KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencetak laba bersih senilai US$ 1,2 miliar sepanjang 2022. Jumlah ini melesat 152,34% dari realisasi laba bersih yang dicetak tahun 2021 yang hanya US$ 475,57 juta. Alhasil, laba bersih per saham dasar ITMG naik menjadi US$ 1.07 dari sebelumnya US$ 0,43. Melansir laporan keuangan yang diterbitkan Kamis (23/2), kenaikan laba bersih ini sejalan dengan kenaikan pendapatan Indo Tambangraya. Emiten tambang batubara ini membukukan pendapatan senilai US$ 3,63 miliar, naik 75,14% dari pendapatan di tahun 2021 yang hanya US$ 2,07 miliar. Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, kinerja ITMG sepanjang tahun lalu sudah sesuai dengan proyeksi dari Panin Sekuritas dan juga estimasi konsensus. Felix mengatakan, eksposur ITMG memang cukup dekat dengan harga batubara Newcastle. Ini karena spesifikasi batubara yang diproduksi tambang ITMG memiliki nilai kalori atau
calorific value (CV) yang cukup tinggi. Selain itu, penjualan ekspornya juga dominan.
Hanya saja, kinerja ITMG ke depan masih tergantung dari sentimen positif di pasar batubara.
Baca Juga: Laba Tahun Lalu Melonjak, Begini Rekomendasi Saham Astra Otoparts (AUTO) dari Analis “Untuk persoalan
resilience mungkin tergantung dari harga batubara Newcastle, karena ada sentimen positif dari China dan India yang mau meningkatkan impor batubara di tahun ini,” terang Felix kepada Kontan.co.id, Kamis (23/2). Felix melihat terdapat potensi penurunan kinerja emiten tambang batubara tahun ini, karena adanya penurunan harga batubara global yang berpengaruh pada penurunan harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP). Ramalan Felix, harga batubara di 2023 ini akan relatif moderat, berada di kisaran US$ 200 sampai US$ 250 per ton. Panin Sekuritas merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 48.000. Analis UOB Kay Hian Sekuritas Limartha Adhiputra mengestimasi, pada tahun ini laba bersih ITMG akan turun 29,8% dari estimasi tahun lalu. Estimasi dia, laba bersih emiten pertambangan batubara ini akan menyusut menjadi US$ 826,4 juta. Tak lain dan tak bukan, penyebabnya adalah normalisasi harga batubara, yang tahun ini diperkirakan akan kembali normal di rentang US$ 260 sampai US$ 280 per ton. Sejalan, UOB Kay Hian memperkirakan harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) Indo Tambangraya akan turun 24,3% YoY menjadi US$ 143 per ton dari sebelumnya US$ 189 per ton. Rendahnya ASP ini bermuara pada estimasi menurunnya pendapatan ITMG, yang diperkirakan lebih rendah 22,3% dari tahun lalu menjadi sebesar US$2,8 miliar pada tahun 2023. Meski ASP diperkirakan menurun, UOB Kay Hian memperkirakan ITMG memproduksi 17,7 juta ton batubara pada tahun 2023, naik 5% yoy dari target produksi batubara tahun 2022 sebesar 16,9 juta ton.
Baca Juga: Mengintip Prospek Saham Lapis Kedua dan Saham Jagoan Analis Limartha mempertahankan rekomendasi sell dengan target harga Rp 30.000.
“Kami mempertahankan rekomendasi jual karena harga batubara diperkirakan akan terus melemah ke level yang lebih rendah, dengan rata-rata US$ 280 per ton pada tahun 2023,” tulis Limartha dalam riset, Rabu (8/2). Catatan dia, harga saham ITMG bisa saja mengalami
rebound karena ekspektasi adanya
dividend yield yang tinggi. Potensi
dividend yield yang tinggi tersebut dapat membantu harga saham ITMG untuk
rebound dalam jangka pendek, terutama setelah rilis laporan keuangan tahun 2022 yang kemudian akan diikuti dengan pembayaran dividen.
Editor: Tendi Mahadi