Laba Semen Indonesia merosot 55,5% pada 2017



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Iklim industri semen sepanjang tahun lalu belum bersahabat bagi PT Semen Indonesia Tbk. Tren kenaikan harga batubara dan kondisi oversupply semen di dalam negeri menekan performa emiten berkode saham SMGR ini. Apalagi, belum terlihat tanda-tanda bangkitnya sektor properti.

Tahun lalu, pendapatan SMGR tercatat naik 6,4% menjadi Rp 27,81 triliun. Namun, laba bersih perusahaan merosot hingga 55,5% dari Rp 4,52 triliun pada 2016 menjadi Rp 2,01 triliun.

Penurunan laba bersih SMGR terjadi seiring bertambahnya beban pokok pendapatan perusahaan sebesar 22% dari Rp 16,28 miliar menjadi Rp 19,85 miliar. Kenaikan beban pokok pendapatan disebabkan biaya bahan baku dan pabrikasi yang kian menanjak.


Fahressi Fahalmesta, analis Ciptadana Sekuritas Asia menjelaskan, kondisi industri semen dalam negeri sepanjang tahun lalu memang belum mendukung. Tingginya tingkat persaingan harga menyebabkan SMGR harus terus memangkas average selling price (ASP) hingga 3,7%.

Lesunya sektor properti pada 2017 juga kian menekan penjualan SMGR, terutama produk semen kantongan. Penjualan semen kantong sepanjang 2017 melorot 30,4% year on year (yoy). Tahun lalu, perusahaan hanya memperoleh pendapatan dari bisnis penjualan kantong semen sebesar Rp 63,03 miliar. Padahal, di tahun sebelumnya perusahaan menerima Rp 90,53 miliar dari bisnis ini.

Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar berpendapat, kinerja SMGR tahun lalu terpengaruh sektor properti yang belum tumbuh. "Suku bunga acuan ada di level terendah sejak tahun lalu, tapi belum mampu mengangkat sektor properti," ujarnya, (28/3).

Pertumbuhan penjualan justru terlihat pada produk semen curah atawa clinker sebesar 39,4%. Kontribusi pendapatan dari produk ini mencapai Rp 590,62 miliar dari sebelumnya Rp 423,69 miliar.

Menurut Fahressi, "semen curah banyak digunakan pada proyek-proyek infrastruktur. Penjualan produk ini tumbuh seiring maraknya pembangunan infrastruktur tahun lalu," ujarnya, (28/3).

Untungnya, volume penjualan SMGR masih naik 10% yoy menjadi 28,91 juta ton. Penjualan domestik tumbuh 5,29% menjadi 27,04 juta ton. Sementara, penjualan ekspor meroket 212,1% yoy menjadi 1,87 juta ton.

Fahressi menilai, SMGR gencar ekspor sepanjang tahun lalu untuk menggenjot volume penjualannya di tengah penurunan permintaan domestik. Namun, ia berpendapat, sejatinya margin ekspor masih lebih kecil ketimbang penjualan di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini