Laba tertekan, ini rekomendasi saham Mayora Indah (MYOR)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatatkan peningkatan penjualan sebanyak 13,12% menjadi Rp 19,88 triliun pada periode Januari-September 2021. Jumlah ini meningkat dari Rp 17,58 triliun yang dicetak pada periode yang sama tahun lalu.

Tumbuhnya penjualan turut mendorong peningkatan beban pokok penjualan Mayora sebesar 20,43% yoy menjadi Rp 14,80 triliun per akhir September lalu.

Di saat yang sama, MYOR juga membukukan beban penjualan dan beban umum dan administrasi masing-masing senilai Rp 3,07 triliun dan Rp 573,50 miliar.


Mayora Indah mencatat penurunan laba bersih lebih dari 30% menjadi Rp 977,93 miliar, padahal pada periode yang sama tahun lalu MYOR memperoleh laba bersih Rp 1,55 triliun.

Baca Juga: Mayora Indah (MYOR) mencanangkan sejumlah strategi bisnis tahun depan

Muhammad Fariz Analis Ciptadana Sekuritas mengatakan, realisasi pendapatan Mayora Indah masih sesuai dengan ekspektasinya atau memenuhi 71,4% dari perkiraan untuk total tahun ini. Hanya saja, perolehan laba bersih emiten ini masih berada di bawah perkiraan atau baru mencapai 40,9% dari perkiraan untuk 2021.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara kuartal, MYOR meraih pendapatan Rp 6,7 triliun pada kuartal ketiga 2021 ini atau tumbuh 15,7% qoq. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh penjualan domestik dan ekspor yang tumbuh masing-masing sebesar 19,9% dan 10%. Tapi, kenaikan harga bahan baku hingga peningkatan biaya pengiriman menekan posisi laba bersih MYOR.

Baca Juga: Mayora Indah (MYOR) optimistis penjualan di sisa tahun 2021 akan meningkat

Muhammad Fariz mengubah rekomendasi saham MYOR menjadi jual dengan target harga Rp 2.070. Hal ini sejalan dengan proyeksi pendapatan yang lebih rendah karena inflasi biaya.

“Kami mengubah proyeksi margin laba kotor untuk tahun 2021 dan 2022 masing-masing sebesar -4,6% dan -4,8% menjadi 24,6% dan 25,45%. Sejalan dengan itu proyeksi pendapatan kami turunkan sebesar 45,9% dan 44,4%,” ujarnya dalam riset yang dikutip Kontan, Minggu (27/11).

Menurutnya, hal tersebut karena ada penyesuaian harga jual rata-rata(ASP) yang memakan waktu cukup lama.

Baca Juga: Hingga akhir tahun, Mayora Indah (MYOR) yakin pasar ekspor prospektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati