KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan kinerja positif per kuartal III 2024. Melansir laporan keuangan, TAPG mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba di akhir September 2024. Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp 6,24 triliun per kuartal III 2024, naik 3,37% secara tahunan alias year on year (yoy). Dari jenis produk, segmen kelapa sawit dan turunannya menyumbang mayoritas ke pendapatan TAPG per kuartal III 2024, yaitu Rp 6,22 triliun. Sisanya, disumbang segmen karet dan turunannya sebesar Rp 22,06 miliar.
Rekomendasi saham
Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe melihat, kinerja TAPG per kuartal III ini ditopang oleh harga crude palm oil (CPO) yang tengah mengalami kenaikan. Melansir Trading Economics, harga CPO naik 13,81% dalam sebulan terakhir ke MYR 4.550 per ton. Selain itu, usia tanaman sawit TAPG juga masih dalam masa produktif, yaitu di antara 10 tahun-15 tahun. Sehingga, meskipun ada masalah cuaca, produksi TAPG tidak terlalu terganggu. “Meskipun pos perubahan nilai wajar aset biologis berubah dari rugi ke untung, tetapi pengaruhnya tak terlalu signifikan. Sebab, jumlahnya tak mendekati raihan labanya,” ujar Kiswoyo kepada Kontan, Senin (28/10). Pada kuartal IV 2024, kinerja TAPG diperkirakan sama atau bahkan bisa lebih baik dari kinerja kuartal III. Hal ini juga didorong oleh sentimen harga CPO yang tengah naik disertai dengan porsi produksi sawit TAPG yang sebanyak biasanya lebih banyak di paruh kedua tiap tahunnya. Sementara, di tahun 2025 kinerja TAPG juga diprediksi masih baik, mengingat tidak ada kendala cuaca yang berarti di tahun ini. “Biasanya masalah cuaca yang terjadi di tahun ini itu berpengaruhnya ke produksi di tahun berikutnya. Produksi di tahun ini terkendala karena ada El Nino di tahun lalu. Sementara, cuaca di tahun ini aman,” kata Kiswoyo. Baca Juga: Begini Prospek Emiten CPO di Tengah Problem Haircut Value dan Sentimen Buruk Global Selain itu, jika kebijakan B40-B50 benar-benar diterapkan, kinerja emiten CPO domestik akan lebih terkerek. Sebab, serapan penjualan di pasar domestik lebih besar. Hal ini juga bisa membuat ekspor Indonesia bisa berkurang dan meningkatkan harga CPO lebih lanjut. “Harga CPO supportnya ada di MYR 4.000 per ton dan bisa saja ke MYR 5.000 per ton tahun 2025. Namun, pergerakannya ini masih bergantung pada harga minyak nabati lainnya,” tuturnya. Kiswoyo pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham TAPG dengan target harga Rp 1.000 per saham di awal tahun 2025. Baca Juga: Terpapar Sentimen Negatif, Cermati Rekomendasi Saham CPO Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa melihat, meningkatnya harga jual rata-rata (ASP) CPO dan turunnya harga pupuk membuat raihan laba TAPG terkerek naik di kuartal III. Di kuartal IV, produksi sawit TAPG bisa lebih baik dari kuartal III. Yasmin melihat, produksi tandan buah segar (TBS) TAPG bisa mencapai 3,14 juta ton dan produksi CPO bisa mencapai 1 juta ton di akhir tahun 2024. Harga CPO global juga tengah meningkat akibat cadangan yang menipis, dengan rata-rata di MYR 4.041 per ton. ASP CPO TAPG juga meningkat 19,8% secara tahunan dan 2,7% secara kuartalan ke Rp 12.910 per kilogram. “Peningkatan produksi di kuartal IV nanti bisa mendorong peningkatan penjualan. Jika ditambah harga pupuk yang lebih rendah, kinerja TAPG bisa lebih baik di akhir tahun 2024,” ujar Yasmin kepada Kontan, Senin (28/10). Yasmin pun merekomendasikan hold untuk saham TAPG dengan target harga Rp 1.030 per saham hingga awal tahun 2025.TAPG Chart by TradingView