, terus dipengaruhi kombinasi faktor-faktor yang tidak menguntungkan seperti tekanan jangka pendek pada pemulihan ekonomi dan tren penurunan indeks harga produsen," kata Bruce Pang, kepala ekonom di Jones Lang Lasalle. Perusahaan-perusahaan Cina sedang berjuang dengan lemahnya permintaan baik di dalam negeri maupun dari pasar ekspor. Tingkat deflasi produsen semakin dalam pada April, dengan indeks harga produsen turun dengan laju tercepat sejak Mei 2020. Lenovo, pembuat komputer pribadi (PC) terbesar di dunia, mengatakan bahwa pendapatan dan laba kuartalannya merosot pada Januari-Maret dan telah memangkas 8%-9% tenaga kerjanya untuk mengurangi biaya di tengah permintaan PC yang terus menurun secara global. Produsen baja dan logam industri lainnya juga terpukul. Harga tulangan baja yang digunakan dalam konstruksi mencapai level terendah dalam tiga tahun minggu ini, dan hanya sepertiga dari pabrik di negara itu yang saat ini beroperasi dengan keuntungan, menurut konsultan Mysteel. "Masih ada beberapa tekanan yang dirasakan di bulan Mei karena perbedaan antara harga pembelian dan penjualan, dengan harga baja turun di bulan tersebut karena pemulihan permintaan yang lebih lambat dari perkiraan," ungkap Baosteel, anak perusahaan pembuat baja terbesar di dunia, China Baowu Steel Group. Sementara perusahaan asing mencata penurunan laba 16,2% pada Januari-April secara tahunan. Adapun perusahaan sektor swasta mencatat penurunan 22,5%, menurut rincian data. Sebanyak 27 dari 41 perusahaan pemain utama sektor manufaktur mengalami penurunan laba selama periode itu. Industri peleburan dan pengolahan logam besi melaporkan penurunan terbesar sebesar 99,4%. Ahli statistik NBS, Sun Xiao mengatakan pada tahap selanjutnya, China akan fokus pada pemulihan dan perluasan permintaan, lebih lanjut meningkatkan tingkat produksi dan pemasaran, serta meningkatkan kepercayaan bisnis.
Pembacaan laba yang suram terjadi setelah serangkaian indikator ekonomi April, yang mencakup output industri, penjualan ritel, dan investasi properti, menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia itu kehilangan momentum. Beijing telah menetapkan target pertumbuhan moderat sekitar 5% untuk tahun ini. Tanda-tanda pemulihan yang cepat setelah penghentian COVID-19 yang tiba-tiba di negara itu akhir tahun lalu telah mendorong banyak lembaga termasuk Bank Dunia untuk menaikkan perkiraan pertumbuhan China mereka untuk tahun 2023. Meskipun demikian, beberapa bank investasi baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan China 2023 setelah kekecewaan data bulan April. Nomura menurunkan prediksinya menjadi 5,5% dari 5,9% sebelumnya dan Barclays merevisi pandangannya turun menjadi 5,3% dari 5,6%. Awal bulan ini, Perdana Menteri Li Qiang menjanjikan langkah-langkah yang lebih terfokus untuk memperluas permintaan domestik dan menstabilkan permintaan eksternal dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.
Editor: Dina Hutauruk