KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (
PGAS) mencatatkan penurunan laba di tahun 2023. Melansir keterbukaan informasi BEI, PGAS mencatatkan laba US$ 278,09 juta di tahun 2023, turun 14,75% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 326,23 juta. Padahal pendapatan PGAS tercatat naik 1,89% ke US$ 3,64 miliar di tahun 2023. Per akhir 2022, pendapatan PGAS sebesar US$ 3,56 juta. Pendapatan PGAS didominasi oleh penjualan kepada pihak ketiga dengan total sebesar US$ 2,39 miliar. Sementara, penjualan terhadap pihak berelasi sebesar US$ 1,24 miliar.
Penjualan yang berkontribusi paling besar ke pendapatan PGAS adalah niaga gas bumi, baik kepada pihak berelasi maupun pihak ketiga.
Baca Juga: Pasokan Gas Defisit, Menteri ESDM Tambah Pasokan Gas Ke PGN 11 Kargo LNG Meskipun pendapatan naik, PGAS juga mengalami kenaikan beban pokok pendapatan ke US$ 2,91 miliar di tahun 2023. Angka ini naik 4,47% dari tahun 2022 yang sebesar US$ 2,78 miliar. Alhasil, laba bruto PGAS terkoreksi 6,01% ke US$ 733,57 juta tahun lalu. Per Desember 2022, laba kotor PGAS senilai US$ 780,54 juta. Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, laba PGAS berkurang kemungkinan karena adanya kenaikan biaya operasional yang terkait dengan distribusi gas dan maintenance lainnya. “Diharapkan di tahun ini ada apresiasi harga, kenaikan volume penjualan, dan penambahan kontrak dari PGAS agar kinerja membaik,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (13/3).
Baca Juga: Laba Bersih Tergerus, Begini Realisasi Kinerja Operasional PGN Sepanjang 2023 Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto melihat, ada beberapa faktor penyebab penurunan laba PGAS di tahun 2023.
Pertama, pendapatan segmen penjualan minyak dan gas bumi mengalami penurunan akibat harga jual yang lebih rendah seiring normalisasi harga komoditas sepanjang tahun lalu. “Hal ini sedikit memangkas profit margin PGAS di tahun lalu,” ungkapnya kepada Kontan, Rabu (13/3).
Kedua, terdapat beberapa kasus, seperti kondisi
force majeure pada kontrak dengan Gunvor. Sehingga, PGN perlu menyisihkan provisi. Terakhir, PGAS juga mengalami kasus sengketa pajak.
Baca Juga: Laba PGN (PGAS) Turun 14,75% Jadi US$ 278,09 Juta di 2023 Di tahun 2024, kinerja PGAS dilihat akan cenderung stabil. Dari sisi operasional, manajemen PGAS menargetkan pertumbuhan positif kisaran 6%-11% pada tiap segmen bisnis, sehingga diharapkan dapat mendongkrak penjualan. Selain itu, sebagai perusahaan partner utama Pertamina, PGAS akan lebih mudah mengamankan proyek-proyek pemerintah, seperti pembangunan IKN dan jaringan gas di berbagai wilayah. “Namun, kasus
force majeure sejak tahun lalu masih bergulir, sehingga dapat mengganggu kinerja PGAS di tahun ini,” paparnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Gas Negara (PGAS) Turun 14,75% pada 2023, Simak Rekomendasi Analis Dengan proyeksi pertumbuhan yang relatif lambat namun stabil, Perseroan saat ini masih relatif murah secara valuasi. Menurut hitungan Pandhu,
price to earning ratio (PER) PGAS berada di kisaran 6,6 kali dan
price to book value (PBV) sebesar 0,68 kali. “PGAS masih menarik untuk dikoleksi jangka panjang, mengingat potensi dividen yang lumayan besar dan biasanya dibagikan pada pertengahan tahun,” ungkap dia. Pandhu merekomendasikan beli untuk PGAS dengan target harga Rp 1.500 per saham untuk 12 bulan ke depan. Sementara, Reza merekomendasikan
hold untuk PGAS dengan target harga Rp 1.260 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati