KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Lagi-lagi MIND ID menyatakan bahwa pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) merugikan perusahaan. Namun, lantaran itu program wajib maka akan tetap dilakukan. Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengungkapkan pembangunan smelter tembaga PT Freeport Indonesia sebenarnya merugikan jika tidak dibarengi dengan kesiapan industri hilir. Orias menjelaskan, kerugian ini tidak bisa dihindari pasalnya ada kewajiban untuk pembangunan smelter. "Apakah ini akan rugi? Dari kita ya jelas rugi, tapi kan wajib bangun, ya kita bangun," kata Orias dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Rabu (31/3).
Adapun, ketentuan pembangunan smelter ini termuat dalam Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) dan kewajiban dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang dikantongi PTFI sejak Desember 2018. Proyek smelter tembaga baru ditargetkan harus terealisasi pada 2023 mendatang. Orias mengungkapkan, pembangunan smelter menjadi merugikan pasalnya produk yang diolah pada akhirnya tetap diekspor karena industri hilir yang belum siap. "Jadi kalau secara negara itu menguntungkan kalau hilirnya jalan. Kalau hilirnya tidak jalan sangat disayangkan kita bangun, ada hasilnya toh diekspor juga, ya kan. Itu kenapa (sama saja) kita yang mensubsidi buyer, bahasa terangnya begitu. Jadi kalau mau seluruh sampai hilir, ya kita untung kalau hasil dari smelter itu industrinya jalan juga," tegas Orias. Hingga saat ini, Freeport tercatat telah menggelontorkan sekitar US$ 300 juta untuk menggarap smelter tembaga di Gresik. Disisi lain, Tsingshan dikabarkan tertarik menggandeng Freeport untuk menggarap proyek smelter baru di Weda Bay, Halmahera Tengah. Pemerintah pun menargetkan kesepakatan kerjasama kedua belah pihak bisa terwujud pada akhir Maret ini. Akan tetapi, sejauh ini belum ada titik terang terkait rencana kerjasama ini. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto yang dihubungi Kontan.co.id, masih belum menanggapi pertanyaan terkait perkembangan terkini pembahasan kesepakatan investasi ini. Orias pun mengungkapkan jika smelter tetap dilanjutkan di Gresik maka ada kebutuhan investasi mencapai US$ 3 miliar. Dana diperkirakan akan bersumber dari pinajamn MIND ID yang merupakan pemegang 51,236% Freeport juga bakal menanggung sekitar US$ 1,5 miliar dari total kebutuhan ini. Orias menyebutkan nilai investasi yang lebih kecil akan dikeluarkan untuk proyek smelter Weda Bay pasalnya porsi saham Freeport diperkirakan hanya mencapai 25%.
"Sisa investasi Tsingshan supaya dana yang dikeluarkan Freeport tidak besar. Itu hitung-hitungan kenapa kita pertimbangkan di sana (Halmahera)," kata Orias. Kontan mencatat, Tsingshan disebut siap untuk menanggung 92,5% biaya proyek, sedangkan 7,5% sisanya akan ditanggung oleh Freeport. Adapun, kapasitas yang akan dibangun sebanyak 2,4 juta ton dengan biaya sekitar US$ 2,5 miliar. Sedangkan untuk kapasitas smelter Freeport di Gresik awalnya direncanakan sebesar 2 juta ton dengan investasi sekitar US$ 3 miliar. Namun belakangan, kapasitasnya dipangkas menjadi 1,7 juta ton. Sedangkan 300.000 ton lainnya ditutupi melalui pengembangan smelter tembaga eksisting di PT Smelting. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini