Lahan bertambah, rezeki TBLA kian berlimpah



JAKARTA. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) kian rajin menanam sawit. TBLA berencana menambah luas lahan kebun kelapa sawit hingga 10.000 hektare (ha) sepanjang tahun ini. Dengan tambahan lahan itu, luas kebun sawit milik TBLA menjadi 50.000 ha.

Tujuan ekspansi itu, apalagi, kalau bukan mengerek kapasitas produksi minyak sawit mentah TBLA. Di tahun ini, TBLA optimis produksi crude palm oil (CPO) mampu naik 20% dari tahun lalu menjadi sekitar 288.000 ton.

Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, menilai, perluasan lahan sawit TBLA baru optimal di tahun-tahun mendatang. "Ini tergantung dari manajemen yang melakukan pembelian lahan dengan pohon CPO yang masih dalam bentuk bibit atau sudah berupa pohon mudanya," ujar Reza, kemarin (30/1).

Ia menjelaskan, jika TBLA lebih banyak membeli bibit, pohon sawit baru mampu menghasilkan buah selama empat-lima tahun mendatang. Namun, jika yang dibeli adalah pohon muda, efek penambahan lahan akan terasa dalam satu-dua tahun berikut.

Tapi artinya, perluasan lahan sawit ini akan memperkuat kondisi fundamental TBLA secara jangka panjang. "TBLA menyiapkan peningkatan kemampuan menghasilkan tandan buah segar," ujar dia.

Pardomuan Sihombing, pengamat pasar modal dari Recapital Asset Management, melihat, meski pertumbuhan ekonomi dunia sudah melambat, namun tren ekspor CPO tidak terlalu berubah. "Ini berarti positif bagi emiten penghasil CPO, termasuk TBLA, untuk menggenjot produksi," kata dia.

Apalagi, ada harapan harga CPO akan merangkak naik sepanjang tahun ini. Di bursa komoditi Malaysia, harga kontrak CPO untuk pengiriman Maret 2012 pada 15 Desember 2011 berada di harga US$ 932 (RM 2.970) per ton. Kontrak pengiriman CPO yang serupa, kemarin, senilai US$ 1.007 (RM 3.082). Itu berarti selama enam pekan saja, harga CPO telah mendaki 8,05%.

PER murah

Kontribusi terbesar pendapatan TBLA masih berasal dari penjualan minyak sawit. Tahun lalu penjualan CPO berkontribusi sebesar 38%, penjualan minyak inti sawit (PKO) sebesar 25%, dan sisanya dari penjualan minyak goreng dan produk turunan kelapa sawit lainnya.

TBLA juga melanjutkan rencana merambah bisnis gula rafinasi berjalan. Reza menilai, perluasan bisnis tersebut akan berdampak positif.Konsumsi gula nasional masih cukup tinggi. Ada potensi TBLA menyerap sendiri produksinya. "Sebagian bisa dijual kepada produsen lain atau dijual melalui anak usahanya," katanya.

Tahun ini TBLA menargetkan pendapatan sebanyak Rp 5 triliun, atau naik 25% year on year (yoy). Reza menilai target tersebut bisa tercapai. Ia memprediksi TBLA mampu meraup pendapatan hingga Rp 5,3 triliun.

Adapun price earning ratio (PER) TBLA masih 5,51 kali, lebih murah dibandingkan PER industri 8,89 kali. Reza, Analis Samuel Sekuritas, M. Alfatih serta Robby Has dari Erdhika Elit Sekurita merekomendasikan beli TBLA dengan target harga masing-masing Rp 750, Rp 640 serta Rp 620 per saham.

Harga TBLA, kemarin, turun 5% jadi Rp 570 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can