Lahan berkurang, Pproduksi kapas nasional diperkirakan tak sampai 33.000 ton



JAKARTA. Target produksi kapas nasional tahun ini diperkirakan bakal sedikit meleset. Pasalnya, lahan luas areal tanam kapas, khususnya di sentra tanaman kapas Sulawesi Selatan mengalami pengurangan karena keterbatasan bibit. Direktur Tanaman Semusim Kementerian Pertanian, Agus Hasanuddin mengatakan tahun ini awalnya Kementerian Pertanian mematok produksi kapas nasional sebanyak 33.250 ton. Dari jumlah itu, kontribusi terbesar berasal dari sentra produksi kapas Sulawesi Selatan yang sekitar 15.200 ton dari luas areal kapas sekitar 7.500 hektare. "Luas areal kapas di Sulawesi Selatan diturunkan dari 7.500 hektare menjadi hanya 4.000 hektare. Jadi kemungkinan di Sulawesi Selatan terjadi penurunan produksi," ujarnya pekan lalu. Agus menjelaskan, penurunan luas areal lahan kapas di Sulawesi Selatan ini disebabkan belum adanya kesiapan bibit kapas yang memadai. Asal tahu saja, selama ini petani masih banyak yang bergantung pada program bantuan bibit kapas karena harganya masih mahal.

Bantuan bibit Tahun ini pemerintah berencana memberikan bantuan bibit kapas, sekitar 50% berupa kapas kanesia dan sisanya 50% berupa kapas hibrida. "Tahun lalu akibat curah hujan tinggi banyak tanaman kapas yang rusak, sehingga kita tidak bisa menghasilkan bibit terutama bibit kapas kanesia. Makanya tahun ini pemberian bantuan bibit hibrida diperpanjang karena kita gagal membuat bibit kanesia akibat musim hujan yang berkepanjangan," jelas Agus. Alhasil, bibit yang diberikan tahun ini masih berupa bibit kapas hibrida yang harganya jauh lebih mahal. Ketua Asosiasi Petani kapas Indonesia Marjuni Palimrugi memberikan gambaran, harga bibit kapas kanesia hanya sekitar Rp 30.000 - Rp 40.000 per kg, sedangkan harga bibit kapas hibrida sekitar Rp 225.000 per kg. Makanya, "Kita melakukan revisi (luas areal tanam) karena dananya tidak cukup," kata Agus. Dengan pengurangan areal lahan ini, Agus pesimis target produksi kapas nasional tahun ini tak akan sampai 33.000 ton. Asal tahu saja, tahun lalu produksi kapas nasional sebanyak 26.250 ton yang dihasilkan dari lahan kapas seluas 15.000 hektar. Artinya, rata-rata tingkat produktivitas tanaman kapas nasional sekitar 1,75 ton per hektare. Sepanjang 2011, awalnya pemerintah mematok target produksi kapas sebesar 33.000 ton dengan total areal kapas nasional seluas 17.500 hektare atau rata-rata tingkat produktivitas naik menjadi 1,9 ton per hektare. Jika luas areal lahan di Sulawesi Selatan berkurang dari 7.500 hektare menjadi hanya 4.000 hektare, maka potensi kehilangan produksi kapas sekitar 6.650 ton. Alhasil, tahun ini produksi kapas bisa menyusut menjadi hanya 26.600 ton. Hanya saja Agus masih enggan memaparkan lebih jauh mengenai potensi kehilangan produksi ini. Pasalnya, "Saat ini belum ada taksasi pasti mengenai produksi kapas tahun ini," jelasnya. Marjuni juga bilang, taksasi produksi kapas tahun ini baru bisa dilakukan sekitar Agustus nanti. Saat ini, tanaman kapas baru berumur sekitar 2 - 3 bulan. Nah, Agustus nanti tanaman kapas sudah mulai berbunga dan terlihat bol (kapas)nya. Bahkan, "Kalau Agustus kemaraunya bagus, bisa jadi produksinya lebih bagus meskipun arealnya turun. Karena tidak kapas yang rusak tertimpa air hujan," paparnya kepada KONTAN Minggu (26/6). Tahun lalu, produksi kapas nasional anjlok karena banyak tanaman kapas yang rusak akibat curah hujan yang tinggi. Jika musim kemarau normal, tingkat produktivitas tanaman kapas jenis kanesia bisa mencapai 2 ton - 2,4 ton per hektare. Sedangkan kapas hibrida bisa memiliki tingkat produktivitas sekitar 3,2 ton - 4 ton per hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: