KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) berhasil mencetak pertumbuhan laba yang tinggi pada kuartal III 2023. Dengan pencapaian itu, apakah saham blue chip sektor perbankan ini layak untuk investasi? Pada kuartal III-2023, BBCA dan entitas anak berhasil membukukan peningkatan laba bersih 25,8% secara tahunan atau
year on year (YoY) mencapai Rp 36,4 triliun. Dalam selama sembilan bulan pertama tahun 2023, BCA juga membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih (
net interest income/NII) sebesar 21,3% YoY menjadi Rp 55,9 triliun. Pendapatan selain bunga tumbuh 9,7% YoY menjadi Rp 18,3 triliun, ditopang kenaikan pendapatan
fee dan komisi sebesar 7,7% YoY.
Sementara dari sisi intermediasi, per September 2023, kredit BCA tumbuh dua digit hampir di seluruh segmen, dengan pertumbuhan total kredit BCA mencapai 12,3% YoY menjadi Rp 766,1 triliun. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan, pertumbuhan kinerja perseroan didorong oleh pertumbuhan volume kredit di semua segmen, perbaikan kualitas pinjaman secara konsisten, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan. “Solidnya peningkatan kredit juga salah satunya didorong oleh pelaksanaan BCA Expo 2023 di kuartal III tahun ini, melanjutkan kesuksesan BCA Expoversary 2023 pada Februari lalu," ujar Jahja saat konferensi pers kinerja perseroan, Kamis (19/10). Meski kinerja perusahaan baik, harga saham BBCA malah melemah. Berdasarkan data RTI Business, harga saham BBCA turun 1,13% dan ditutup di level Rp 8.750 pada penutupan perdagangan Kamis (19/10). Sementara dalam sepekan, harga saham BBCA turun 3,31%. Adapun, dalam sebulan harga saham BBCA turun 4,37%. Meski begitu, harga saham BBCA masih di zona hijau sepanjang tahun berjalan (
year-to-date/YtD) dengan peningkatan 2,34%. Sedangkan dalam setahun, harga saham BBCA juga naik 4,48%.
Lalu, apakah sekarang saatnya membeli atau menjual saham BBCA yang tergolong blue chip ini? Saham blue chip adalah saham lapis satu dengan fundamental bagus. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham blue chip tergabung dalam indeks LQ 45. Saham BBCA termasuk anggota Indeks LQ 45. Selain fundamental yang bagus, saham BBCA tergolong blue chip karena nilai kapitalisasi pasar yang besar, yakni Rp 1.078,66 triliun, terbesar di BEI. Namun, analis mengingatkan agar investor hati-hati jika ingin berinvestasi di saham BBCA. Pasalnya, harga saham BBCA kali ini dalam tren penurunan. Sementara secara teknikal, MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menilai, saat ini posisi BBCA sedang berada pada fase
downtrend-nya, dimana BBCA sudah
break dari MA200nya. Koreksi dari BBCA pun masih didominasi oleh volume penjualan dan terjadi peningkatan. "Ada kemungkinan BBCA akan menutup
gap di rentang area Rp 8.500- Rp 8.625. Dari indikator, MACD dan Stochastic masih menunjukkan tanda lanjutan koreksi," ujarnya. Rekomendasi dari Herditya terhadap saham BBCA yakni
wait and see, dengan
support di Rp 8.500 dan
resistance Rp 8.875.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menilai, penyebab penurunan saham BBCA dikarenakan aksi jual investor asing yang masif akibat pelemahan rupiah. Asal tahu saja, BBCA mencatatkan transaksi jual bersih dari investor asing atau
net foreign sell Rp 452,64 miliar pada perdagangan Kamis (19/10). Walau demikian, Fajar menyebut, secara historis, saham-saham perbankan
big caps cenderung mengalami kenaikan menjelang pemilu, begitu juga dengan kinerja dari BBCA di kuartal III-ini menurut Fajar sesuai dengan target.
"Memang secara valuasi tidak terlalu murah lagi, namun BBCA menarik secara fundamental dan prospek untuk jangka panjang," katanya kepada kontan.co.id, Kamis (19/10). Untuk rekomendasi saham BBCA, Fajar menyarankan untuk
wait and see terlebih dahulu. Itulah rekomendasi saham blue chip BBCA hari ini, Jumat 20 Oktober 2023. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto