JAKARTA. Total utang luar negeri (ULN) Indonesia terus mengalami peningkatan, didorong oleh tingginya ULN swasta. Bank Indonesia (BI) mencatat, hingga akhir Mei 2014, pinjaman global mencapai US$ 283,7 miliar atau tumbuh 9,7% secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhannya juga lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 7,7%. Tingginya ULN ini disebabkan peningkatan utang dari sektor publik (pemerintah) dan swasta. ULN sektor publik mencapai US$ 132,2 miliar atau naik 4,1% secara yoy. Sementara ULN korporasi mencapai US$ 151,5 miliar atau tumbuh 15,5%. Padahal bulan sebelumnya ULN publik hanya tumbuh 2,2% secara yoy. "ULN pertumbuhannya terus meningkat sejak Desember 2013," kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik Hendy Sulistiowaty, pada Kamis (17/7). Hendy mengungkapkan, kenaikan tersebut disebabkan adanya obligasi yang dikeluarkan pemerintah. Ia bilang, adanya ketertarikan investor asing terhadap Surat Utang Negara (SUN) dapat meningkatkan ULN Indonesia di sektor publik. "Tanpa harus pemerintah mengeluarkan SUN baru, ULN publik bisa meningkat jika mereka membeli di pasar sekunder yang tadinya dimiliki oleh domestik," ujar Hendy. ULN swasta meningkat lebih pesat daripada ULN publik. Kenaikan ULN swasta salah satunya juga disebabkan oleh beberapa perusahaan BUMN yang mengeluarkan global bond. Pertumbuhan ULN swasta juga didorong meningkatnya pertumbuhan ULN sektor industri keuangan, listrik, gas dan air bersih. Pertumbuhan ULN sektor keuangan sebesar 21,2% secara yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,2% secara yoy. Lebih lanjut Hendy mengungkapkan, ada pertambahan ULN yang besar di sektor listrik, gas dan air bersih. ULN sektor tersebut tumbuh 9,8%, padahal pada April tumbuh 1,8%. "Pertumbuhan utang mencerminkan kegiatan usaha di sektor tersebut," jelas Hendy. Sementara itu, berdasarkan jangka waktu, ULN jangka panjang dan jangka pendek mengalami peningkatan. ULN jangka panjang tumbuh 10,1% pada Mei 2014, menjadi US$ 234 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,9%. Hendy menyatakan, ULN jangka panjang banyak didominasi oleh sektor publik, dengan porsi mencapai 94,5% dari total ULN sektor publik. Sedangkan ULN jangka pendek tumbuh 8,3% secara yoy, jauh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,3% secara yoy. Hendy bilang, ULN jangka pendek banyak digunakan untuk membiayai impor minyak. Ia menghimbau agar ULN jangka pendek harus dicermati, karena sangat berisiko. Meski begitu, bank sentral memandang perkembangan ULN sampai Mei masih sehat dalam menopang ketahanan sektor eksternal meskipun perlu diwaspadai. "Kami tetap memantau dan memperkuat kebijakan pengelolaan ULN, khususnya ULN swasta," ucap Hendy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lagi, swasta bikin utang luar negeri meningkat
JAKARTA. Total utang luar negeri (ULN) Indonesia terus mengalami peningkatan, didorong oleh tingginya ULN swasta. Bank Indonesia (BI) mencatat, hingga akhir Mei 2014, pinjaman global mencapai US$ 283,7 miliar atau tumbuh 9,7% secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhannya juga lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 7,7%. Tingginya ULN ini disebabkan peningkatan utang dari sektor publik (pemerintah) dan swasta. ULN sektor publik mencapai US$ 132,2 miliar atau naik 4,1% secara yoy. Sementara ULN korporasi mencapai US$ 151,5 miliar atau tumbuh 15,5%. Padahal bulan sebelumnya ULN publik hanya tumbuh 2,2% secara yoy. "ULN pertumbuhannya terus meningkat sejak Desember 2013," kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik Hendy Sulistiowaty, pada Kamis (17/7). Hendy mengungkapkan, kenaikan tersebut disebabkan adanya obligasi yang dikeluarkan pemerintah. Ia bilang, adanya ketertarikan investor asing terhadap Surat Utang Negara (SUN) dapat meningkatkan ULN Indonesia di sektor publik. "Tanpa harus pemerintah mengeluarkan SUN baru, ULN publik bisa meningkat jika mereka membeli di pasar sekunder yang tadinya dimiliki oleh domestik," ujar Hendy. ULN swasta meningkat lebih pesat daripada ULN publik. Kenaikan ULN swasta salah satunya juga disebabkan oleh beberapa perusahaan BUMN yang mengeluarkan global bond. Pertumbuhan ULN swasta juga didorong meningkatnya pertumbuhan ULN sektor industri keuangan, listrik, gas dan air bersih. Pertumbuhan ULN sektor keuangan sebesar 21,2% secara yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,2% secara yoy. Lebih lanjut Hendy mengungkapkan, ada pertambahan ULN yang besar di sektor listrik, gas dan air bersih. ULN sektor tersebut tumbuh 9,8%, padahal pada April tumbuh 1,8%. "Pertumbuhan utang mencerminkan kegiatan usaha di sektor tersebut," jelas Hendy. Sementara itu, berdasarkan jangka waktu, ULN jangka panjang dan jangka pendek mengalami peningkatan. ULN jangka panjang tumbuh 10,1% pada Mei 2014, menjadi US$ 234 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,9%. Hendy menyatakan, ULN jangka panjang banyak didominasi oleh sektor publik, dengan porsi mencapai 94,5% dari total ULN sektor publik. Sedangkan ULN jangka pendek tumbuh 8,3% secara yoy, jauh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,3% secara yoy. Hendy bilang, ULN jangka pendek banyak digunakan untuk membiayai impor minyak. Ia menghimbau agar ULN jangka pendek harus dicermati, karena sangat berisiko. Meski begitu, bank sentral memandang perkembangan ULN sampai Mei masih sehat dalam menopang ketahanan sektor eksternal meskipun perlu diwaspadai. "Kami tetap memantau dan memperkuat kebijakan pengelolaan ULN, khususnya ULN swasta," ucap Hendy.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News