Lahan dibatasi, produksi benih sawit tetap



JAKARTA. Meski aturan perizinan usaha perkebunan membasi kepemilikan lahan perkebunan sawit maksimal hanya 100.000 hektare (ha) untuk satu grup perusahaan sudah keluar nyatanya atuan ini belum berdampak ke penjualan bibit sawit. Produsen benih sawit optimistis bisnis mereka tetap akan tumbuh pada tahun-tahun mendatang.

Michael Kusuma, Kepala Hubungan Investor PT Sampoerna Agro mengatakan, kebutuhan benih sawit saat ini masih cukup tinggi. Soalnya, secara total potensi lahan perkebunan yang perlu ditanami masih cukup luas. Selain itu juga, benih sawit dibutuhkan untuk replanting alias penanaman kembali.

Selain itu, menurut Michael, di poin pembatasan lahan juga ada pengecualian. Revisi peraturan Menteri Pertanian nomor 26 tahun 2007 itu memberikan pengecualian yaitu perusahaan publik, perusahaan plat merah serta koperasi.


Karena itu pula, peluang penjualan benih ke tiga kelompok pelaku bisnis tersebut masih terbuka lebar. Toh, "Selama ini penjualan benih sawit kita merata, sehingga tidak terlalu menggantungkan satu pasar tertentu," ujar Michael, Rabu (9/10).

Tahun ini, Sampoerna Agro menargetkan produksi benih sawit sebanyak 10 juta kecambah atau sama dengan tahun lalu. Sampai saat ini, Sampoerna Agro telah memproduksi enam varian benih sawit dengan merek dagang DxP Sriwijaya.

Mengutip laporan keuangan Sampoerna Agro, sampai semester pertama tahun ini, nilai penjualan benih sawit mencapai Rp 30,73 miliar atau turun sedikit dibandingkan tahun lalu periode yang sama sekitar Rp 30,91 miliar. Sepanjang tahun lalu, Sampoerna Agro berhasil mengantongi penjualan kecambah sebesar Rp 75,31 miliar atau naik 8,5% dibandingkan penjualan tahun 2011 yakni Rp 68,92 miliar.

Adapun, Tony Liwang, Direktur PT Dami Mas Sejahtera, anak usaha PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk mengatakan, sampai kuartal ketiga tahun ini, penjualan benih sawit Dami Mas sudah mencapai 16 juta kecambah. Angka ini sekitar 80% dari target penjualan benih yang dipatok sebesar 20 juta kecambah pada tahun 2013 ini.

Artinya, pada kuartal ke empat tahun ini, Dami Mas masih harus menjual bibit kelapa sawit sebanyak 4 juta kecambah lagi. Namun, "Kami optimistis, target penjualan tahun ini akan terealisasi," ujar Tony mantap.

Membidik plasma

Demi menggenjot penjualan, Sampoerna Agro mengak u memiliki strategi supaya penjualan benihnya tetap tumbuh. Emiten perkebunan dengan kode saham SGRO ini akan membidik pasar petani plasma. Sebab, potensi petani plasma cukup besar. Apalagi pemerintah mewajibkan bagi perusahaan untuk membangun kebun plasma.

Untuk menarik minat pembeli, SGRO memberikan bonus bibit 4% untuk setiap pembelian benih sawit yang dibeli. Selain itu juga, harga benih sawit yang dibanderol oleh Sampoerna Agro juga cukup terjangkau, yakni di kisaran Rp 9.000 per kecambah. Michael mengaku, harga jual benih sawit milik Sampoerna Agro sama dengan produsen yang lain.

Secara nasional, Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian (Kemtan) mencatat sepanjang tahun lalu, realisasi penyaluran benih sawit mencapai 160,9 juta kecambah dari rencana semula sebanyak 175 juta kecambah.

Tahun ini, Kemtan menargetkan jumlah produksi benih sawit dari 10 perusahaan benih mencapai 180 juta sampai 190 juta kecambah. Kemtan juga berencana akan mengurangi impor benih sawit. Tahun lalu, realisasi impor benih sawit mencapai 7,35 juta kecambah. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie