Laba tumbuh 11% tahun lalu, Sido Muncul bersiap ekspansi ekspor tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sukses mencatat kenaikan laba 11,08% tahun lalu 2017, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) bakal fokus untuk memperluas jaringan distribusi.

Perusahaan yang berdiri sejak 1951 ini, juga akan terus berinovasi mengembangkan produk-produk baru untuk meningkatkan penjualan. Di 2018, SIDO berencana untuk memperkuat aktivitas ekspor. SIDO telah merambah 15 negara, yakni Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Myanmar, Suriname, Afrika Selatan, Nigeria, Australia, Belanda, serta negara-negara Eropa dan Amerika.

"Kontribusi pendapatan dari aktivitas ekspor masih perlu ditingkatkan. Salah satu penyebabnya, karena SIDO tidak melakukan ekspor secara langsung," ungkap direksi SIDO dalam laporan keuangan SIDO dikutip dari lama Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (25/4).


Salah satu langkah awal SIDO tahun ini adalah mendirikan anak usaha di Nigeria. Januari lalu, SIDO menyetor modal dengan kepemilikan 99% pada Muncul Nigeria Limited. SIDO mendirikan anak usaha di Nigeria ini agar mempermudah proses pendaftaran izin impor dan pemasaran produk.

SIDO pun menunjuk distributor yang akan memasarkan produk di Kamboja dan beberapa negara ASEAN lainnya.

Laba tahun berjalan SIDO tahun lalu naik 11,08% dari capaiain 2016 sebesar Rp 480,52 miliar menjadi Rp 533,79 miliar per akhir 2017. Peningkatan tersebut, turut didukung kenaikan laba kotor dari Rp 1,06 triliun pada 2016 menjadi Rp 1,16 triliun di 2017, atau naik sebanyak 8,8%. Margin laba kotor emiten jamu ini naik dari 41,7% menjadi 45,1%.

"Peningkatan karena perubahan bauran penjualan. Segmen herbal dan suplemen dengan margin laba kotor yang lebih tinggi yaitu sebesar 55,4%, merupakan kontributor utama pendapatan. Sementara itu, margin laba kotor segmen makanan dan minuman serta segmen farmasi masing-masing adalah sebesar 25,4% dan 26,6%," jelas laporan tersebut.

Penjualan bersih SIDO tahun lalu naik tipis 0,5% menjadi Rp 2,57 triliun. Penjualan segmen jamu herbal & suplemen tumbuh 11,3% menjadi Rp 1,69 triliun di tahun 2017 dari periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 1,52 triliun.

Kontribusi terbesar pada segmen ini, masih disumbang kelompok produk Tolak Angin Cair disusul oleh produk baru, Tolak Linu. Segmen makanan dan minuman mencatat penurunan penjualan dari Rp 963,2 miliar di tahun 2016 menjadi Rp 794,8 miliar di tahun 2017 atau turun sebear 17,5%. Penurunan terutama masih terjadi pada kelompok produk Kuku Bima Ener-G.

Meskipun begitu, penjualan segmen farmasi di 2017 bertumbuh 11% menjadi sebesar Rp 88,5 miliar dari tahun sebelumnya. Segmen ini berkontribusi sebesar 3,4% atas total penjualan bersih SIDO.

"Kinerja yang baik tersebut tercapai di tengah masih adanya dinamika pasar yang terjadi serta tingkat kompetisi yang semakin ketat khususnya di segmen produk jamu dan obat-obatan herbal," ungkap Sigit Hartojo Hadi Santoso, Komisaris Utama SIDO dalam laporan keuangan 2017.

Di sisi lain, beban usaha turut mengalami peningkatan 5,5% menjadi Rp 536,22 miliar, disertai penurunan penghasilan beban lain-lain mencapai 19,4% menjadi 56,15 miliar tahun lalu.

Sedangkan untuk laba bersih per saham, jumlahnya turut mengalami kenaikan dari 2016 sebanyak Rp 32,5 per saham menjadi Rp 35,9 per saham di 2017.

Perusahan yang melantai di BEI dengan kode SIDO ini, melaporkan adanya penurunan modal kerja bersih perusahaan. Di mana, pada 2016, modal kerja bersih tercatat Rp 1,57 triliun, atau turun 10% pada 2017 menjadi Rp 1,42 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati