Film Hollywood acapkali menyajikan adegan penunjuk waktu yang berjalan mundur. Semakin dekat dengan angka 0—yang artinya bom meledak—penonton dibuat tegang. Biasanya dalam adegan, para jagoan atau pihak berwajib berupaya menjinakkan berjalannya penunjuk waktu tersebut. Mereka harus berlomba dengan waktu. Itulah yang terjadi dengan kondisi dua perusahaan asuransi Indonesia: Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Seperti yang kita tahu, kedua perusahaan asuransi paling uzur tersebut terantuk masalah likuiditas. Masalah Jiwasraya, perusahaan asuransi milik pemerintah ini harus menerbitkan medium term notes (MTN) Rp 500 miliar untuk mencicil klaim asuransi yang jatuh tempo. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih menunggu upaya penyehatan yang akan ditempuh Jiwasraya. "Mereka menawarkan roll over. Kalau mau diperpanjang, diberi insentif bunga 7,7% untuk satu tahun ke depan," ujar Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi (Harian KONTAN, 28 Juni 2019).
Lagi, asuransi jiwa yang too big to fail
Film Hollywood acapkali menyajikan adegan penunjuk waktu yang berjalan mundur. Semakin dekat dengan angka 0—yang artinya bom meledak—penonton dibuat tegang. Biasanya dalam adegan, para jagoan atau pihak berwajib berupaya menjinakkan berjalannya penunjuk waktu tersebut. Mereka harus berlomba dengan waktu. Itulah yang terjadi dengan kondisi dua perusahaan asuransi Indonesia: Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Seperti yang kita tahu, kedua perusahaan asuransi paling uzur tersebut terantuk masalah likuiditas. Masalah Jiwasraya, perusahaan asuransi milik pemerintah ini harus menerbitkan medium term notes (MTN) Rp 500 miliar untuk mencicil klaim asuransi yang jatuh tempo. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih menunggu upaya penyehatan yang akan ditempuh Jiwasraya. "Mereka menawarkan roll over. Kalau mau diperpanjang, diberi insentif bunga 7,7% untuk satu tahun ke depan," ujar Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi (Harian KONTAN, 28 Juni 2019).