Lagi, Satu Pialang Bergabung ke BKDI



JAKARTA. Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) berhasil menarik anggota baru. Di awal pekan ini, Pacific 2000 Futures resmi menjadi anggota ke-18 BKDI.

Direktur Utama BKDI Megain Widjaja menyebut, bergabungnya Pacific 2000 menunjukkan minat yang besar dari pialang maupun pedagang untuk memajukan industri perdagangan berjangka komoditas. Potensi pasarnya pun masih sangat besar.

Megain berharap, keberadaan Pacific 2000 bisa meramaikan perdagangan kontrak yang sudah ada. “Apalagi mengingat performanya yang memang bagus selama ini di bursa berjangka,” kata Megain, pekan lalu.


Megain berharap, performa Pacific 2000 di BKDI tak kalah hebat dibanding kinerjanya di tempat lain. Apalagi, BKDI sudah memiliki sistem perdagangan online dan produk yang sudah likuid.

Selain Pacific 2000, menurut Megain, ada enam calon anggota bursa (AB) lainnya yang segera menyusul. Kini, izin mereka tengah diproses di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti). Mereka adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk, ED & F Man Indonesia, dan PT Buana Karya Bhakti. Sedangkan calon pialang baru yaitu BIG Futures dan pialang asing, Philip Futures.

Sebelum Pacific 2000 masuk, BKDI telah memiliki 17 anggota yang terdiri dari 12 pedagang dan 5 pialang. Megain optimistis, penambahan anggota akan menyebabkan pasar semakin likuid. "Kalau market likuid, BKDI bisa lebih punya integritas menjadi price reference, khususnya untuk CPO," tegasnya.

Selama sepekan lalu, BKDI berhasil mengumpulkan volume transaksi 2.177 lot, yang terdiri 1.620 lot kontrak CPO, dan 557 lot kontrak emas. Jumlah ini sedikit di bawah pencapaian pekan sebelumnya, yaitu 2.189 lot.

Megain menargetkan, sampai akhir tahun, minimal bisa memiliki 30 anggota. Untuk mencapai target itu, mereka gencar sosialisasi langsung ke pelaku industri, baik pedagang maupun pialang.

Sebagai pemanis, BKDI menawarkan insentif berupa pemotongan biaya untuk menjadi anggota bursa dan kliring. Hingga 31 Agustus mendatang, dengan biaya Rp 100 juta perusahaan sudah bisa bergabung menjadi anggota bursa sekaligus kliring. Normalnya, perusahaan harus merogoh kocek Rp 300 juta.

Analis Askap Futures Ibrahim menyebut, bergabungnya perusahaan derivatif ke BKDI karena daya tarik produk CPO sebagai unggulan. Selain itu, dengan bergabung, pialang akan bisa mendapat komisi tambahan dari setiap transaksi komoditas yang mereka lakukan.

Namun, menurut Ibrahim, mayoritas perusahaan derivatif masih sulit memahami proses transaksi multilateral, sehingga perlu sosialisasi lebih. Selain itu, komisi transaksi di komoditas lebih kecil dibanding transaksi valas dan indeks.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can