Lahan 26 km kereta cepat segera digarap



JAKARTA. Pembangunan proyek kereta api cepat Jakarta Bandung semakin terang. Meskipun pendanaan dari China Development Bank (CDB) belum cair hingga saat ini, namun PT Kereta Api Cepat Indonesia-China (KCIC) sudah mulai menggeber kontruksi proyek ini.

Febriyanto, Corporate Communication KCIC mengatakan dalam pekan ini KCIC akan menandatangani kontrak pembangunan proyek ini dengan kontraktor Engineering, Procurement, and Construction (EPC). "Kontractor EPC digarap korsorsium yakni PT Wijaya Karya, CREC dan Sinohydro Corporation Limited," katanya pada KONTAN, Senin (23/1).

Saat ini perkembangan konstruksi high speed rail (HSR) ini belum terlalu signifikan. Baru sekitar 5 kilometer (km) dalam proses pengerjaan di wilayah Walini , Jawa Barat.


Namun pada Januari ini, KCIC akan menyerahkan lahan kepada kontraktor EPC tadi sepanjang 26,6 km untuk segera dikerjakan. Oleh karena itu, lanjut Febri, pada bulan kedua tahun ini progres konstruksi proyek tersebut sudah semakin signifikan.

Sementara pendanaan CDB masih dalam proses finalisasi. KCIC berharap financial closing tersebut rampung pada Februari mendatang sehingga segera mendapatkan dana segar untuk mendanai pembangunan proyek tersebut. Saat ini mereka masih menggunakan dana internal untuk menggarap proyek HSR ini sebelum dana dari CDB cair.

Adapun progres pembebasan lahan kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut sudah cukup besar yakni mencapai 82,9%. Sisanya 13,1 % masih dalam proses pembebasan.

Lahan yang belum bebas tersebut berada di kawasan indutri sepanjang Cibitung hingga Karawang. "Pembebasan lahan tersebut masih hitung-hitungan bisnis. Belum ketemu angkanya." ungkap Febri.

Sepeti diketahui KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN Cina dan Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan masing-masing 40% dan 60%. Perusahaan ini berinvestasi membangun HSR senilai US$ 5,1 miliar. Sekitar 75% investasi proyek ini akan dibiayai CDB dan 25% dari internal KCIC

Konsorsium BUMN terdiri dari WIKA dengan porsi 38%, PT Kereta Api Indonesia (KAI) 25%, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII 25%, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) 12%. Kereta api cepat ini ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto