Labanya segurih dan sesegar rasa susunya



Sedari kecil sudah tertanam dalam benak kita bahwa susu termasuk makanan bergizi. Melalui slogan empat sehat lima sempurna, susu mendapat peringkat sebagai makanan utama juga. Namun, pepatah lama tersebut ternyata belum mampu mendongkrak konsumsi susu di Indonesia.Angka konsumsi susu di sini masih kalah jauh dibanding negara-negara lain. Ambil contoh, India. Konsumsi susu warga di negeri itu rata-rata satu gelas per hari. Sementara itu, konsumsi susu orang di sini baru segelas dalam sebulan.Tak heran, Fauzan Rachmansyah, pemilik PT Kalimilk Indonesia, cukup prihatin melihat data bahwa konsumsi susu di Indonesia, baru sekitar 13,47 liter per kapita per tahun, susu yang dikonsumsi di Indonesia. ”Amerika Serikat sudah mencapai 117 liter per kapita per tahun, Irlandia tertinggi dengan 174 liter per kapita per tahun,” papar  pendiri kedai susu Kalimilk dari Yogyakarta ini. Berangkat dari kondisi itu, Wusono Herisudewo, pemilik kedai Milk Me, pun merintis usahanya. Bagi Dewo, panggilan akrabnya, selain menunjukkan minimnya konsumsi susu di negeri ini, angka itu juga menggambarkan peluang usaha pengolahan susu masih terbuka lebar. Dengan misi ingin memasyarakatkan minuman sehat tersebut, Dewo pun membuka kafe susu segar, Milk Me.Baru tujuh bulan berdiri, kini Milk Me sudah membuka dua cabangnya, di Jakarta dan Surabaya. Pasar kedai susu Dewo pun meluas hingga segala usia, dari semula kalangan remaja. “Sekarang yang datang lebih banyak anak-anak dan orang tuanya,” jelas Dewo.Pangsa pasar Fauzan juga tak kalah luas. Yang datang ke kedainya mulai dari balita hingga orang dewasa. Usaha yang ia rintis sejak tahun 2010 lalu itu, telah berkembang menjadi tiga buah gerai yang berlokasi di Sleman, Yogyakarta.Pasar yang meluas berujung pada kebutuhan susu segar yang besar juga. Dewo mengaku, dalam sehari kebutuhan susu  segar untuk ketiga gerainya mencapai 250 liter. “Tingginya kebutuhan susu itu lantaran pengunjung yang datang ke Milk Me berkisar 300 orang hingga 400 orang per hari,” terang Dewo.Ramainya pengunjung ini membuat omzet Milk Me melesat. Dewo menuturkan, salah satu gerainya di Surabaya bisa menyetor duit hingga Rp 200 juta saban bulan. Omzet tidak jauh berbeda juga dicetak oleh gerai pertamanya yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. “Walau belum sampai angka tersebut,” kata Dewo.Margin keuntungan yang didapat pun lumayan besar. Dewo bilang, bisa mengantongi untung 30% dari omzet. Milk Me menawarkan beragam minuman susu dingin dengan 22 varian rasa. Sajian ini  dilengkapi dengan delapan  makanan ringan yang mengandung susu, seperti pancake hingga salad buah. Dewo bilang, sengaja membuat varian minuman demikian banyak mengingat konsep yang memang sedang diusungnya, yakni kedai susu.Bahkan, terdorong idealisnya, dia hanya menyajikan tiga minuman alternatif yang tidak mengandung susu di Milk Me. “Harga minuman kami berkisar Rp 9.000 hingga Rp 15.000 per gelas,” jelas Dewo.Kedai susu Kalimilk pun  memiliki berbagai macam varian untuk minuman berbahan dasar susu.  Varian yang menjadi favorit seperti hazelnut, caramel, cookies dan durian.  Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 6.000 hingga Rp 22.000 per gelas. Sedangkan, untuk makanan tersedia mulai dari nasi, pasta , roti goreng dan jenis makanan penutup lainnya.Kian segar kian mantapAnda tertarik untuk menjajal bisnis kedai susu? Pada dasarnya, jika ingin memulai usaha ini, modal yang dibutuhkan tergantung dari konsep dan skala kedai yang akan Anda buka. Pada tahap awal, Anda bisa mulai memikirkan konsep kedai. Konsep sangat berhubungan dengan besarnya nilai investasi.Fauzan merintis usaha ini dari modal Rp 12 juta dan dua ekor sapi, sebagai pemasok susu segar. Modal sebesar itu dia gunakan untuk membangun kedai sederhana dan perawatan kedua sapinya.Dewo, beda lagi. Walau saat merintis usaha ini pangsa yang diincar tak jauh beda dari Kalimilk, investasi yang dikeluarkan untuk membangun Milk Me mencapai Rp 500 juta. Modal itu ia alokasikan, antara lain, untuk sewa tempat, renovasi, hingga menyediakan berbagai perlengkapan dan peralatan kedai, yang menempati lahan 600 m2.Dewo mempersiapkan konsep interior yang berbeda untuk kedainya. Dia menginginkan kedai susunya punya konsep utama seperti restoran di New York. “Ada sentuhan warna caribean style,” ujar dia. Alhasil, kedainya menelan investasi cukup banyak untuk memermak desain dan renovasi.  