Laba tertinggi tahun lalu dari emiten sektor konstruksi, properti dan tambang



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Dari total sektor yang menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sektor konstruksi & properti dan sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang paling tinggi ketimbang sektor lainnya.

Sektor konstruksi dan properti mencatatkan pertumbuhan laba bersih 128,73% dengan total perolehan laba bersih mencapai Rp 29,5 triliun. Dari 65 emiten penghuni sektor ini, BSDE mencatatkan laba tertinggi, yakni Rp 4,92 triliun, tumbuh 173,9% sepanjang tahun 2017. Diikuti kemudian WSKT, PWON, PTPP dan ASRI.

Sementara, sektor pertambangan tumbuh 127,8% dengan total laba bersih sebesar Rp 4,78 triliun dan menempatkan PTBA sebagai emiten yang membukukan laba bersih tertinggi, sebesar Rp 4,47 triliun. Diikuti oleh TINS, ELSA, ANTM dan ZINC.


Analis Paramita Alfa Sekuritas, William Siregar melihat kinerja sektor pertambangan yang naik sebagai sesuatu yang wajar. Mengingat, harga beberapa komoditas mengalami sedikit kenaikan tahun 2017 lalu. Terutama batu bara, yang menurut William berada di area uptrend sepanjang tahun 2017.

"Selain itu, tingginya permintaan juga menjadi katalis positif pendongkrak sektor tambang," kata William kepada KONTAN.CO.ID, Jumat (6/4).

Sementara, dari sektor konstruksi dan properti, pendorong utamanya adalah saham-saham sektor konstruksi. Meski, laba terbesar diperoleh saham BSDE, yang merupakan emiten properti.

Tingginya penetrasi dari proyek infrastruktur pemerintah menurut William menjadi penopang utama kinerja beberapa emiten konstruksi. Seperti WSKT, PTPP, ADHI dan WIKA, yang notabene merupakan emiten berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Tahun 2018 sektor pertambangan menurutnya tidak akan melanjutkan penguatan seperti tahun 2017. Penyebabnya, karena harga komoditas yang sudah mencapai uptrend tahun lalu kemungkinan akan mengarah ke downtrend tahun ini. "Pesta kenaikan harga sudah usai dan lagipula permintaan sudah cukup tinggi tahun lalu," ujar William.

Sementara, untuk sektor konstruksi dan properti tahun ini mungkin bisa mencatatkan kenaikan karena proyek pemerintah masih banyak yang belum selesai. Untuk sektor properti, semuanya masih tergantung dari daya beli masyarakat nantinya serta apakah ada kenaikan tingkat suku bunga nantinya di tahun ini.

Jika daya beli menguat dan tidak ada sentimen negatif dari global, seperti kenaikan suku bunga The Fed, maka sektor properti bakal bisa melanjutkan penguatan.

Di sektor pertambangan, William merekomendasikan INDY dengan target harga sementara Rp 4.100 sampai akhir tahun. Sementara, di sektor konstruksi dan properti, ia merekomendasikan buy saham BSDE dengan target harga Rp 2.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon