Ladang minyak terbesar AS diprediksi akan mengalami kekeringan akhir tahun ini



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Hampir setengah dari semua jaringan pipa minyak dari cekungan Permian yang merupakan ladang minyak terbesar AS diprediksi akan mengalami kekeringan akhir tahun ini. Hal ini dikarenakan produksi minyak yang lesu mengakibatkan jaringan pipa minyak banyak yang tidak digunakan.

Perlu diketahui, perusahaan pipa melakukan konstruksi besar-besaran pada tahun 2018 dan 2019 karena saat itu pertumbuhan produksi minyak sangat tinggi hingga pernah mencapai rekor 13 juta barel per hari. Dengan adanya pandemi covid-19, jaringan pipa yang jumlahnya banyak itu tak terpakai karena permintaan bahan bakar dan produksi minyak belum pulih sepenuhnya hingga saat ini.

Mengutip dari Reuters, beberapa perusahaan pipa sedang mencari solusi untuk mengirimkan produk lain di jalur pipa yang ada. Selain itu, mereka juga sedang mempertimbangkan untuk menjual saham dalam operasi untuk mengumpulkan uang.


Pada kuartal empat, total pemanfaatan jaringan pipa minyak terbesar dari Permian diperkirakan akan turun hingga 57%. Padahal, rekor terakhir pemanfaatan jaringan pipa minyak terjadi pada tahun 2016 dengan mencapai 70%. 

Baca Juga: Data ekonomi China panaskan harga minyak WTI ke US$ 63,65 per barel siang ini

Produksi minyak mentah AS saat ini hanya sekitar 11 juta barel per hari. Situasi tersebut dinilai tidak akan banyak berubah hingga tahun 2020. “Kami tidak berharap berada pada tingkat produksi sebelum pandemi pada akhir 2022,” ujar Kepala Ekonom Pedagang Komoditas Trafigura dikutip dari Reuters, Selasa (13/4).

Saat ini, tiga perusahaan pipa Permian teratas menawarkan diskon untuk menarik pengirim dan membendung penurunan volume. Tiga perusahaan tersebut antara lain Magellan Midstream Partners LP, Plains All American Pipeline LP, dan Enterprise Products Partners LP.

Ketiga perusahaan tersebut saat ini hanya mengandalkan kontrak jangka panjang yang mengharuskan pelanggan untuk mengirimkan minyak dalam jumlah tertentu atau membayar denda. Selain itu, mereka juga sedang menegosiasikan ulang perjanjian tersebut dengan harga yang lebih murah ketika hampir kadaluarsa agar pelanggan tetap bertahan.

Di tahun 2020, pendapatan tiga perusahaan pipa tersebut kompak mengalami penurunan. Magellan mencatatkan pendapatan hanya sekitar  $1,8 miliar atau turun 9%, Plains juga turun sebanyak 13% menjadi US$ 2 miliar. Terakhir, Enterprise jauh lebih tertekan dengan penurunan pendapatan mencapai 35%.

“Banyak perusahaan harus memotong dividen mereka. Hal ini telah menciptakan beberapa skeptisme pada basis investor tentang keberlanjutan sektor ini, ungkap manajer portofolio senior TortoiseEcofin, Rob Thummel.

Selanjutnya: Ekspor China tumbuh 30,6% pada Maret 2021, meleset di atas proyeksi analis

Editor: Handoyo .