Selain itu, menurut Dewo, terkait dengan pasar yang diincar, kedai harus memiliki suasana yang nyaman, sehingga membuat pengunjung betah.  Jadi, jika memang mengincar pasar keluarga, maka interior yang dipilih sebaiknya nyaman untuk keluarga, termasuk anak muda.Selain interior yang nyaman, layaknya sebuah kedai dan tempat nongkrong, jangan lupa untuk menyediakan tempat parkir  kendaraan yang memadai. Hal tersebut terjadi mengingat pasar remaja dan keluarga, terutama di Jakarta, yang kerap membawa kendaraan saat datang ke tempat makan.Terkait lokasi, tidak ada ketentuan untuk memilih lokasi dekat dengan peternak sapi.  Karena pada dasarnya susu sendiri selama disimpan di suhu dingin masih bagus sampai seminggu. Ini berarti, tidak masalah apabila lokasi usaha Anda jauh dari tempat peternak sapi. Namun, untuk lokasi kedai disarankan agar dekat dengan pangsa pasar yang akan dibidik. Seperti, sekolah, kampus, perkantoran atau pemukiman.  “Ya, sebaiknya kedai yang mendekati pasar,” jelas Dewo.  Setelah kedai, alokasi biaya  terbesar kedua adalah biaya untuk suplai susu segar. Untuk memasok susu berkualitas, maka Anda harus mencari pasokan dari peternak sapi yang berkualitas. Produk berkualitas bisa dilihat dari pemberian makanan dan cara perawatan sapi oleh pemilik peternakan. Daerah yang berhawa sejuk, bisa menjadi salah satu pertimbangan memilih peternak sapi, mengingat pasokan makanan berlimpah di kawasan tersebut. Itu yang menjadi alasan Fauzan mengambil stok susu segar dari Kaliurang, yang berada di  kaki Gunung Merapi.Adapun Dewo mengambil pasokan susunya dari peternak sapi di daerah Cibubur, Jawa Barat. “Di daerah Cibubur masih sejuk dan asri. Saya yakin suasana di peternakan berpengaruh terhadap perawatan sapinya juga,” terang Dewo.Beberapa hal tersebut berpengaruh langsung pada kualitas susu yang dihasilkan. Sebagai perbandingan, Dewo melihat susu yang dihasilkan oleh sapi yang dirawat dengan baik, biasanya akan lebih kental dan gurih dari susu yang dihasilkan oleh sapi yang tidak dirawat dengan baik.  Saat ini, Dewo bisa mengambil susu segar dari peternak langsung dengan harga Rp 10.000–Rp 12.000 per liter. “Harga tersebut, sudah termasuk akomodasi dan transportasi,” jelas Dewo.Setelah lokasi dan pemasok susu siap, sebaiknya persiapkan faktor pendukung lainnya, seperti perasa susu. Produk ini bisa diperoleh dari pemasok yang ada di dalam negeri. Biasanya perasa tersedia dalam bentuk cair atau bubuk, produksi dalam atau luar negeri. Harganya sendiri berkisar dari Rp 200.000–Rp 250.000 per lima kilogram. Saat ini, Milk Me pun menggunakan perasa lokal dan impor dari Australia dan Amerika Serikat. Alasan Dewo, untuk beberapa rasa khusus, seperti blueberry, barang impor memang lebih enak dibandingkan dengan produk lokal. “Buah blueberry banyak di luar negeri, jadi lebih enak,” tutur Dewo.   Selain produk dan lokasi berkualitas, variasi makanan yang disajikan juga cukup penting untuk menarik pengunjung.  Ada baiknya mempersiapkan alternatif makanan yang tidak terlalu mengandung susu atau tidak memakai susu sama sekali agar pengunjung tidak bosan. Selain itu, update varian rasa dalam jangka waktu tertentu pun bisa menunjang moncernya pendapatan. Maklum, anak muda sering cepat bosan. Untuk mendapatkan varian rasa yang beragam, tidak perlu membayar juru masak khusus, cukup dengan pengalaman sendiri atau belajar sendiri, seperti dilakukan oleh Fauzan dan Dewo saat meracik sajian andalan di kedai susu mereka.Namun, karena kedai susu identik dengan kedai sehat, sebaiknya makanan pelengkap juga mengusung tema sehat. Milk Me, contohnya, membuat pancake sendiri, agar segar. Kalimilk pun tak jauh beda. Setiap makanan yang disajikan kepada konsumen hanya melalui proses pemasakan sepuluh menit.  “Jadi kualitas panganan tetap terjaga dan konsumen puas,” tambah Fauzan.Setelah semua siap, giliran berikutnya adalah merancang promosi. Meski mengandalkan promosi dari mulut ke mulut setelah konsumen merasakan sendiri makan di Kalimilk, biar tak lepas dari perkembangan zaman, Fauzan juga membangun situs sebagai pusat informasi produk mereka.Tuntutan zaman online pun membuat Milk Me juga aktif di media sosial Twitter dan Instagram sejak awal kelahirannya. Alasannya, melalui media sosial atau online, konsumen bisa melihat langsung gambaran kedai susu yang dimaksud dan  menumbuhkan ketertarikan untuk berkunjung. Tak pelak, kini, Milk Me pun memiliki pengelola sosial medianya untuk menginformasikan promo dan kegiatan Milk Me terbaru.Ikut nyeruput yuk!     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi