JAKARTA. Tiga bank BUMN mencetak pertumbuhan laba nan fantastis. Padahal, dari sisi penyaluran kredit, hanya meningkat biasa-biasa saja. Dari sisi nominal, Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi penghasil keuntungan tertinggi, yakni Rp 15,08 triliun, tumbuh 31,47%. Dari sisi pertumbuhan, Bank BNI menjadi yang terbesar, dengan kenaikan hingga 42% atau senilai Rp 5,81 triliun. Sedangkan Bank Tabungan Negara (BTN) juga mencetak rekor. Pertama kali labanya menembus Rp 1,1 triliun atau meningkat 22,2%. Penyebab kenaikan laba lebih banyak akibat perbaikan kualitas kredit, efisiensi dan pendapatan non-operasional (Harian Kontan, 28 Februari 2012). Ketiga bank hanya membukukan kenaikan kredit kurang dari 20% atau di bawah rata-rata pertumbuhan kredit industri sebesar 24,5%. Maka itu, pendapatan bunga mereka tidak sekinclong periode sebelumnya.
Kontribusi terbesar pertumbuhan laba BRI misalnya, dari pendapatan non-bunga (fee based income), tumbuh 19,72% menjadi Rp 3,4 triliun. Perbaikan kualitas kredit dan recovery bermasalah menyumbang Rp 1,8 triliun. Non performing Loan (NPL) gross turun dari 2,78% ke 2,3%. BRI berhasil menekan rasio biaya operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO), dari 70,86% menjadi 66,69%. Adapun pendapatan bunga bersih (NII) hanya tumbuh 4,14% menjadi Rp 33,87 triliun. Rendahnya pertumbuhan NII lantaran kredit hanya naik 14,83% menjadi Rp 246,97 triliun. Direktur Keuangan Achmad Baiquni mengatakan, perbaikan kualitas kredit membuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai(CKPN) BRI menurun dari Rp 7,9 triliun pada 2010 menjadi Rp 5,5 triliun. Bank BNI juga memperoleh limpahan pemasukan dari penurunan Penyisihan Pencadangan Aktiva Produktif (PPAP) sebesar 33% menjadi Rp 2,42 triliun. Penurunan tersebut berasal dari perbaikan kualitas kredit dan penyelesaian kredit bermasalah. NPL gross turun dari 4,3% menjadi 3,6%. Sebenarnya, jika tanpa penurunan beban PPAP, pertumbuhan laba BNI tak terlalu tinggi. Pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 13% menjadi Rp 13,2 triliun dan fee based income tumbuh 8% menjadi Rp 7,6 triliun. Adapun beban operasional meningkat 15% dari Rp 9,94 triliun menjadi Rp 11,13 triliun. Pertumbuhan laba BTN banyak dari pendapatan bunga, tumbuh 17,11% menjadi Rp 7,78 triliun. NII naik 12% menjadi Rp 3,78 triliun. Turunkan bunga kredit Iqbal Latanro, Direktur Utama BTN optimistis, bisa menggenjot kinerja lebih tinggi lagi di 2012. Ini imbas dari diversifikasi usaha. Bank spesialisasi kredit pemilikan rumah (KPR) ini berencana meningkatkan komposisi kredit non-rumah menjadi 15% dan kredit rumah 85%. "Portofolio kredit rumah akan kami kurangi," kata Iqbal.
Ketiga bank BUMN ini menikmati margin tinggi. Net interest margin (NIM) BNI misalnya melonjak dari 5,8% menjadi 6%. Sedangkan NIM BRI turun 10,77% menjadi 9,58% dan BTN turun 5,75% dari 5,99%. Meski lebih rendah, BRI masih tercatat sebagai salah satu bank pemilik NIM tertinggi. Baiquni mengklaim, penurunan NIM BRI merupakan dampak kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan BI rate. Lantaran bunga deposit facility atau FasBI ikut menurun, imbal hasil surat berharga milik BRI di BI juga turun. "NIM lebih rendah karena kami menurunkan bunga kredit. Tahun lalu kami turunkan bunga kredit 100 bps secara bertahap," tuturnya. Direktur Utama Bank BNI, Gatot Mudiantoro Suwondo menegaskan, kenaikan NIM tersebut karena meningkatnya penyaluran kredit, bukan berasal dari bunga kredit yang tinggi. Pada tahun 2011, kredit Bank BNI memang tumbuh 20% menjadi Rp 163,53 triliun. "Kami akan menjaga angka NIM tetap di kisaran 5,8% hingga 6%," ujar Gatot. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini