Lagi, FedEx memangkas prediksi laba



KONTAN.CO.ID - LOS ANGELES. FedEx Corp memangkas target laba 2019 untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. Pemangkasan target ini menyebabkan harga saham FedEx merosot lebih dari 5% dalam sehari.

Pemangkasan ini memicu kekhawatiran baru bahwa FedEx kalah bersaing dengan kompetitor seperti United Parcel Service Inc dan Deutsche Post DHL Group.

Desember lalu, FedEx mengumumkan pemangkasan prediksi laba dengan alasan penurunan tajam perdagangan global. "Kondisi makroekonomi internasional yang melambat dan pelemahan pertumbuhan perdagangan global terus berlanjut," kata Alan Graf, Chief Financial Officer FedEx dalam pernyataan yang dikutip Reuters, Selasa (19/3).


Para eksekutif FedEx mengatakan bahwa peluncuran operasional FedEx enam hari per minggu di Amerika Serikat (AS) menambah beban di tengah perlamatan bisnis internasional Express. Pelemahan bisnis global ini termasuk TNT Express yang dibeli FedEx pada tahun 2016 dengan harga US$ 4,8 miliar. Hingga kini, FedEx masih kesulitan mengintegrasikan TNT ke dalam jaringan FedEx.

FedEx memperkirakan biaya integrasi melebihi US$ 1,5 miliar dan menargetkan penyelesaian proyek integrasi ini pada akhir 2020, empat tahun setelah akuisisi. Integrasi memungkinkan penyaluran paket melalui paket jaringan FedEx Express dan TNT Express.

Pada 2017, serangan cyber pada sistem teknologi TNT menimbulkan biaya US$ 300 juta bagi perusahaan pengiriman ini. "FedEx Express memiliki beberapa masalah serius di sana," kata Cathy Morrow Roberson, pendiri firma konsultan Logistics Trends & Insights.

FedEx telah merombak manajemen, termasuk divisi Express, menawarkan jasa pengangkutan cuma-cuma dan pengeluaran biaya diskresioner terbatas untuk membendung penurunan bisnis.

Berdasarkan data IBES dari Refinitiv, laba kuartal ketiga FedEx turun menjadi US$ 797 juta atau US$ 3,03 per saham. Angka ini lebih rendah daripada estimasi analis sebesar US$ 3,11 per saham.

FedEx memperkirakan, laba tahun fiskal 2019 yang akan berakhir 31 Mei mencapai antara US$ 15,10 hingga US$ 15,90 per saham. di bawah perkiraan rata-rata analis U$ 3,11 per saham.

Editor: Wahyu T.Rahmawati